Oeh: Nurul Hariani
(Mahasiswi UINSU Medan dan Aktivis Muslimah Dakwah Comunity)
"Guru ku tersayang guru ku tercinta, tanpa mu apa jadinya aku,tak bisa baca tulis, mengerti banyak hal guru ku terimakasihku...”
Itulah salah satu penggalan lagu yang sering dinyanyikan oleh anak-anak disekolahnya sebagai penghormatan anak didik terhadap gurunya. ya para guru yang memberi banyak hal kepada anak didik.
Tentunya kita tak sedang berbicara guru honorer atau bukan ,beberapa pekan lalu,guru yang biasanya digambarkan sebagai guru yang terdiskriminasi karena honor yang rendah, mendapatkan berita baik karena ada rencana ribuan guru honorer yang akan mendapatkan bantuan kesejahteraan dikota Medan.
Faktanya pada pemberitaan bahwasanya Pemkot Medan akan beri bantuan kesejahteraan Kepada guru honorer sebagai bentuk motivasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Hal itu terungkap saat rapat pengajuan draft surat keputusan (SK) Walikota tentang pemberian honorer guru TK,SD dan SMP se-Kota Medan di Ruang Rapat II Balai Kota Medan,Senin (9/12/2019).
“Guru honorer sangat mengharapkan bantuan ini.pasalnya kita ketahui, penghasilan mereka selama ini kurang mencukupi,” kata Musadad.
Menurut salah satu pegawai “pak Masrul” pihaknya telah melakukan seleksi dan verivikasi terhadap guru honorer disekolah negeri maupun swasta kota Medan. Ia menyatakan, bantuan bisa diterima oleh guru honorer yang belum mendapatkan sertifikasi.
Guru yang akan diberikan kesejahteraan Telah diseleksi,sebab syarat utamanya yang mendapatkan bantuan adalah guru honorer yang tidak mendapatkan sertifikasi dan harus terdata dalam data pokok pendidikan (Dapodik.). Dan berdasarkan Dapodik yang memilliki terdapat sekitar 1000-an guru honorer.
Badan pengelolaan keuangan dan aset daerah(BPKAD) Kota Medan T.Ahmad Sofyan menekankan jumlah guru honorer harus disesuaikan dengan pagu anggaran yang tersedia dan nomor rekening juga harus sinkron. Itulah beberapa kabar baiknya yang beberapa blakangan ini dilontarkan.
Dari perkataan para Petinggi Pemko (Pemerintah kota) Medan yang senantiasa tarik ulur soal kesejahteraan guru honorer yang ada di kota Medan dengan syarat utama yang mendapatkan bantuan kesejahteraan ini adalah guru honorer yang tidak mendapat sertifikasi sesuai dengan pagu anggaran yang tersedia.
Yang mana bantuan ini tentu sangat dibutuhkan oleh para guru honorer, hanya saja hal ini tidak akan sampai memenuhi kebutuhan hidup guru honorer secara tuntas ketika pemerintahan hanya menjadikan pagu anggaran yang tersedia sebagai sumber pendanaan bantuan.
Padahal bulan Juni lalu Bapak Gubernur “Edy Rahmayadi” akan memberhentikan Ribuan Honorer untuk hemat Rp 120 Miliar (KOMPAS.com).
Inilah gambaran Sistem kapitalis Liberal yang memberikan jaminan kesejahteraan yang setengah hati kepada seluruh rakyat terutama guru honorer. Yang mana kita ketahui kesejahteraan masyarakat adalah tanggung jawab Negara tanpa adanya sekat sekat syarat utama, di mana Negara juga yang memberikan jaminan kesejahteraan (sandang, pangan, papan yang merupakan kebutuhan yang asasi) bagi setiap warga negaranya, dengan memberikan gaji yang layak dan itu juga bukan hanya sekedar Janji-janji yang sering ditarik ulur oleh pemerintah.
Tapi lebih kepada tanggung jawab penguasa terhadap rakyatnya. Sebagaimana yang pernah terjadi dalam SISTEM ISLAM, di mana negara dapat menggaji seorang guru sebesar 15 Dinar yang setara dengan Rp. 32.000.000/Bulannya.
Inilah salah satu bagian yang horor yang dialami bagi sang honorer, dan masyarakat lainnya yaitu tarik ulurnya pemerintah untuk mensejahterakan mereka, seakan kesejahteraan mereka masih digantungkan oleh pemerintah atau hanya sekedar Janji-janji Manis Belaka.
Untuk menghindari adanya janji-janji para penguasa yang hanya janji maka dengan Sistem ISLAM lah masyarakat akan sejahtera, dari bidang ekonomi, sosial bahkan bidang Pendidikan sekalipun.
Bahkan seorang Pemimpin (Khalifah) tak akan membiarkan rakyatnya dalam keadaan kelaparan atau kesengsaraan sedikitpun. Karena semua akan dipertanggung jawabkan seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi Wassallam dari Abdullah Bin Umair Radhiyallahu ‘Anhu yang mengingatkan:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang Istri adalah pemimpin didalam urusan rumah tangga suaminya, adan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas tanggung jawabnya tersebut.” (H.R. Bukhari dan Muslim).