Oleh: M Rizal Fadillah (Pemerhati Politik)
Jika negara China terus memprovokasi bangsa Indonesia dengan bertahan mengawal kapal nelayannya melakukan penangkapan ikan secara ilegal di perairan Kepulauan Natuna, maka tak ada jalan lain bangsa dan rakyat Indonesia harus marah.
Pemerintah bisa lunak bernegosiasi, tapi rakyat berhak bersikap. Sikap yang akan ditunjukkan adalah gerakan anti China. Anti negara komunis China.
Bila pemerintah RRC nekad maka rakyat dan bangsa Indonesia juga akan tampil lebih berani. Di samping mendesak Pemerintah RI bertindak tegas untuk mengusir kapal nelayan China juga akan bersiap mengambil langkah langkah yang perlu.
Gerakan anti China akan semakin menggumpal. Bangsa Indonesia pernah mengalami sejarah kelam akibat ulah partai komunis dukungan RRC. Kini semangat melawan "penindasan" dan "pemberontakan" PKI dahulu akan muncul kembali.
Umat Islam memiliki peran strategis bersama Angkata Bersenjata. Doktrin hankamrata akan menyatukan kekuatan bersama. Sudah terlalu lama China merajalela di dalam negeri. Investasi dan hutang luar negeri dirasakan oleh rakyat dan bangsa Indonesia sebagai alat pemaksaan. Pribumi secara ekonomi telah terpinggirkan. Kesombongan China menginjak injak kedaulatan negara di Natuna akan berdampak luas. Perlawanan pun akan bersifat menyeluruh.
Pemerintah Indonesia untuk menekan kekuatan militer China mesti melakukan ancaman dan tekanan politik dan ekonomi. Pemerintah China sangat berkepentingan dengan stabilitas dalam negeri untuk melindungi "warga" dan bisnisnya. Apalagi pengusaha besar di Indonesia adalah warga keturunan China. Gurita bisnis yang dibangun susah payah selama ini, terancam berantakan akibat konfrontasi RI-China.
Forum, komunitas, hingga front-front anti China akan terbentuk menghadapi sikap bandelnya Pemerintah China mengacak acak perairan Kepulauan Natuna. Mereka menganggap enteng pemerintah dan rakyat Indonesia. Kita buktikan ini bukan masalah enteng.
Masalah martabat, masalah pembelaan diri, masalah perlawanan pada rezim komunis. Jihad fie sabilillah adalah jiwa juang muslim yang teraniaya bangsa dan agamanya.
Bedebah RRC ujug ujug muncul di tengah situasi bangsa Indonesia yang sedang bermasalah dengan banyak skandal. Ini bukan cermin negara sahabat.
Ini negara yang sedang mencoba merampok di air keruh. Mengobok obok jiwa dan harga diri bangsa yang merdeka. Tak ada pilihan selain siap siaga, konsolisasi, serta menggalang kekuatan nyata. RRC mesti pergi dari Natuna dan kolaboratornya usir dari bumi nusantara.
Umat Islam merasa pedih dengan nasib saudaranya di Xinjiang. Komunitas Uighur diperlakukan di luar batas kemanusiaan oleh rezim komunis. Berpura pura menjadikan tempat re-edukasi padahal kamp konsentrasi. Akidah dan fikiran keagamaan dihancurkan. Dipaksa agar menerima ideologi kafir. Jutaan muslim menjadi korban dari pelanggaran HAM. Ini bukan semata isapan jempol.
Mari bangkit muslim, mari bangkit pribumi, jangan biarkan bangsa, negara, dan agama dinistakan oleh kekuasaan China. Usir dari Natuna, haram pasukan mereka mendarat di tanah Indonesia.
Wahai penguasa negeri tampilah dengan percaya diri membela ibu pertiwi. Jangan berbasa basi bersembunyi dibalik negoisasi. RRC sudah kurang ajar karenanya harus kita hajar.