KESULITAN akan bertambah dengan rencana kenaikan iuran BPJS oleh pemerintah. Tak sedikit dari kalangan masyarakat yang merasa berat dengan kebijakan tersebut. Tidak ada empati yang disampaikan oleh pejabat negara, yang telah abai dan lepas tanggung jawab terhadap kesehatan warganya. Justru statment yang tak etispun disampaikan demi sebuah kebijakan yang tidak pro rakyat.
"Saya pikir semua masyarakat harus memahami itu (iuran BPJS Kesehatan naik), karena nanti, jangan mengembangkan sehat itu murah, nanti repot. Sehat itu mahal, perlu perjuangan," kata Moeldoko di Kantor Staf Presiden (KSP), Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (4/9).
"Kalau (masyarakat beranggapan) sehat itu murah nanti orang menjadi sangat manja, gitu. Tidak mau mendidik dirinya untuk menjadi sehat. Sehat itu perlu perjuangan, perlu olahraga, perlu mengurangi rokok," ujarnya melanjutkan.
Ya, inilah realita yang dialami oleh rakyat +62 yang telah melahirkan sosok pejabat yang tak peka terhadap penderitaan yang dialami rakyat. Untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari sudah sulit, ditambah harus mengeluarkan uang tambahan untuk iuran BPJS. Sungguh kebijakan yang sangat membebani rakyat.
Tak dapat dipungkiri, kebijakan menaikan iuran BPJs naik merupakan akibat penerapan sistem kapitalis neoliberal. Dimana rakyatlah yang menanggung biaya biaya kesehatannya secara "gotong royong". Dengan menaikkan biaya iuran BPJS yang nominalnya mencapai 100%. Lalu siapa yang diuntungkan ? Jelas para kapital yang bermain dalam ranah kesehatanlah yang menikmati pundi - pundi rupiah dari iuran BPJS. Sedangkan rakyat semakin tercekik dengan kebijakan tersebut.
Luar biasa, sungguh sangat buruk pemeliharaan negara kepada rakyat. Dimana seharusnya kesehatan merupakan fasilitas yang diberikan kepada rakyat secara murah dan gratis. Tidak ada yang ingin sakit, jika kehidupan ini mudah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rakyat banyak yang sakit, justru karena tidak mampu memikirkan beban hidup yang semakin sulit.
Dalam Islam, sudah terbukti bahwa kesehatan merupakan sarana yang wajib disediakan oleh negara. Negara tak boleh abai terhadap kesehatan warganya, dan jika ada yang sakit akan dicari penyebabnya hingga penyakit tersebut tidak tersebar luas.
Islam pun telah mengatur bahwa negara berfungsi memelihara dan menjaga umat melalui penerapan sistem islam. Salah satunya menjamin kesejahteraan termasuk bidang kesehatan, dengan murah bahkan gratis.*
Nurita Amalina W
Tinggal di Jember, Jawa Timur