View Full Version
Senin, 08 Jul 2019

Islam, Solusi Peningkatan Mutu Madrasah Dasar dan Menengah

PROGRAM peningkatan mutu madrasah dasar dan menengah di Indonesia, mendapat persetujuan dari bank dunia dengan  memberi pinjaman senilai US$250 juta atau setara Rp3,5 triliun (dengan asumsi kurs Rp14 ribu per dolar AS).

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Rodrigo A Chaves mengungkapkan proyek ini merupakan komponen penting dari upaya pemerintah Indonesia untuk memperkuat modal manusia, serta meningkatkan mutu sistem pendidikannya. Begitu juga, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Komaruddin menyatakan pengembangan modal manusia merupakan salah satu prioritas utama pemerintah. Karenanya, penting untuk memastikan seluruh anak Indonesia menerima pendidikan yang bermutu.

Tak lupa, Menteri Agama Lukman mengatakan, "Untuk menyiapkan sarana fisiknya saja, APBN kita tidak cukup. Apalagi, bicara kualitas guru, sistem rekrutmen siswa, standardisasi siswa dan membangun sistem informasi dan teknologi yang lebih baik."

Tentu sangat ironi di negeri yang kaya raya akan sumber daya alam (SDA), pengembangan dan pembangunan sarana prasarana pendidikan mengandalkan utang luar negeri. Negara tak memiliki kemandirian, selalu bergantung kepada asing. Sedangkan rakyat tetap melarat dengan tagihan pajak yang kian menyayat.

Begitulah memang biasa terjadi di negara yang menerapkan sistem ekonomi kapitalistik. Pemasukan negara sangat bergantung kepada pajak dan utang luar negeri penuh dengan unsur ribawi dan pastinya penuh dengan syarat, ya tidak ada makan siang gratis.

Berbeda dengan sistem ekonomi Islam, tidak akan pernah menjadikan utang luar negeri sebagai andalan terlebih mengandung keharaman (riba). Negara harus mandiri dalam finansial agar bebas dari tekanan. Pendapatan negara diperoleh dari kepemilikan negara berupa 'usyur, ghanimah, jizyah, kharaj, fa'i dan lain sebagainya.

Selain itu juga, didapat dari kepemilikan umum (SDA) berupa tambang, emas, perak, batubara, hutan, air dan lain sebagainya. Harta tersebut dikelola oleh negara dan hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat beserta kebutuhan lainnya.

Sayangnya, saat ini justru harta kepemilikan umum tersebut dikuasai swasta bahkan asing. Inilah penyebab utama mengapa negeri kita tak pernah usai dalam menyelesaikan utang.

Maka dalam Islam tidak perlu utang luar negeri dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan karena menjalankan konsep sistem ekonomi Islam satu-satunya sebagai solusi. Tentu itu semua akan terwujud jika Islam diterapkan dengan sempurna.*

Ayyuhanna Widowati, S. E. I

Guru tinggal di Depok, Jawa Barat


latestnews

View Full Version