View Full Version
Jum'at, 31 Jan 2020

Komunitas Muslimah di Negeri Kanguru

 

Oleh:

Rushda Ramadhan

Ibu dari 4 anak, tinggal di Sydney

 

TEMAN layaknya saudara. Begitulah ungkapan yang tepat untuk kehidupan di perantauan. Terlebih di negeri orang yang memiliki kulit dan bahasa yang berbeda. Saya hijrah ke Australia, tepatnya Kota Newcastle tahun 2003. Terbang dengan pesawat Qantas dengan membawa si sulung, Hafizhuddin, yang saat itu masih berumur dua bulan. Alhamdulillah perjalanan lancar dan dijemput suami di bandara terdekat. Newcastle termasuk Provinsi New South Wales, sekitar 2,5 jam dari Sydney.

Ketika itu, populasi muslim di Newcastle sangat sedikit, tapi Alhamdulillah sudah ada satu masjid. Hal pertama yang dilakukan suami ketika saya datang untuk mendampingi beliau adalah membawa saya ke masjid, qadarullah hari itu ada Sisters Circle (pengajian ibu-ibu bulanan). Suami saya mengenalkan saya ke pengurus, yang beliau juga muallaf, Sister Maemunah namanya. Saya pun dikenalkan ke beberapa sisters dari Indonesia yang sebagian sudah menetap atau sedang study.

Menjadi minoritas di Negeri Kanguru yang juga berbeda cuacanya dengan Indonesia, merupakan suatu tantangan berat dalam beradaptasi. Namun, dengan memiliki sahabat dan hidup bersama komunitas yang memiliki visi hidup yang sama, itu sangatlah membantu. Tidak perduli dari negara mana, ketika bertemu di masjid pertama kalinya, mereka akan langsung memberikan nomor kontak gawai, mengundang ke rumahnya dan memberikan hospitality yang luar biasa. Sebagai sesama pendatang, kami sangat merasakan beratnya adaptasi. Tentang tempat belanja yang halal, belajar ilmu Islam, cara mengatur rasa ketika kami rindu dengan saudara di Indonesia, juga jika sekadar rindu makanan khas Indonesia. Dengan adanya teman dan komunitas Muslim meski kecil sekali di Newcastle ini, sudah sangat membantu.

Setelah enam tahun lamanya saya tinggal di Countryside (Kota Pinggiran) yang tidak pernah ada kemacetan, pusat perbelanjaan yang selalu sepi dan adem ayem, tahun 2009 saya pindah ke Kota Sydney. Kota besar tersibuk di Australia dan tentunya kehidupan individualis dan kapitalistik sangat terasa di kota ini. Tak ada pilihan selain harus beradaptasi kembali.

Meski dengan hiruk-pikuk Sydney yang luar biasa, ternyata populasi muslim banyak di sini dan orang-orang Indonesia juga banyak sekali dibanding di Newcastle, Alhamdulillah. Tidak lama setelah kepindahan saya ke Sydney, teman suami dan keluarganya yang memang tinggal di Sydney, langsung mendatangi rumah kami. Tanpa diminta ini itu, beliau langsung memberikan semua informasi yang saya butuhkan untuk menjalankan kehidupan di Sydney. Dari mulai menunjukkan tempat belanja grosir Asia sampai tempat kumpul Muslimah Indonesia, masyaAllah. Saya sangat bersyukur saya mengenal mereka.

Di sinilah saya mulai mengenal Majlis Ta’lim Raudhatul Ilmi. Saya bergabung dengan mereka Agustus 2009. Mereka sudah mulai pengajian sejak tahun 2003 MasyaAllah. Founder nya yaitu Mbak Alfia Rahmi (Allah yarhamu), yang juga sahabat terbaik pertama saya di Sydney. Pengajian ini dimulai dari lima sisters, yang sebagian baru mengenal Islam setelah di perantauan, baru mau belajar alif ba ta dan baru belajar memakai kerudung. Dulu, ngajinya dari rumah sister yang satu ke rumah sister lainnya.

Sampai akhirnya ketika saya ikut bergabung dengan mereka tahun 2009, peserta tetapnya sudah mencapai 20 orang. Mungkin bagi ukuran pengajian di Indonesia, jumlah itu sedikit. Tapi bagi kami saat itu memiliki teman yang konsisten ngaji setiap minggu sebanyak 20 orang sangatlah luar biasa. Karena kehidupan Sydney sangat menawarkan kesempatan kerja kepada semuanya, baik laki-laki maupun perempuan, untuk penduduk Australia ataupun pendatang. Tentunya ini sangat menggiurkan kami sebagai pendatang. Selain itu, Sydney juga banyak tempat-tempat belanja yang menawarkan diskon atau DFO yang menawarkan harga miring barang-barang _branded_, hal ini membuat ibu-ibu jika ada waktu kosong, mereka akan gunakan untuk belanja atau sekadar duduk-duduk minum kopi di pusat perbelanjaan. Jadi memiliki sahabat dalam ketaatan dan bisa bertemu untuk menuntut ilmu setiap minggu, adalah hal yang luar biasa bagi kami.

Pengajian ini sejak awal dilakukan setiap hari Rabu pukul 10.30, setelah mengantar anak-anak sekolah dan merapikan rumah. Selesai sekitar pukul 13.00, dilanjut dengan makan siang dan sesi ukhuwah dengan para peserta lainnya. Sebetulnya bagi pendatang baru seperti saya, yang paling menarik di awalnya adalah sesi makan siang, karena selalu menyediakan makanan khas Indonesia yang memang dimasak oleh orang-orang yang sudah ahli (bukan seperti saya), dan juga sesi ukhuwah. Karena para sisters nya yang sangat perhatian dan saya betul-betul merasakan rasa saling mencintai karena Allah, Alhamdulillah. Namun lama-kelamaan saya mulai tertarik dengan materi-materi yang disampaikan dan di sinilah saya mulai mengenal Islam dari sisi yang berbeda, Islam yang sangat komprehensif, yang memiliki seluruh aturan dalam segenap sisi kehidupan. Allahu Akbar. Saya sangat bersyukur Allah perjumpakan dengan pengajian ini dan bisa menjadi bagian dari mereka.

Sejak Mbak Alfia Rahmi (Allah yarhamu) meninggal pada tahun 2013, di umur yang masih muda. Alhamdulillah beliau telah membina kami menjadi lebih baik, sehingga kami bisa tetap mempertahankan identitas kami sebagai seorang muslim, meskipun tinggal di negeri Asing yang sangat kapitalistik. Meskipun beliau meninggalkan kami, pengajian ini semakin besar dan ikatan karena aqidah Islam menjadi semakin kuat. Dengan meninggalnya beliau, memberikan hikmah besar kepada kami, bahwa kita bisa meninggal kapan saja dan di mana saja. Lantas apa yang kita tinggalkan di dunia ini sehingga menjadi amalan Jariyah?

Oleh karena itu, kami dalam Majlis Taklim Raudhatul Ilmi (MTRI), bekerja keras untuk memberikan yang terbaik untuk Komunitas Muslimah Indonesia yang berada di Sydney khususnya, berharap nanti ini menjadi amalan jariyah dan jejak kehidupan yang kami tinggalkan. Alhamdulillah, setiap Rabu sekitar 50 Sisters datang, bahkan jika ada acara spesial, bisa sampai 100 Sisters yang datang. Kami juga telah menanamkan slogan “Educating Muslimah with Syariah” ke dalam benak kami, sehingga apapun yang kita lakukan, berharap hanya karena Allah dan tidak keluar dari Syariah Allah.

Dengan mengedukasi muslimah, kami berharap dapat memberikan kontribusi besar kepada komunitas muslim di sini. Karena bagaimanapun muslimah ini adalah salah satu pilar untuk menjaga Identitas Keluarga Islam sehingga tetap Istiqomah. Apalagi kalangan pemudanya, yang karena sistem pendidikan yang sangat sekuler dan juga tekanan dari lingkungan, membuat banyak pemuda Islam, melepasakan keIslamannya. Muslimah yang juga sebagai Ibu inilah yang akan mendidik generasi ini menjadi generasi yang Tangguh dan bisa tetap kuat dengan segala godaan dunia.

Hanya dengan syariahlah kita akan menuai keberkahan di dunia dan akhirat. Dengan keyakinan inilah, kami terus membentuk Komunitas Muslimah yang kuat di daerah Sydney, saat ini kami masih banyak mengcover Sisters yang tinggal di South Western Sydney. Bismillah semoga semua Muslimah Indonesia yang ada di Sydney bisa kami jangkau semua dan bisa merasakan Indahnya berukhuwah dalam Iman dan Islam. Kami juga selalu dibina untuk act locally and think globally.

Jadi memang kami tidak hanya ingin berkontribusi terhadap Muslimah yang di Sydney. Kami juga ingin memberikan kontribusi lebih. Kami mulai memanfaatkan sosial media, Instagram. Dengan itu, Muslimah yang ada di Perth, Darwin, Adelaide, Melbourne, dan Indonesia atau bahkan di England bisa mengkakses kajian Live Instagram kami setiap Rabu.

Menjadi bagian dari komunitas yang memiliki misi visi besar, meskipun sebagai minoritas, adalah nikmat terbesar yang saya rasakan setelah nikmat Iman dan Islam. Semoga dengan cerita singkat ini, bisa menginspirasi Muslimah lain dan juga memberikan harapan, di manapun kita berada, jangan putus harapan, Allah akan senantiasa membantu kita dan memberikan jalan untuk menyebar keindahan Islam. Wallahu’alam bishowab.*


latestnews

View Full Version