NABI bersabda yang artinya “Segala penyakit pasti ada obatnya. Bila obatnya sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan izin Allah”. Hadist ini mengisyaratkan bahwa islam mengajurkan umatnya untuk berobat dan rasul juga menunjukan prinsip dasar dalam pengobatan yaitu pasien harus didiagnosa dahulu, lalu diberi obat yang sesuai dengan penyakitnya. Sebab, pengobatan medis sama dengan bentuk tawakal dan ikhtiar kepada Allah.
Pengobatan islami didasari kepada Al-Qur’an dan hadist. Terdapat 6 karakteristik dasar mengenai pengobatan islami yaitu, sesuai dengan ajaran dan adab Islam, sesuai dengan logika dalam mempraktikan pengobatan, pendekatan holistic (memberi perhatian yang seimbang kepada tubuh, pikiran, dan jiwa), pendekatan universal (menggunakan semua sarana untuk kemaslahatan orang banyak), pendekatan ilmiah (kesimpulan logis yang diambil dari pengamatan menyeluruh) dan kesempurnaan (menyempurnakan apa yang tidak dicapai oleh pengobatan lain)
Ide-ide karakteristik diatas disampaikan dalam konferensi internasional pertama tentang pengobatan islami yang diadakan dikuwait pada Januari 1981. Berdasarkan ide-ide ini sebuah program diluncurkan untuk mengobati penyakit yang “tidak bisa disembuhkan”. Program tersebut dimulai pada tahun 1986, yang dilaksanakan secara serentak di Panama City, Florida dan Dubai. Penyakit-penyakit yang ditanggani dalam program ini seperti, kanker tingkat lanjut ( kanker metastase), prenyakit degenerative kronis pada tulang dan sendi, penyakit-penyakir pada jantung dan sistem peredaran darah, penyakit sistem saraf pusat, penyakit hati (hepatitis akrif, kronis dan tirosis kronis awal), penyakit sistem pernafasan (penyakit paru obstruktif kronik), penyakit autoimun (arthritis, lupus erythematosus,skileroderma), asma bronchitis dan alergi, penurunan perkembangan intelektual dan fisik, abnormalitas genetic.
Program tersebut merupakan multimodality immunotherapy program (MIP) yaitu metode pengobatan alternative, gizi, dan injeksi pembuluh darah. Ternyata penyakit kronis memiliki hubungan dengan emosi negative, biasanya pasien yang memiliki penyakit kronis pasti memiliki emosi negative yang lebih tinggi.
Hasil dari penelitian bahwa mendengarkan Al-Qur’an memiliki pengaruh dalam menurunkan stress dan merangsang sistem imun yang berkontribusi dalam proses penyembuhan. Penelitian tersebut membuktikan bahwa Al-Qur’an secara spesifik memiliki efek yang besar dalam membantu pasien menghilangkan emosi negatif dan menghadapi pengaruh negatif terhadap sistem imun yang selalu ada dalam kasus penyakit kronis.Hal yang sama juga terdapat di madu, didalamnya terdapat obat untuk manusia. Hasil riset men unjukan bahwa madu dapat merangsang sistem, termasuk efek-efek penyembuhan lainnya. Sama juga dengan habbatusaudah, didalamnya terdapat obat untuk segala penyakit kecuali kematian.
Dalam pernyataan tersebut ada dua poin misterius yang tidak pernah didiskusikan, yaitu efek penyembuhan untuk semua penyakit, apakah cocok untuk segala macam penyakit yang memiliki sifat dan pengaruh yang beda dan alasan kematian diikutkan karena semua manusia pasti mati, meskipun dia tidak mengkonsumsi habbatusaudah atau ada arti lain?
Misteri pertama terpecahkan pada penelitian yang dilaksanakan pada tahun 1986 dan 1987 tentang efek rangsangan dari habbatusaudah terhadap sistem imun. Habbatusaudah memiliki peran dalam penyembuhan semua penyakit selama masa operasi dan mengurangi masalah-masalah pasca operasi. Dan misteri kedua dipecahkan dengan catatan selama masih ada beberapa fungsi kehidupan dalam jaringan atau bagian tubuh yang terserang maka masih ada kesempatan untuk sembuh namun jika jaringan atau bagian tubuh telah mati dan kehilangan fungsi kehidupan secara total maka tidak ada kesempatan untuk memberikan pengobatan.
Terdapat beberapa fitur dasar dari efek terapi multimodal berdasarkan ajaran Islam yaitu, praktik islami seperti shalat, puasa, kebiasaan sehari-hari, pengondisian emosional dan beberapa elemen yang memiliki pengaruh penyembuan seperti, Al-Qur’an, madu, habbatusaudah, dll. Semuanya memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap penyakit kronis, karna efek penyembuhaknnya nyata dan tidak sekedar menahan gejala saja.
Fitur kedua adalah efek penyembuhan restorative terjadi tanpa memedulikan sifat penyakitnya, misalnya jika jumlah sel kurang dari seharusnya maka pengobatan akan meningkatkan jumlah sel yang terserang dan sebaliknya. Maka pengobatan berfungsi mengembalikan ketingkat normal. Karakteristik ini biasanya terdapat pada herbal dan semua obat alami, obat kimiawi selalu bekerja pada satu arah dan meningkatkan jumlah sesuai dengan peningkatan doaia, bahkan bisa melebihi tingkatan alami yang dikehendaki. Dalam menanggani penyakit kronis yang kebal dari pengobatan, fisik seseorang tidak dapat dipisahkan dari emosional dan spiritualnya.
Sel imun dapat membaca pikiran seseorang, merekam fokus kemudian meresponnya dalam gelombang elektromagnetik dan denyutan melalui otak, pikiran dan perasaan. Seseorang dapat mengendalikan fungsi dari sel imun dengan mengendalikan pikiran dan emosinya. Daya tahan tubuh dipengaruhi oleh perasaan yang berpengaruh kepada keseimbangan tubuh.
Gangguan emosi dan mental dapat meracuni hati dan pikiran, sama seperti bahayanya racun dalam tubuh, satu aspek dari kehidupan adalah jiwa dalam tubuh, satu aspek dari fenomena ini adalah energy listrik. Selama da perubahan energy dalam tubuh, orang itu masih hidup. Tubuh layaknya seperti mesin elektrik yang dikelilingi medan energi elektromagnetik, medan cahayanya yang tidak dapat terlihat disebu aura. Medan cahaya dapat dilihat dengan alat elektrofotografi atau fotorgrafi kirlian. Makanan dan emosional dapat memberikan efek pada aura seseorang baik aura postif maupun aura negatif, aura seseorang dapat dipengaruhi oleh orang lain, baik melalui kontak fisik atau kedekatan fisik.*
Wafa Raihany
Mahasiswi STEI SEBI