Oleh: M Rizal Fadillah (Pemerhati Politik dan Keagamaan)
Sebagai ajaran yang lahir dari darah yang tertumpah baik pembunuhan Khalifah Ali bin Abi Thalib Ra maupun pembantaian keluarga Husein bin Ali bin Abi Thalib di padang Karbala, Syi'ah membawa karakter ajaran yang radikal.
Ritual "tathbir" yakni melukai diri sendiri dengan senjata tajam adalah benih itu. Anak kecilpun digoreskan sayatan berdarah di kepalanya. Ritual aneh tapi menjadi keyakinan atas penghormatan, pengorbanan dan pembalasan.
Ada Empat dimensi radikalisme yang terkandung dari ajaran Syi'ah, yaitu :
Pertama, radikalisme ucapan. Yakni memaki, menghujat, dan mengutuk istri istri Rosulullah SAW maupun shahabat utama Abubakar Shiddiq dan Umar Ibnul Khattab. Mulut Syi'ah tajam melecehkan dan membenci orang orang yang dicintai Nabi SAW.
Kedua, radikalisme seksual. Membolehkan bergaul dengan banyak lawan jenis melalui mut'ah. Asal ada perjanjian waktu. Ini adalah legalisasi perzinahan. Ayatullah Khomeini membolehkan mut'ah dengan bayi. Yang sudah bersuami pun oke saja.
Ketiga, radikalisme fisik, yaitu melukai diri sendiri yang menjadi modal untuk melukai orang lain. Kaum nawashib ahlus sunnah dihalalkan darahnya. Takfiri berlanjut pada penumpahan darah.
Keempat, radikalisme ideologi. Keyakinan ideologi Imamah tak boleh dibantah. Spirit untuk berjuang menggantikan ideologi apapun. Ideologi imamah adalah ideologi radikal karena "Imamah" menjadi rukun iman Syi'ah yang harus diperjuangkan.
Di dunia Islam manapun yang memberi kesempatan pada pengembangan faham Syi'ah maka cepat atau lambat akan sampai juga pada bukti radikalisme Syi'ah ini. Konflik dan peperangan. Suriah, Irak, Yaman, Lebanon dan lainnya adalah contoh. Bahaya ini yang menyebabkan Malaysia dan Brunei melarang pengembangan ajaran Syi'ah.
Di Indonesia, Syi'ah adalah peletak dasar gerakan terorisme dan radikalisme. Pada tahun 80 an pasca revolusi Iran, ekspor revolusi diarahkan ke negara Indonesia. Maka radikalisme Syi'ah mengguncang melalui peristiwa pemboman Candi Borobudur, peledakan Bis Pemudi, dan pemboman Seminari Alkitab di Jawa Timur. Tokoh utama adalah Ibrahim Jawad alumni Qom Iran. Pesantren YAPI di Bangil jadi pusat Syiah tersebut.
Kini Syi'ah semakin berkembang melalui organisasi IJABI dan ABI yang dikoordinasi ICC Kedutaan Besar Iran di Jakarta. Pos pos pengembangan telah menyebar ke seluruh Indonesia.
Nah jika radikalisme ingin diwaspadai pengembangannya, dicegah agar warga tidak terpapar, serta menghindari konflik ke depan maka Pemerintah harus mengarahkan perhatian pada gerakan yang berbahaya ini. Membahayakan akidah agamaan umat dan membahayakan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mutatis mutandis dengan komunisme. Syi'ah dan Komunis bagai saudara kembar. Pandai mengelabui dan mahir dalam berpura pura manis.
Syi'ah adalah gerakan politik yang bersembunyi pada kegiatan spiritualisme. Menegakkan Imamah adalah tujuan akhir dari misi perjuangan. Sedini mungkin mesti di antisipasi sebab jika tidak, kita akan menyesal nanti. Syi'ah adalah radikalisme sejati.