PELABUHAN Tanjung Perak Surabaya dikejutkan dengan temuan lima kontainer berisi sampah!! Darimana sampah-sampah tersebut datang? Menurut informasi dari pihak bea cukai, sampah tersebut merupakan impor dari Eropa, Amerika, dan Australia. Dan yang lebih mencengangkan, disinyalir Indonesia menjadi objek pengiriman sampah dari 35 negara!! Bukan hanya pelabuhan Tanjung Perak, Batam pun kini menjadi titik masuk sampah impor (Kumparan.com).
Informasi selanjutnya menyebutkan ada tiga daerah di Jawa timur yang menjadi tempat tujuan sampah-sampah tersebut, di antaranya adalah Mojokerto yang diberitakan bahwa sampah impor di sana sudah menggunung dan dipastikan mengganggu masyarakat di sekitarnya. Menurut Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, temuan sampah tersebut terdiri atas 60 persen sampah plastik yang sulit terurai secara alami, juga ada sampah popok sekali pakai (diapers), hingga barang-barang elektronik, sepatu, dan lain-lain. Bahkan yang paling mengkhawatirkan, ditemukan sampah jenis B3 yang sangat berbahaya bagi manusia. Pihaknya bekerja sama dengan bea cukai memeriksa dokumen pengiriman dan baru sekitar 36 persen sampah yang dikembalikan ke negara asalnya. Namun, kita masih harus memantau apakah proses pengembaliannya berjalan atau tidak (Berita i-news).
Masalah ini bukanlah masalah sepele, dan negara tidak boleh tinggal diam atau main-main dalam menyelesaikannya. Karena hal ini menyangkut harga diri sebuah bangsa, dan juga kedaulatan negara! Dunia, khususnya 35 negara yang berani meremehkan negeri ini dengan mengirimkan sampah ke Indonesia, sudah menganggap wilayah negeri kita tak lebih seperti sebuah tong sampah! Sungguh sangat memalukan kalau kita yang mengaku sebagai bangsa besar berdiam diri, bertekuk lutut, dan menutup mata tanpa bicara untuk protes.
Kita tunggu nyali para pemimpin di rezim yang sudah mendapat amanah dua periode ini. Apakah mereka masih ingin melanjutkan reputasi di periode pertama sebagai rezim gagal? Rezim yang gagal membangun politik luar negeri Indonesia yang penuh wibawa dan disegani bangsa-bangsa di dunia. Realitasnya, diplomasi politik luar negeri kita "dikacangin" alias lemah! Demikian pula politik dalam negeri kita yang carut-marut, dan rakyat bisa menyaksikan itu semua di arena pentas politik saat pemilu baru lalu. Begitu juga dengan ekonomi negeri ini yang begitu lemah, sampai mendapat "kiriman" sampah. Rezim ini telah gagal menyejahterakan rakyatnya, dan kini tak berdaya saat rakyatnya dijejali sampah dunia yang menjijikan dan berbahaya. Kemana kedaulatan bangsa ini?
Inilah akibat negeri ini menerapkan sistem demokrasi. Demokrasi yang merupakan sampah peradaban. Yang menyebabkan babak belurnya negeri dengan mayoritas Muslim ini. Demokrasi adalah sistem yang menafikan akal sehat manusia seraya menjunjung tinggi hawa nafsu manusia. Padahal, akal meninggikan derajat manusia hingga manusia berpredikat makhluk paling mulia, bahkan melebihi para malaikat yang merupakan makhluk Allah yang paling setia. Sebaliknya, hawa nafsu bisa menjatuhkan manusia ke derajat paling rendah sampai ke titik nadir, bahkan lebih rendah daripada hewan ternak yang tak berakal. Itulah mengapa demokrasi tak lebih cuma sampah peradaban. Dan kini negeri dengan jumlah Muslim terbesar di dunia ini berkubang dalam lumpur demokrasi. Hajat demokrasi yang kemarin berlalu cuma menyisakan sampah kepedihan, luka yang dalam, hutang, dan segudang sampah busuk lainnya.
Syariat Islam yang kaaffah (menyeluruh) yang diterapkan dalam bingkai Khilafah yang berdiri kokoh di atas landasan akidah yang kuat akan mewujudkan sebuah negara yang kokoh yang menolak penghambaan pada manusia. Yang menolak bertekuk lutut pada manusia dengan semata tunduk pada Allah penguasa alam. Negara Khilafah tercatat dalam sejarah tak pernah gentar pada negara lain, apalagi bila negara tersebut mengancam dan membahayakan rakyatnya.
Negara Khilafah yang kedaulatannya di tangan hukum Allah (syara) menjamin perlindungan bagi seluruh rakyat, baik Muslim maupun non-Muslim. Jangankan sampah, apalagi kiriman dari luar wilayah negara, beredarnya makanan tak layak makan bagi rakyat pun negara akan bertindak tegas. Seperti saat Kekhilafahan Utsmani yang menyortir peredaran roti yang tak layak gizi (bukan kadaluarsa). Sekarang di sini, jangankan tak layak gizi, yang kadaluarsa pun tak jarang tak terawasi BPOM karena saking banyaknya makanan tak halal dan thoyib beredar.
Sepanjang masa kekhilafahan dari semenjak kepemimpinan Rasulullah saw. di Madinah, cukai diterapkan hanya untuk darul harb (negeri kafir yang memerangi Islam). Negara begitu ketat mengecek masuk dan keluarnya barang. Semua di bawah koordinasi khalifah secara langsung (Nidzam al-Iqtishad, Taqiyuddin an-Nabhani). Kita rakyat yang hidup di dalam rezim saat ini tinggal menunggu dan melihat "action" apa yang dilakukan rezim? Menanti ketegasan...atauuu..the show must go on, berlalu seiring masalah lain muncul. Wallaahu 'alam bishshawab.*
Rengganis Santika
Ibu rumah tangga tinggal di Bandung, Jawa Barat