View Full Version
Sabtu, 28 Sep 2019

Pentingnya Pertanian

Oleh: Muhammad Adnan

Julukan petani milenial (modern) semakin melekat pada banyaknya anak-anak muda yang tertarik belajar pertanian dan bertani, beternak, maupun budidaya sebagai mata pencaharian, yang sedang tren dalam pertanian misalnya, yaitu pertanian organik.

Di mana pertanian ini tidak mengandalkan pupuk kimia yang rata-rata diproduksi oleh industri pupuk, tapi mengandalkan berbagai bahan organik, mulai kotoran hewan ternak, air kolam ikan, sampai sampah rumah tangga. Hal ini sudah bukan tren lagi, melainkan sudah dilakukan manusia sejak dahulu kala, dan harus dilakukan lagi saat ini.

Pada tahun 80-an, petani kita lebih suka memakai pupuk kimia, karena pertumbuhan tanaman dan panen lebih cepat. Tapi dampak pada tanah dalam jangka panjang sangat buruk, yaitu tanah semakin lama semakin mengeras. Tanah seperti itu tentu tidak bagus untuk pertanian jangka panjang.

Seseorang pernah berkata, jangan beri makan tanamannya, tapi beri makan tanahnya. Kalau mau beri makan tanamannya, ya pakai metode hidroponik saja. Ilmu tentang pertaniannya sudah dulu, karena ini jamannya internet, belajar sendiri juga bisa, syukur bisa menemukan teknologi mikrobiologi untuk mengolah tanah paling joss dari yang sudah ada sekarang. Dalam belajar pasti ada trial dan error ya wajar. Saya mau lanjut ke tahap berikutnya, yaitu manusia itu sendiri.

Siapa diantara anda semua yang mau jadi petani? Yakin gak mau? Cabe sekilo berapa, hayo? Harga melon, jeruk, semangka, klengkeng, pepaya, pisang per kilo berapa? Minimal dengan tanam sendiri bisa kita konsumsi sendiri kan? Tidak punya lahan?

Salah sendiri, tanah kakek nenekmu kau jual, profesi petani ayahmu tidak ada yang meneruskan. yang sudah terjadi ya sudah, masih banyak ide kreatif cara menanam. Ogah panas2an?  Takut kulit jadi menghitam? Sudah gak jaman keless.

Coba deh kotori tanganmu, tanam 1 pot saja, tanaman hias, atau yang bisa dimakan, sambil niatkan untuk ibadah, karena menanam 1 benih tanaman saja, hidup atau mati, bisa dapat pahala. Selain itu,  hati ente tenang, gak gampang emosian. Orang tiap hari makan, dan yang butuh makan jumlahnya selalu meningkat. Memangnya mau makan beras atau cabe sintetis? Mau mengandalkan impor terus?

Otomotif biar jadi urusannya orang jerman, italia, atau jepang. Eitss, jepang sekarang fokus juga di pertanian, pakai teknologi lagi. Nah lho! Jangan kalah, mana suaranya sarjana pertanian, peternakan, atau bahkan non pertanian? Kita sudah banyak inovasi, tapi masih kurang.

Bayangkan, 250 juta penduduk lho! Jangan berteori, jangan cuma duduk di kantor. Cabe naik, protes di medsos. Punya halaman luas, cuma ditumbuhin rumput. Punya warisan lahan, dijual, malas menanam. Kalau masih malas gerak, lama-lama ente bisa kena kolesterol atau stroke, hahaha…

Mohon maaf jika tulisan saya banyak salah kata atau menyinggung suatu pihak. Saya hanya meneruskan gaung pentingnya pertanian dari yang sudah ada, intinya memotivasi, agar potensi dari NKRI ini bisa terdongkrak, sehingga menghasilkan lebih banyak inovator, serta lebih produktif dalam hal pangan.

Tapi tentunya, hal ini tidak mudah. Karena pasti selalu ada pihak-pihak yang menghadang. Ingat saja, ciri khas kapitalis, baik perorangan maupun kelompok, selalu berusaha memonopoli, menginjak yang lebih kecil supaya tidak ada persaingan. Wallahualam

             


latestnews

View Full Version