View Full Version
Sabtu, 29 Jun 2019

Neoliberalisme Pendidikan Ala Barat

TENTU kita masih mengingat wacana Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan) Menko-PMK Puan maharani akan mendatangkan guru atau pendidik asing dalam RI. Tampaknya wacana ini akan benar-benar terealisasi menjadi kenyataan.

Kenyataan ini dibuktikan dengan tersiarnya berita bahwa pemerintah akan mengajak, menyiapkan dan memberikan insentif bagi para tenaga pendidik asing (dosen asing) yang Masuk RI.

Sepertih dikutip dari detikFinan melalui pernyataan Sekretaris Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono mengatakan bahwa pemerintah tengah merevisi aturan terkait kawasan ekonomi khusus (KEK). "revisi aturan tersebut akan memberikan intensif di bidang jasa sepertih pendidikan, ekononi kreatif, dan kesehatan". Terangnya dalam acara halalbihalal di Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Jakarta (detikFinan  10/06/19).

Itu artinya, siap-siap Indonesia akan menjadi tuan rumah menjamu para tenaga pendidik asing itu. Dengan direvisinya peraturan pemerintah (PP) terkait KEK itu maka kita tinggal menunggu ketuk palu, peraturan itu akan segera berlaku. Dapat dipastikan pengajar (dosen-dosen) asing akan menjamur di Tanah Air.

Dengan melihat kemungkinan yang ada bukan tidak mungkin dosen asing akan mengisi kampus-kampus RI banyak dari  kalangan tenaga pendidik Cina. Karena saat ini  Perintah Indonesia tengah gencar melakukan kerjasama denga bangsa Tirai Bambu itu.

Alasan pemerintah membuat kebijakan sepertih ini adalah untuk menarik investor asing, mengingat saat ini sudah ada 12 KEK  yang kurang beroperasi namun masih dinilai kurang kinerjanya. Ungkap Ellen Setiadi Koordinator Deputi Bidang Perniagaan dan Industri.

Melihat hal ini sebenarnya kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah ekonomi yang kian hari makin  tidak karuan adalah dengan merevisi peraturan pemerintah  terkait KEK  untuk mengatur jasa  (salah satunya bidang pendidikan) adalah tidak benar-benar menjadi solusi yang tepat.

Keberadaan para investor asing  termasuk didalamnya tenaga pengajar asing untuk memungut pajak dari mereka tidak akan mampu menyelesaikan persoalan ekonomi yang tengah menderah negeri ini. Terbukti begitu masifnya para investor asing melakukan kerja sama dengan RI malah indonesia semakin menumpuk utang yang jumlahnya mencapai empat ribu trliun melebihi batas ambang APBN negara itu sendiri.

Yang ada justru sebaliknya, dengan diberikan insentif kepada para pengajar asing negara akan mengeluarkan jumlah dana yang tidak sedikit untuk menggaji para pengajar asing tersebut.

Jika demikian dimana peran para pendidik lokal? jika pemerintah gemar memberikan dan menyerahkan pendidikan generasi ke tangan asing.

Tujuan dan hasil pendidikan jauh dari nilai moral dan agama. Inilah hasil pendidikan sekuler hari ini yang menjauhkan kehidupan spiritual (agama) tiap individu  dengan kehidupan umum. Alih-alih menyelamatkan generasi dari visi pendidikan yang minus pembentukan bangsa  yang mandiri dengan ideologi Islam.

Justru yang dilakukan oleh pemerintah melalui Menristekdikti Mohammad Nasir adalah malah mengirim delegasi 45 anak bangsa ke asing (China) dengan tujuan memperkenalkan keindahan alam, budaya, dan teknologi china kepada mahasiswa-mahasiswi Indonesia. Bahkan kata beliau mengatakan "saya ingin mengajak mahasiswa untuk berpikir lebih maju dan punya wawasan yang lebih luas" Kata Nasir sepertih dikutip dari (ANTARA News 14/06/19).

Saya kira apa yang dilakukan oleh pak Menristekdikti ini tidak akan pernah bisa dan mampu menyesesaikan persoalan pendidikan bangsa hari ini. Para pelajar hanya dibekali dengan mempelajari keindahan alam, budaya orang asing. Dimanan korelasinya dengan hasil pendidikan Indonesia? Jika kualitas sumber daya manusianya tidak memiliki mutu. Sementara pemerintah sibuk menukar para pelajar RI kepada asing ketimbang memperbaiki fasilitas-fasilitas sekolah yang masih banyak tidak layak huni sangat perlu diperhatikan. Kurikulum yang berubah-ubah juga tidak mampu menyelesaikan masalah.

Apakah dengan cara demikian mampu memperbaiki kualitas pendidikan negeri ini?

Ini semakin membuktikan rusaknya arah pendidikan sekularistik yang hanya mengabdi kepada kepentingan kapitalisme global.

Padahal dalam Islam sektor pendidikan dipandang sebagai pilar tegaknya peradaban  cemerlang. Hal ini tergambar jelas bagaimana peran negara yang begitu tegas menciptakan dan mewujudkan tujuan pendidikan islam tercapai. Tiap-tiap individu telah mendapatkan pendidikan pertama (madrasahtul ulah) dari para ibu sebagai generasi penerus estafet perjuangan dakwah dimasa mendatang.

Generasi tumbuh dengan ketaqwaan, keimanan dan akidah ditanamkan pada tiap-tiap individu sehingga memiliki kepribadian yang khas, yakni mengakar dalam dirinya kepribadian islami.

Ditambah lagi kewajiban negara yang menjamin tiap individu untuk bisa mengenyam pendidikan dengan cuma-cuma karena dianggap sebagai kebutuhan yang mesti didapatkan. Pendidikan Islam telah berhasil menciptakan peradaban gemilang. Sebut saja Al Kawarizmi sebagai peletak dasar rumusan aljabar dan angka nol dalam ilmu matematika yang masi terus dipelajari di sekolah-sekolah di dunia hingga hari ini. Beliau juga selain ilmuwan juga sebagai ulama yang tentunya fakki fiddiin (paham ilmu agama). Berikut ada ulama sekaliber Ibnu-Alhaitsami, beliau adalah penemu ilmu optik yang sangat berjasa dalam bidang fisika. Yang dari ilmu optik lahirlah kamera, muncul pula kacamata yang kesemuanya berawal dari penemuan ilmu optik.

Dan ilmuwan-ilmuwan lainnya yang berjasa dalam sains dan teknologi. Begitulah kiranya jika pendidikan islam diterapkan oleh negara. Maka kita akan mendapati ilmuwan-ilmuwan yang bukan saja menguasai satu bidang, namun  mereka menguasai di berbagai bidang. Mereka ilmu agamanya mantap, juga didunia mereka adalah jagoan saintek dan ilmuwan.

Alhasil campakkan segera sistem pendidikan  sekuler yang liberal, kemudian instal utuh pendidikan Islam tentu dengan menerapkan peraturan islam secara kaffah. Allahu Akbar.*

Sumarni, SPd 

Anggota Komunitas Menulis Untuk Peradaban


latestnews

View Full Version