View Full Version
Selasa, 05 Nov 2019

Lagi! Arah Pendidikan Dipertanyakan

 

Oleh:

Puput Hariyani, S.Si*

 

DUNIA pendidikan kembali berduka. Lagi dan lagi kasus kerusakan generasi mencoreng wajah pendidikan negeri ini. Dilansir detiknews.com, Alexander Warupangkey (54) salah seorang guru SMK di Manado harus meregang nyawa akibat pengeroyokan yang dilakukan oleh muridnya sendiri. Hal ini dikarenakan pelaku tersinggung karena ditegur merokok. Begitu mudah generasi tersulut emosi. Peristiwa ini tentu bukanlah yang pertama, juga bisa jadi bukan yang terakhir.

Berulangnya tingkah polah generasi yang semakin liar dan tak terkendali tentu menjadi keprihatian tersendiri. Mereka berada di garis merah. Untuk menelisik secara mendalam tentu dibutuhkan cara pandang yang komprehensif agar ditemukan akar persoalan sehingga dari sana akan dirumuskan solusi penyelesaian.  

Dari sisi keimanan generasi tentu pondasinya sangat rapuh sehingga mereka berani menendang norma agama. Pantauan keluarga minim sehingga penjagaanya pun lemah, belum lagi lingkungan pergaulan yang menebarkan aura negatif. Ditopang oleh media yang kurang berpihak pada tumbuh kembang generasi. Muatan liberal sangat cepat diadopsi sementara bahaya yang ditimbulkan tak diperhitungkan.

Lembaga pendidikan juga patut untuk instropeksi diri, melakukan evaluasi ditengah program yang massif digalakkan misalnya Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang disinergiskan dengan Program Pendidikan Karakter (PPK).  Ada apa dengan kurikulum pendidikan kita? Kini arah pendidikan kembali dipertanyakan.

Di era menteri sebelumnya, justru  muatan sekulerisasi pada program pendidikan karakter juga kian terasa. Ide penghapusan pendidikan agama di sekolah yang diwacanakan oleh Chairman Jababeka SD Darmono yang diusulkan pada Presiden Jokowi menuai banyak kritik dari masyarakat. Menurut Ketua Fraksi PKS DPR Jazuli Juwaini, ide penghapusan pelajaran agama adalah ide sekulerisasi yang menjauhkan generasi bangsa dari nilai-nilai agama (indopos). Ide ini sangat berbahaya dan harus dijauhkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara.

Muhadjir Efendi juga menyatakan bahwa nyawa dari gerakan pendidikan adalah literasi. Muhadjir juga menyampaikan literasi tak melulu soal membaca buku. Menghadapi era industry 4.0 setidaknya ada 6 literasi yang wajib dikuasai. Literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi financial, literasi digital dan literasi kebudayaan dan kewarganegaraan (jeda.id).

Namun benarkah literasi yang dicanangkan dalam rangka untuk mencerdaskan bangsa agar mampu menghadapi tantangan di era RI 4.0 atau justru sebaliknya? Revolusi Industri 4.0 bukan saja bicara tentang perubahan teknologi tetapi juga keharusan dunia mengikuti perubahan nilai-nilai sebagaimana yang diinginkan AS.

Pada gilirannya kecanggihan teknologi era RI 4.0 seperti Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence - IA) berupa robot pintar hingga mobil tanpa sopir dan mesin cerdas lainnya akan menimbulkan masalah serius, salah satunya adalah pengangguran. Hal ini dipaparkan Larry Elliott editor ekonomi “The Guardian” dua tahun lalu dalam tulisannya bertajuk Fourth Industrial Revolution brings promise and peril for humanity.

Dari sini bisa ditarik benang merah, bahwasanya peningkatan kualitas SDM bagi generasi untuk menguasai literasi tidak banyak berarti. Pasalnya, generasi hanya akan menjadi user pengguna bukan maker pembuat.

Apalagi jika dikaitkan dengan permintaan presiden kepada Mendikbud baru Nadiem Makarim untuk membuat terobosan di dunia pendidikan. Menyiapkan sumber daya manusia (SDM) siap kerja, siap berusaha, yang link and matched antara pendidikan dan industry (kumparan.com).

Alhasil, arah pendidikan kita semakin terlihat untuk melahirkan generasi yang sekuler-liberal dan generasi hanya akan tercetak menjadi buruh yang bekerja di raksasa-raksasa bisnis industry kapitalis.

Arah Pendidikan Islam

Berbeda dengan pendidikan hari ini. Arah pendidikan Islam sangat jelas yakni untuk membentuk generasi yang memiliki kepribadian Islam, menguasai sains teknologi untuk kemaslahatan umat manusia dan tentunya semua itu diiringi dengan pondasi keimanan yang kokoh.

Sistem pendidikan Islam meniscayakan penerapa Islam secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan. Karena di dalam Islam sistem pendidikan berkaitan erat dengan sistem kehidupan yang lainnya. Salah satunya adalah sistem ekonominya yang akan menjamin terwujudnya pendidikan berkualitas dengan lengkapnya berbagai fasilitas pembelajaran. 

Islam akan menetapkan kurikulum yang menjadikan akidah Islam sebagai asasnya, proses pembelajaran yang membekas pada diri pelajarnya. Kesuksesan pendidikan Islam juga ditopang oleh berbagai elemen. Sinergitas antara keluarga sebagai pihak yang menancapkan keimanan yang kokoh, sekolah dan juga masyarakat yang akan menjadi kontrol social. Serta negara menutup berbagai celah yang bisa merusak generasi dengan memberikan pengaturan yang komprehensif salah satunya di bidang media social dengan menghapus berbagi konten yang tidak mendidik. Mewujudkan regulasi sistem pergaulan yang Islami.

Pengamanan serba berlapis inilah yang telah terbukti di masa kejayaan Islam selama berbilang abad melahirkan kualitas generasi yang mampu menguasai ilmu dunia dan akhirat. Demikianlah Islam menjaga generasi dan mengantarkan mereka menjadi pemimpin dunia.*Penulis pemerhati remaja


latestnews

View Full Version