View Full Version
Sabtu, 06 Jul 2019

Menuju Indonesia Maju Berdikari

TAGLINE ‘Indonesia Maju’ sangat kental dengan kampanye Jokowi–Ma’ruf selama pilpres berlangsung. Jokowi berjanji akan membawa Indonesia maju di kancah dunia. Hal itu ia sampaikan pasca penetapannya sebagai Presiden terpilih periode 2019-2024. “Saya dan KH Ma’ruf Amin mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh rakyat kepada kami berdua untuk melanjutkan tugas sejarah, mengemban amanat kepercayaan rakyat membawa seluruh rakyat Indonesia menuju Indonesia maju yang bermartabat, sejajar dengan negara-negara lain di dunia,” jelas dia, seperti dilansir laman koran-jakarta.com.

Menjadikan Indonesia sejajar dengan negara lain di dunia bukanlah hal mudah. Butuh kekuatan sistem politik, ekonomi, dan kepemimpinan yang mumpuni. Negeri ini memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah. Namun, ekonominya justru  jauh dibawah negara-negara minim SDA. Negeri ini berpenduduk terbesar keempat di dunia. Namun, belum nampak kepemimpinan Indonesia di mata dunia. Negeri ini kaya, tapi utang luar negerinya benar-benar di luar nalar. Sistem politik luar negeri yang bebas aktif justru menjadikan Indonesia terjebak dengan kran liberalisasi dan investasi asing. Terkungkung dengan kebijakan kapitalisme global.

 

Negara Pengekor

Menurut sistem internasional, negara di dunia terbagi menjadi dua. Yaitu kelompok price center sebagai pembuat kebijakan dan kelompok price taker, yaitu kelompok yang menerima kebijakan internasional. Negara-negara yang termasuk price centre awalnya sejumlah negara di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Sedangkan negara price taker adalah semua negara di dunia ketiga, termasuk Indonesia. Belakangan, negara price centre bergeser dari Eropa Barat ke Asia Tenggara dan Asia Pasifik seperti Cina, Jepang, Korea Selatan, dan India.

Syekh Taqiyuddin An Nabhani membagi negara-negara di dunia menjadi empat: (1) Negara Pertama; (2) Negara Pengekor; (3) Negara Satelit; (4) Negara Independen. Negara Pertama adalah negara adidaya yang membuat kebijakan secara internasional. Negara inilah yang menguasai dunia dan memiliki pengaruh utama dalam konstelasi politik internasional. Contohnya adalah Amerika Serikat sekarang. Negara Pengekor adalah negara yang terikat dengan negara lain dalam politik luar negerinya, seperti Mesir terhadap AS dan Khazakhstan terhadap Rusia.

Negara Satelit adalah negara yang politik luar negerinya terikat dengan negara lain dalam ikatan kepentingan, bukan sebagai pengekor. Misal: Jepang terhadap AS, Australia terhadap AS dan Inggris, dan lain-lain. Sementara, negara Independen adalah negara yang mengelola politik dalam dan luar negerinya berdasarkan kehendaknya sendiri. Semisal Prancis, Cina dan Rusia.

Bagaimana dengan Indonesia? Sebagai negara berkembang yang termasuk menjadi negara dunia ketiga, Indonesia masuk dalam negara price taker dan pengekor. Artinya, kebijakan dan politik luar negerinya tidak mandiri. Bergantung pada konstelasi internasional. Kebijakannya terikat dengan sistem politik dunia yang mendominasi saat ini. Yakni kapitalisme global yangd dianut oleh negara pertama semisal AS.

 

Negara Maju Hanya dengan Sistem Islam

Negara-negara penganut ideologi kapitalisme memang maju jika dilihat dari taraf hidup dan teknologinya. Namun, ia menyisakan problematika yang kian menganga. Kemiskinan, kerusakan moral hingga masalah kesejahteraan menjadikan ideologi ini tak layak lagi dianut sebagai sistem kehidupan. Nilai sekuler dan liberal nyatanya gagal menghasilkan produk manusia cemerlang dan berbudi luhur. Sistem ekonomi kapitalis berbasis ribawi membuat hidup susah tiada henti. Jurang si kaya dan miskin makin kentara. Kekayaan hanya berputar pada segelintir orang.

Maka dari itu, jika menginginkan Indonesia maju di pentas dunia, mari tinggalkan kapitalisme. Ganti dengan sistem Islam. Islam tak mengenal kasta. Kesejahteraan menjadi hak semua warga negara. Kekayaan alam dikelola hanya untuk kepentingan rakyat, bukan konglomerat.  Negara tak mudah diintervensi dan disetir. Karena ia memiliki sistem paripurna dalam mengelola negara. Sebagaimana dulu di masa Kepemimpinan Islam. Mampu berjaya selama 13 abad. Tersebab ia memiliki sistem politik, ekonomi, dan pemerintahan yang berpedoman pada Islam.*

Chusnatul Jannah

Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban


latestnews

View Full Version