Oleh: Tardjono Abu Muas (Pemerhati Masalah Sosial)
Tak luput usai pelantikan presiden, di dunia maya (Dumay) atau media sosial (Medsos) berseliweran postingan dengan judul berbagai macam. Ada yang menulis dengan judul: Dag-Dig-Dug menunggu telepon dari istana.
Ada pula yang menulis, aku sudah dapat telepon dari Istana Mobil yang isinya soal penawaran produk mobil terbaru. Tak ketinggalan pula ada yang agak unik menulis, aku sudah mendapat telepon dari Istana Sepeda, isi pembicaraannya soal siap-siap untuk menyiapkan quiz nama-nama ikan di laut kepada anak-anak SD yang bisa menjawab hadiahnya sepeda.
Terlepas baik telepon dari istana presiden, istana mobil maupun istana sepeda, memang kebiasaan pascapelantikan presiden di negeri ini, pihak istana menelpon beberapa orang untuk diminta kesediaannya masuk dalam jajaran kabinet guna membantu kerja presiden.
Berbicara soal telepon dari istana tentang kesediaan seseorang untuk menjabat selaku menteri, layak kiranya kita membuka, menyimak dan menghayati lembaran sejarah yang diperankan sahabat Rasul SAW tatkala mendapat 'tawaran' jabatan, 'bukan meminta jabatan'.
Dikisahkan, Abdullah bin Umar RA., suatu saat pernah menolak ketika beliau ditawari jabatan strategis oleh Khalifah Utsman RA.,. menjadi qadli atau hakim hingga Khalifah agak marah karena merasa tidak dihargai sambil mengatakan: “Adakah kamu bermaksud membantah perintahku? Jawab Ibnu Umar: “Tidak! Saya tidak siap memegang jabatan tersebut semata-mata karena saya pernah mendengar dari Rasulullah SAW., menyatakan bahwa pada diri seorang qodli atau hakim itu hanya ada tiga kemungkinan.
Kemungkinan pertama, qodli yang masuk neraka jahannam karena ia mengetahui kebenaran, tapi ia tidak menetapkan hukum berdasar kebenaran. Kedua, qodli yang bodoh, tidak tahu kebenaran dan menetapkan hukum atas dasar hawa nafsu. Ia masuk ke dalam neraka. Ketiga, qodli yang mengetahui kebenaran, lalu menetapkan hukum dengan kebenaran itu. Ia masuk surga.
Akhirnya, Khalifah Utsman RA., mengabulkan keberatan Ibnu Umar RA., setelah mendapat jaminan bahwa ia tidak akan menceritakan hal itu kepada siapa pun. Karena khalifah merasa khawatir jika masyarakat mengetahui keberatan Ibnu Umar RA, maka tidak akan ada seorang pun yang shaleh yang mau ditunjuk sebagai qodli.
Mengakhiri tulisan ini, lalu timbul sebuah pertanyaan, adakah seseorang yang telah ditelepon pihak istana untuk masuk kabinet Jokowi Jilid-2 lalu menolaknya sebagaimana sikap Ibnu Umar RA?