Oleh: M Rizal Fadillah (Pemerhati Politik dan Keagamaan)
Buku yang ditulis oleh Obed Krisnantyo Aji berjudul "Being Radical For Jesus" terbitan Andi Yogyakarta yang telah diulas oleh Ustadz DR Adian Husaini dengan judul "Semangat Kristen Radikal" memang menarik terutama di era politik kini yang mengangkat isu deradikalisasi.
Menarik karena sasaran deradikalisasi walaupun tidak eksplisit selama ini diarahkan pada umat Islam dalam kaitan pemahaman aspek keagamaannya.
Dalam buku tersebut secara tegas dan terang benderang dinyatakan bahwa umat kristiani mesti memiliki pemahaman keagamaan yang radikal. Tuntunan iman kristen adalah demikian. Iman kristen yang radikal mesti dimiliki dengan harga bayaran mahal yakni kematian. Mempertahankan iman dan penginjilan dengan risiko kematian.
Mengkritisi Konsili Vatikan ll yang menyatakan semua agama benar. Radikalisme itu adalah memahami hanya Kristen yang benar. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku" (Yoh 14:6).
Misionaris adalah jabatan dan tugas setiap jemaat. Iblis selalu mencegah penginjilan. Dikemukakan bahwa Iblis selalu memakai penguasa dunia, pejabat negara, pimpinan daerah dan tokoh masyarakat untuk mencegah penginjilan.
Meski radikal oleh Obed difahami positif akan tetapi motivasinya adalah militansi menegakkan keyakinan kristiani. Keyakinan "kuasa Yesus lebih unggul dari kuasa agama manapun". Kristen akan berkembang cepat. Begitu keyakinannya.
Buku memang tidak perlu dihukumi, tetapi buku ini menggambarkan bahwa umat Kristen didorong berjiwa radikal hingga siap mengorbankan nyawa untuk agama termasuk mengkristenkan umat.
Nah Pemerintah yang gemar menuduh umat Islam itu radikal, intoleran, atau hanya yakin pada kebenaran sendiri, mesti "melek" bahwa umat kristen memiliki pandangan radikal, intoleran, dan benar sendiri. Obyektif dan adil mesti dilakukan. Jangan umat Islam saja yang dimasalahkan.
Di sisi lain untuk program deradikalisasi mesti diperjelas maknanya. Jangan seenak tafsir sendiri atau juru tafsir itu hanya BIN dan BNPT. Tanpa memahami makna atas suatu keyakinan keagamaan maka umat akan jadi target dari deradikalisasi. Program itu disadari atau tidak bisa memerosotkan keimanan. Ini yang disebut salah kaprah.
Sangatlah salah memaksakan program deradikalisasi jika mengarahkan pada pemahaman bahwa semua agama benar, toleransi itu saling mengucapkan selamat hari raya pada umat lain, atau harushalawat di gereja dan berhaleluya di masjid.
Umat Islam tanpa harus mendeklarasikan radikal seperti Kristen di atas, memiliki kewajiban da'wah, membela agama dari segala bentuk penistaan, meyakini hanya agama Islam lah yang benar dan membawa ke surga, kafir orang yang tak beriman pada Allah dan Rosul-Nya, serta kemestian untuk menjalankan dan menegakkan syariat agamanya.
Tidak pula menghamba pada kekuasaan. Tidak takut pada musuh dan perusak agama, apakah liberalis, kapitalis, komunis, sekularis dan para penghamba dunia lainnya.
Da'wah dan jihad fie sabilillah adalah jalan kewibawaan dan kemuliaan umat Islam.