Oleh: M Rizal Fadillah (Pemerhati Politik dan Keagamaan)
Seorang muslim ketika ziarah atau melewati kuburan muslim maka disunnahkan berdoa "Assalamu 'alaikum ahlad diyari minal mu'minin wal muslimin , wa inna insya allah bikum lahiquun, nas-alulllahu lana wa lakumul 'aafiyah".
Do'a yang bermakna agar mendapat keselamatan, kita yang akan menyusul, lalu memohon kepada Allah agar kita semua diberi kesejahteraan. Hanya sesama muslim yang di doakan. Kuburan non muslim tentu tidak.
Qur'an Surat At Taubah 113 melarang berdoa untuk orang non muslim (musyrik) karena kabul doa untuk mereka sudah Allah tutup.
"Tidaklah bagi Nabi dan orang beriman memohonkan ampun bagi orang musyrik, meskipun ia itu kerabat, sudah jelas orang musyrik itu penghuni neraka jahannam".
Larangan ini berlaku bagi musyrik yang hidup maupun yang sudah meninggal.
Meski ada pendapat yang membolehkan ziarah kepada orang musyrik, namun tujuannya adalah untuk mengingat kematian kita yang menziarahi. Tak ada ikhtilaf keharaman mendoakan ampunan bagi jenazah kuburan orang musyrik tersebut.
Masalah ini menjadi penting mengingat viralnya video Presiden Jokowi yang menziarahi dan berdo'a didepan kuburan ibu dari Putra Nababan atau suami Panda Nababan politisi PDIP di Siborongborong Sumatera Utara.
Tentu dari sisi toleransi untuk menghargai atau membuat senang orang yang dikunjungi hal ini bisa difahami. Akan tetapi bagi sesama muslim tentu ada rasa kurang sreg apa yang dilakukan itu. Hal ini berkaitan dengan adanya larangan mendoakan menurut syari'at tersebut.
Ada dua masalah utama yang dapat ditangkap. Pertama sejauh mana pemahaman yang bersangkutan terhadap agama. Ilmu dieniyah. Bagi mereka yang lemah ilmu tentu dapat melakukan banyak kejahilan yang bersifat melanggar agama.
Kedua lebih dalam menyangkut akidah atau akar keyakinan. Kepada Tuhan yang mana kita memohon ampunan, berkah atau lainnya. Sebab Tuhan yang hanya Allah tentu mengakui agama yang benar hanya Islam. Itu keyakinan masing masingnya.
Di era informasi masif saat ini pemimpin perlu menyadari akan dampak dari suatu perbuatan. Sekaligus ini tadzkirah pada orang orang "berilmu" di sekitar Presiden untuk mengingatkan mana yang benar mana yang salah, halal dan haram.
Perbuatan haram yang disebarkan akan mengundang bencana. Itu adalah kemaksiatan yang terang terangan. Allah tentu tak suka walaupun mungkin perbuatan itu sekedar pencitraan. Hanya orang munafik yang suka pada pencitraan. Dan Allah pun lebih tidak suka lagi.