View Full Version
Selasa, 04 Feb 2020

Menyongsong Kematian yang Menggembirakan

Oleh :

Mira Susanti

Aliansi Penulis Perempuan Untuk Generasi

 

"Berapa ramai manusia yang masih  hidup dalam kelalaian sedangkan kain kafannya sedang ditenun". (Imam As Syafie). "Hari ini adalah kehidupan, dan besok adalah kematian". (Umar bin khaththab)

Sebuah kalimat  renungan yang bisa kita resapi di sisa usia ini. Sebagaimana orang - orang sholeh terdahulu memandang kehidupan dunia fana. Bahwa manusia sering bersikap lalai dan panjang angan- angan. Tanpa di sadari waktu berakhir tanpa permisi. Kabar duka datang silih berganti menyelimuti negeri. Kehilangan seorang sosok yang sangat dicintai. Wafatnya seorang alim ulama, dan kyai menjadi kenyataan yang tak bisa kita pungkiri. Bahwa setiap makhluk  cepat atau lambat pasti akan menemui ajalnya.

Berapa banyak kita jumpai mereka yang berakhir ajalnya dengan indah dan membahagiakan. Di saat mereka tengah menikmati ketaatan  pada rabbnya. Seperti dalam keadaan sujud, dakwah menyiarkan islam, dan lain sebagainya. Apakah kita tidak merasa iri, sementara kita belum ada jaminan. Waktu terus berjalan tanpa kita sadari waktupun begitu cepat bergulir. Namun bekal  apa yang sudah kita siapkan. Jangan - jangan kita hanya merasa takut mati tapi lupa mempersiapkan diri.

Padahal kematian bukanlah sesuatu yang harus kita takuti. Kematian itu pasti adanya. Justru yang harus kita takuti adalah bagaimana kehidupan setelah matilah . Merupakan penentuan kehidupan yang abadi selamanya . Lantas persiapan apa yang sudah kita lakukan untuk bertemu dengan kematian?. Sebab Mati sama dengan jalan manusia menuju pulang. Pastilah setiap perantau  mengingingkan pulang kampung dengan penuh kegembiraan tiada tara. Berharap bisa bertemu dengan sosok yang dicintai dan dirindukanya. Yaitu melihat wajah Allah SWT dan Rasulullah.

Lalu bagaimana kita langkah kita menyongsong kematian yang mengembirakan itu? Pertama, Ingat mati dan hari akhirat.  Imam Ali "Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat". Karena Mengingat kematian akan melembutkan hati dan menghancurkan ketamakan terhadap dunia . Rasulullah bersabda : "Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kenikmatan yakni kematian".(HR.At tirmidzi dan Nasa'i)

Kedua, Merasa di awasi oleh  Allah SWT melalui para Malaikat - MalaikatNya. Allah SWT berfirman: "Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir". ( QS Al-Qaf Ayat 18). Artinya tidak ada yang luput dari pengawasanNya.

Ketiga, kita nantiasa mengintropeksi diri setiap saat. Berkata ‘Umar bin Al Khaththab ra: “Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk hari besar ditampakkannya amalKarena dengan cara ini kita akan tetap istiqomah berada dijalan kebenaran.

Keempat, bersegera melaksanakan perintah Allah dan memperbanyak amal kebaikan. Allah SWT berfirman:  "Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal . ( QS Al Baqarah 197). Bahwasanya Orang cerdik adalah orang yang menyiapkan kematian. Nabi SAW pernah ditanya, Siapakah yang paling cerdik dari kalangan kaum mukminin? Beliau menjawab, Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya untuk setelah kematian. Mereka itulah orang-orang yang cerdik.” [Shahīh at-Targhīb wa’t Tarhīb III/164/3335.]

Maka jadilah kita orang yang cerdas yang dimaksud  yaitu orang yang menyiapkan kematian dengan sebaik-baik bekal. Bahwa seluruh amal perbuatan kita selama hidup adalah bekal kita. Meskipun tidak semua amal itu merupakan amal shalih. Maka, siapa saja yang menyadari akan mati, tak ada pilihan lain, kecuali menyiapkan kematiannya dengan amal shalih. Sehingga segala  bentuk kesusahan, kepayahan,keletihan, ujian  dan kesabaran alam ketaatan semua dilalui demi menyongsong kematian yang mengembirakan.*


latestnews

View Full Version