Oleh: M Rizal Fadillah (Pemerhati Politik dan Keagamaan)
Adalah Umar Ibnul Khattab yang menetapkan kalender Islam berdasarkan pada peristiwa hijrah dari Makkah ke Madinah. Pilihan yang tepat karena hijrah membangun spirit perjuangan umat. Hijrah bukan berarti lari tetapi berpindah untuk melakukan konsolidasi kekuatan.
Setelah hijrah Islam semakin kuat dan bersinar. Daya dukung semakin berkualitas dan peradaban pun mulai bersinar. Madinatul Munawarah kota yang bercahaya. Agama dan budaya Islam tersebar ke berbagai belahan dunia.
Kini semangat hijrah perlu ditumbuhkembangkan. Apalagi ketika umat Islam sedang mengalami cobaan berat di berbagai tempat. Sebagian mengalami keterpurukan karena berperang dan terpecah belah. Khilafah yang dahulu menjadi kekuatan sejarah kini hanya "ditakutkan" saja. Bahkan dijadikan "hantu" untuk menakut nakuti. Sekularisasi dan penyesatan keagamaan menjadi tantangan serius.
Penguatan aqidah, da'wah, dan siasah merupakan agenda penting kebangkitan umat. Musuh Islam berusaha untuk menggerogoti akidah baik melalui prosetilisasi (pemurtadan) maupun plotisma (pengambangan nilai) agar umat kehilangan fanatisme dan identitas dalam pergaulan sosial.
Toleransi pun disalahterapkan. Orang Islam seharusnya yakin bahwa hanya Islam sebagai agama yang benar. Islam adalah sistem nilai komplit yang mampu mengatur semua sendi kehidupan manusia.
Selalu berda'wah mengajak kebaikan menurut tuntunan syari'at. Berbarengan dengan mencegah dan menindak kemungkaran. Da'wah adalah sikap kritis berbasis keberanian. Da'wah bukan panggung hiburan akan tetapi jalan perjuangan. Karenanya penda'wah mesti menyadari dirinya adalah pejuang. Penda'wah bukan penjilat atau pemberi stempel spiritual pada suatu kebijakan. Ia adalah tentara Allah.
Untuk itu maka umat, terlebih lebih, penda'wah harus memahami siasah. Politik yang tak terpisahkan dari agama. Umat Islam pantang dikuasai bahkan menyadari bahwa harus memiliki kekuasaan.
Hal ini dimaksudkan agar da'wah bisa berjalan dengan baik. Penguasa yang menghalangi da'wah harus dilawan dengan hati, kata, dan tenaga. Penguasa zalim adalah "musuh bebuyutan" penda'wah. Sejarah kenabian banyak memberi pelajaran akan hal ini.
Tahun baru 1 Muharam 1441 H menjadi tonggak kesadaran akan kebangkitan. Mulai konsolidasi kembali kekuatan. Di Indonesia rezim siapapun yang meminggirkan, memecah belah, atau memusuhi umat Islam harus dilawan bersama. Rezim itu bisa jahil atau zalim.
Jahil bermakna bodoh. Komunitas penguasa yang "minim ilmu" tidak ngerti cara memerintah, tak tahu apa itu aspirasi, demokrasi, kedaulatan, ataupun prinsip dasar politik yang baik. Ia adalah penguasa kebetulan. Bagi rakyat dan bangsa rezim seperti ini merupakan suatu insiden.
Sementara rezim zalim adalah rezim yang merasa benar sendiri dan jauh dari sikap adil. Rakyat yang dipimpin dianggap tak tahu apa apa, harus ikut kemauan dan menjalankan semua kebijakan. Menarik pajak seenaknya, hanya melayani lingkaran dekat, serta membungkam sikap kritis. Rezim zalim itu dipastikan otoriter. Demokrasi hanya slogan dan sekedar memenuhi prinsip universal. Korup dan menipu.
Perjuangan hijrah Nabi bermisi untuk menumbangkan rezim jahil dan zalim. Kesuksesan membebaskan kota Mekkah pasca hijrah adalah bukti berhasilnya konsolidasi Nabi. Keberhalaan dalam segala bentuk harus dihancurkan. Hijrah, da'wah, dan jihad adalah satu kesatuan.
Di era kesadaran dan kebangkitan umat marilah kita konsolidasi. Tumbangkan rezim jahil dan zalim penyembah berhala kekuasaan dan kekayaan. Siapapun, dimanapun, dan kapanpun. Selamat tahun baru hijriyah 1 Muharam 1441 H.