SALAH salah bagiandari RI sedang mengalami konflik yang sangat memuncak yaitu di Papua yang menjadi perbincangan hangat dan menarik perhatian internasional, konflik Papua ini sudah berlangsungg lama mulai dari tahun 1961, dimana muncul keinginan membentuk negara negra Papua Barat terlepas dari Indonesia, lalu terbentuknya OPM tahun 1965 sebagai organisasi yang mencoba memisahkan diri dari RI.
Adapun Konflik ini kembali memuncak dan telah menelan korban bahkan dari kalangan TNI dan Polri sendiri, awal dari konflik ini yaitu aadanya insiden yang diyakini sebagai rasisme beberapa warga atau pejabat daerah Surabaya, yang merambat ke bebeapa daerah dan memuncaknya ke Papua.
Konflik Papua ini menjadi ancaman disentagri bagi kesatuan wilayah NKRI, tentunya konflik ini semakin memanas akibat adanya keterlibatan asing dalam melancarkan tipumuslihatnya, terbukti dari konflik yang terjadi dengan adanya OPM dengan senjata yang mereka punya tidak mungkin datang dengan sendirinya pasti ada yang memfasilitasi, pastinya bukan negara kita, karena bagi negara kita OPM termasuk salah satu bentuk penghianat dan termasuk kedalam aksi teroisme.
Konflik yang terjadi di Papua ini tentunya menjasi sasaran empuk bagi kaum asinng untuk memperebutkannya, banyak kekayaan alam yang tersimpan di tanah Papua yang kekayaan alamnya banyak dikeruk oleh perusahasaan asing dengan PT Freeport seolah membangun kota sendiri di sana dan juga menjadi tempat strategi bagi mereka yang berada dalam lingkaran pertarungan global (telusur.co.id, 31/08/2019). Dengan adanya pemecahan wilayah ini akan mempermudah asing dalam menguasai negara kita, terutama negeri kaum muslimin.
Selain faktor eksternal yaituadanya hasutan-hasutan dalam konflik Papua, ada pula faktor internanal, menagkut meperataan pembangunan di Indonesia Papua sangat jauh dari kata berkembang sehingga mereka merasa adanya ketidakadilan, juga adanya respon yang berlebihan pemeritah terhadap isu-isu islam yaitu Khilafah, sehingga pemerintah menganggap masalah khilafah lebih berbahaya dari pada ancaman disentegrasi yang terjadi di Papua, sehingga Papua tidak lagi sungkan mendengungkan “Papua Merdeka”. Dan anehnya konflik yang ada di Papua juga dikaitkan terhadap islam, mereka menyebutkan konflik yang ada di Papua di tunggangi oleh Isis, sehingga terfokuskan untuk mencari para kader Isis, bukannya sibuk meredakan masalah yang ada di Papua.
Sungguh amat disayangkan jika pemerintah terus menyibukkan diri utuk mencegah isu-isu islam, tapi isu-isu separatismeyang sudah semerbak dan tampak didepan mata tidak siselesaikan, maka siap-siap juga Papua akan jatuh ketangan asing, bahkan kerusuhan di Papuasudah di desain hingga 1 Desember ke depan memunculkan isu-isu Papua, isu tentang HAM, kerusuhan, rasisme. 1 Desember biasa diperingati sebgai hari peringatan Papua juga hari berdirinya OPM agar bisa di bawa ke PBB (SUARA.com, Jumat, 06/09/2019).
Polemik ini harus segera diselesaikan agar ancaman disentergarsi tidak terjadi, dan ini bukanlah masalah yang biasa yang disepelekan dan ini menyangkut masalah keutuhan negara. *
Eka Budi Utari
Aktivis Muslimah Dakwah Comunity