View Full Version
Sabtu, 26 Oct 2019

Mungkinkah Berharap Pada Pemimpin Hasil Kerja Para Buzzer Politik?

Oleh: Nursiyati, A.Md Komp (Pengajar)

Penelitian yang dilakukan oleh dua ilmuwan dari Universitas Oxford Inggris, oleh Samantha Bradshaw dan Philip N Howard dalam laporan bertajuk The Global Disinformation Order, 2019 Global Inventory of Organised Social Media Manipulation baru-baru ini mengungkapkan bahwa, pemerintah dan partai-partai politik Indonesia mengerahkan, serta membiayai pasukan siber alias buzzer di media sosial untuk memanipulasi opini publik.

Dalam laporan itu, dibeberkan bahwa pemerintah dan partai-partai politik di Indonesia menggunakan buzzer untuk menyebarkan propaganda pro pemerintah/partai, menyerang lawan politik, dan menyebarkan informasi untuk memecah-belah publik.

Selain itu ditemukan juga bahwa di Indonesia, pemerintah dan partai-partai politik memanfaatkan pihak swasta, atau kontraktor serta politikus untuk menyebarkan propaganda, serta pesan-pesannya di media sosial. Sementara alat yang digunakan adalah akun-akun palsu yang dioperasikan oleh orang-orang dan oleh bot. (https://www.faktakini.net/2019/10/resmi-hasil-penelitian-oxford.htm)

Penemuan ini membuktikan sekali lagi bahwa demokrasi tidak murah dan tak seindah teori yang digembar-gemborkan. Bagaimana tidak, dengan adanya buzzer politik yang di perkerjakan oleh pemerintah dan partai politik tidak mungkin hanya di bayar dengan terima kasih tetapi ada bayaran tertentu untuk mereka.

Para buzzer di Indonesia, menurut penelitian itu, dikontrak oleh pemerintah atau partai politik tidak secara permanen. Mereka lazimnya dibayar di kisaran harga Rp 1 juta sampai Rp 50 juta. Di Indonesia para buzzer ini bergerak di tiga media sosial utama, Facebook, Twitter, Instagram, serta di aplikasi pesan WhatsApp. Para buzzer belum banyak bergerak di Youtube.( http://www.zonasatunews.com/nasional/peneliti-oxford-pemerintah-indonesia-biayai-buzzer-untuk-pecah-belah-publik/)

Angka yang cukup fantastic untuk sebuah pekerjaan yang hanya mengandalkan cuap-cuap di depan media sosial, tanpa pernah bertemu di dunia nyata. Namun hal ini sangat perlu kita cermati dan sayangkan. Sebab, secara tidak langsung sistem pemilihan ala demokrasi yang tegak di atas fondasi kebohongan produksi para buzzer bayaran.

Karena dengan mengandalkan para buzzer mereka bisa memoles setiap pemimpin yang mereka usung dengan sebaik mungkin. Sehingga tidak terlihat cela dan cacat perilaku sedikitpun di muka publik. Padahal, secara logika saja seseorang yang di poles dengan segala macam kebohongan, dapat menghasilkan seseorang sosok pemimpin yang akan melakukan segala macam cara untuk menutupi kebohongan dengan kebohongan baru. Alhasil dapat dipastikan pemimpin tidak bisa di percaya untuk memimpin sebuah negara. Sebab ia terpilih diatas keringat para buzzer yang ia bayar.

 

Kepemimpinan dalam Islam

Pemimpin Islam bukan terpilih karena hasil kerja keras ppara buzzer untuk membangun pencitraan di tengah-tengah masyarakat. Melainkan ia dipilih karena memenuhi syarat iniqad (legal) yaitu di antaranya seorang muslim, laki-laki, baliq, berakal, adil, merdeka dan mampu.

Itulah syarat legal seorang pemimpin dalam Islam, tidaklah terlalu susah namun perlu di penuhi seorang pemimpin, namun yang perlu di ingat bahwa seorang pemimpin dalam Islam tidak lah pemimpin yang hanya memikirkan dirinya sendirinya, namun seorang pemimpin harus seorang yang mempunyai dedikasi dan loyalitas hanya kepada Allah. Dan hal ini dapat digambarkan dalam hadist berikut ini

Ibnu umar r.a berkata: saya telah mendengar rasulullah saw bersabda :setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya.

Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) darihal hal yang dipimpinnya. ( HR. Bukhari, Muslim)

Jadi marilah mulai dari sekarang kita memilih pemimpin Islam yang memenuhi syarat yang di sebutkan diatas. Di samping itu seorang pemimpin yang siap dibaiat untuk menerapkan sistem Islam. Sebab umat hari ini tidak lagi berharap kepada pemimpin hasil kerja buzzer.  Wallahu A’lam Bissawab


latestnews

View Full Version