View Full Version
Rabu, 03 Jul 2019

Mencetak Generasi Unggul dengan Islam

TIDAK banyak yang menyadari bahwa arah pendidikan Indonesia pada saat ini semakin sekuler. Sebagai contohnya negara ini telah memisahkan aturan-aturan agama dengan kehidupan, dapat kita lihat bagaimana pemerintah memberikan porsi yang sangat sedikit untuk mata pelajaran pendidikan agama. Akan tetapi di sisi lain, negara berharap bahwa generasi bangsa dapat menjadi generasi yang  lebih baik dan berakhlak mulia. 

Di dalam sistem pendidikan, khususnya dalam bidang pengajaran, pemerintah tengah merevisi aturan terkait Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Rencananya dalam aturan tersebut akan dibuat beberapa insentif untuk menarik tenaga pendidik asing mengajar di Indonesia (detik.com/10/06/2019). Bahkan, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir telah melepas 45 orang delegasi mahasiswa Indonesia untuk melaksanakan kunjungan ke China tanggal 15 hingga 21 Juni 2019 (antaranews.com/14/06/2019).

Apa yang dilakukan pemerintah saat ini merupakan salah satu upaya untuk menyerahkan pendidikan generasi kepada pihak asing. Karena pemerintah yang berbasis neo-liberal telah membuka keran lebar bagi pihak asing mendidik dan membentuk paradigma pendidikan sesuai dengan kehendak mereka. Sehingga sangat mungkin akan melahirkan generasi yang berpikir sekuler dan individual. Mereka juga akan diarahkan untuk menjadi pengabdi dan pengokoh kepentingan kapitalisme global.

Jelas ini bukanlah visi penyelamatan generasi. Bahkan ini bukan pula visi pembentukan bangsa yang mandiri. Bagaimana mungkin suatu negara menyerahkan pendidikan bangsanya kepada negara lain? Bagaimana mungkin suatu bangsa akan mandiri jika segala kebijakan negerinya mengikuti arahan bangsa lain? Sungguh, pendidikan bukanlah perkara remeh yang pantas diacuhkan. Bahkan dalam agama Islam, pendidikan merupakan salah satu pilar penting untuk tegaknya sebuah peradaban cemerlang. Lihatlah bagaimana Islam mampu melahirkan generasi unggul.

Ibnu Sina, bapak kedokteran dunia. Al Khawarizmi yang ahli matematika. Al-Battani yang ahli astronomi dan masih banyak yang lain. Mereka semua adalah sebagian bukti keberhasilan pendidikan Islam bagi generasi. Mereka tidak hanya dididik untuk cerdas ilmu dunia tapi juga cerdas atau fasih dalam ilmu agama. Para ilmuwan Muslim nyatanya telah memberikan sumbangsih terbesar bagi peradaban manusia.

Hal ini karena pendidikan dalam Islam bertujuan untuk menjadikan kaum muslimin menjadi umat yang terbaik. Mereka dibekali aqidah dan tsaqafah Islam untuk membentuk kepribadian Islam. Paradigma bahwa ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu amal jariyah juga menjadi motivasi mereka dalam mengembangkan ilmu.

Negara pun sangat mendukung kemajuan pendidikan. Khilafah Islamiyah menjadikan pendidikan sebagai salah satu kebutuhan dasar masyarakat yang harus dipenuhi. Khilafah Islamiyah juga memberikan apresiasi yang sangat baik kepada para guru. Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, gaji guru sebanyak 15 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas) atau setara dengan Rp. 30.000.000-,. Pada masa Khalifah Al-Makmun, penulis kitab akan dihargai dengan emas seberat timbangan buku atau kitab yang telah ditulisnya. Khilafah Islamiyah juga memberikan fasilitas yang memadai untuk proses pembelajaran. Adanya perguruan tinggi Nizamiyah di Baghdad, Al-Azhar di Mesir, Al-Qawariyyin di Maroko merupakan sebagian bukti kegemilangan peradaban Islam. 

Keberhasilan sistem pendidikan Islam dalam mencetak generasi unggul juga terletak dalam sistem politik dan ekonomi negara Islam. Pengelolaan sumber daya alam oleh negara dan dikembalikan sepenuhnya untuk kesejahteraan umat merupakan salah satu kuncinya. Semua itu tidak akan mungkin mampu diwujudkan oleh ideologi kapitalisme yang hanya mementingkan keuntungan bagi para kapitalis. Sudah saatnya umat Islam sadar dan bangkit akan potensi hebatnya untuk memimpin dunia. Menebarkan rahmat ke seluruh alam dengan kesempurnaan Islam.Suryati, Bandung Barat, Jawa Barat


latestnews

View Full Version