View Full Version
Rabu, 10 Jul 2019

Persekusi Terjadi, Gelombang Hijrah Ditakuti

BELAKANGAN ini kata “hijrah” makin marak diperbincangkan. Tidak tanggung-tanggung mulai anak muda, orang tua, artis , bahkan politisi, dan hampir menyeruak dari berbagai profesi, kata hijrah menjadi magnet tersendiri untuk dihadirkan dalam ruang publik.

Fenomena ini layaknya gelombang ombak raksasa yang menghanyutkan apapun yang ditemuinya. Hijrah yang secara bahasa berarti berpindah, digunakan sebagai sebutan untuk suatu gerakan yang mengajak kaum muslimin untuk berpindah menjadi pribadi yang lebih baik dengan cara meningkatkan keta'atan dalam menjalankan syari'at agama.

Jika diamati lebih dalam, fenomena hijrah ini menyeruak di kalangan muda menengah muslim di perkotaan. Bahkan sudah terlihat telah menjadi gaya hidup, mulai dari penampilan fisik, gaya busana, sapaan khas hingga kuliner. Di Hijrah Fest misalnya, ditampilkan mulai dari ceramah keagamaan, kisah motifasi, sampai berbagai produk dengan merek dagang “muslim”.

Gerakan seperti ini patut diapresiasi, ini membuktikan bahwa ada angin segar yang berhembus dikalangan umat sebagai perwujudan mulai mencintai agama Islam, yaitu agama yang dibawa oleh para nabi dan disempurnakan oleh Rasulullah SAW. Umat perlahan mulai menyadari untuk apa dan untuk siapa sejatinya kita hidup didunia yang fana ini.

Gelombang angin segar hijrah ini tentu tidak berjalan semulus yang direncanakan, banyak kendala yang terjadi dari pihak-pihak yang menganggap gelombang hijrah ini sebagai wadah tumbuhnya bibit-bibit radikalis ditengah umat. Akibatnya mulai banyak persekusi para ustad yang dianggap menyebarkan materi yang provokatif mulai dari ustad Felix hingga ustad Hanan Attaki yang baru-baru ini terjadi. Gerakan Pemuda (GP) Anshor kota Tegal, menolak kedatangan  Ustad Hanan Attaki dalam acara pengajian di Hotel Bahari Inn, Minggu (7/7).

GP Anshor menganggap isi ceramah ustad yang banyak pengikut di media sosial ini provokatif dan kontroversial. Menurut informasi yang beredar, acara ini sebenarnya akan digelar digedung pertemuan Sangrila, kota Tegal. Tapi entah apa alasannya, panitia memindahkan tempat acara tersebut di Hotel Bahari Inn. GP Anshor yang mengetahui membuat surat keberatan atas kehadiran Ustad Hanan Attaki. Surat yang ditujukan kepada Polres Tegal Kota itu dibuat dan ditanda tangani 5 juli 2019. ( Kumparan 06/07/2019 ). Sungguh sangat disayang, ketika berhembus angin segar dari umat Islam dalam perubahan menuju yang lebih baik ada hal yang menghalanginya. Sebetulnya hal ini tidak terjadi jika kedua belah pihak mau duduk bersama dan mengambil solusi yang terbaik, tidak memutus secara tidak berimbang.

Perlu ditelisik mengapa gelombang hijrah ini begitu dasyat hingga ditakuti oleh beberapa kalangan?

Di era globalisasi yang mengharuskan umat berhadapan dengan kemajuan ekonomi, sains, dan tekhnologi membuat banyak kalangan kehilangan kontrol. Kemajuan yang selayaknya menjadi alat untuk mensejahterakan justru mendominasi kehidupan umat. Keterbukaan informasi membuat pengaruh yang datang dari luar dapat menembus setiap bilik kamar seseorang. Akibatnya muncul kekhawatiran hal-hal baik akan tergerus akibat pengaruh tersebut.

Perasaan menjadi korban dominasi tekhnologi akhirnya memicu seseorang untuk membangun benteng dirinya dan keluarganya. Upaya membangun benteng itu semakin lama semakin kuat. Hal ini membuktikan bahwa benteng terbesar yang seharusnya dibangun oleh negara mulai rapuh dan hancur. Negara yang seharusnya menjadi benteng terkokoh, tertinggi dan terkuat sudah tidak berfungsi lagi, akibat tergerus Sekulerisme dan Kapitalisme yang sudah mendarah daging. Hal inilah yang menyebabkan setiap individu berbondong-bondong membangun benteng untuk menyelamatkan diri.

Dalam Islam, hijrah berarti meninggalkan apa yang dibenci Allah menuju apa yang dicintaiNYA atau biasa dikenal dengan istilah “ hijrah kepada Allah dan RasulNYA “. Perintah untuk berhijrah pun tertulis dalam Al Quran “ Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “ ( TQS Al Baqarah; 218 ).

Untuk itu seharusnya sebagai sesama muslim kita menyambut baik gelombang hijrah ini, merangkul dan bergandengan tangan untuk menggapai ridhoNYA. Mengarahkan gelombang besar itu untuk tidak hanya membangun benteng secara individu namun bersama-sama membangun benteng besar dalam naungan Syari'at Islam. Sehingga ketakutan-ketakutan yang muncul lambat laun akan dapat hilang jika Islam secara sempurna ditegakkan. Wallahu'alam bishawab.*Ummu Aqeela

 


latestnews

View Full Version