View Full Version
Kamis, 19 Mar 2020

Menyoal Penanganan Kasus Covid-19

 

Oleh:

Sri Maulia Ningsih, S.Pd

Pemerhati Sosial Konawe, Sulawesi Tenggara

 

VIRAL di Bandara Haluoleo Kendari kedatangan puluhan WNA. Diketahui para WNA itu merupakan tenaga kerja asing. Kapolda Sultra Brigjen Merdisyam membenarkan terkait kedatangan WNA tersebut. Merdisyam menyebut mereka merupakan tenaga kerja asing dari perusahaan tambang dari perusahaan smelter yang ada di Sultra saat dikonfirmasi Merdisyam menyebut puluhan TKA itu bukan dari Cina, melainkan dari Jakarta. Merdisyam mengatakan mereka dari Jakarta dalam rangka memperpanjang visa (Detik.com, 15/03/2020). 

Sayangnya, apa yang disampaikan Kapolda Sultra berbeda dengan  pernyataan yang disampaikan oleh Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (KemenkumHAM) Sulawesi Tenggara (Sultra), Sofyan membenarkan terkait kedatangan puluhan TKA asal China tersebut.Ia menjelaskan, puluhan TKA itu merupakan warga Provinsi Henan, China, yang transit di Bangkok, Thailand, untuk mengurus visa kunjungan, lalu selanjutnya ke Indonesia (Zonasultra.com, 16/03/2020). 

Tentu sangat membingungkan perbedaan dari pernyataan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan pernyataan dari Kepala Kepolisian Daerah terkait viralnya Tenaga Kerja Asing yang bebas masuk ke Indonesia ditengah wabah virus covid-19 yang sudah banyak menelan korban akibat dari penularannya yang diketahui berasal dari wuhan Tiongkok pada akhir 2019 lalu. Tapi anehnya  Indonesia masih saja membuka jalur kepada TKA untuk masuk di negeri ini. 

Selain itu, meskipun hampir  seluruh negara sudah me-lockdown negaranya, anehnya Indonesia belum ada rencana untuk melakukan lockdown. Ini jelas dapat menyebabkan semakin merebaknya virus tersebut dari hari ke hari, bahkan memprihatinkan karena Indonesia berada di peringkat ke-42, dari total 142 negara di dunia yang mengonfirmasi adanya infeksi virus ini di wilayahnya. 

Namun, jika bicara mengenai angka kematian, maka kasus corona di Indonesia terhitung memprihatinkan. Ini karena perbandingan angka kematiannya masih terhitung tinggi jika dibandingkan dengan total kasus yang terkonfirmasi. Rasio kematian akibat Covid-19 di Indonesia mencapai 4,3% atau lebih tinggi dari China yang "hanya" 2,8%. (Cnbc.com, 15/03/2020). 

Dari itu, perlu dipertanyakan mengapa pernyataan para pejabat saling bertolak belakang satu sama lain antara apa yang dinyatakan oleh Kapolda Sultra dan Kakanwil Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia? 

Di samping itu, mengapa pula yang menyebarkan video yang ditangkap dengan klaim meresahkan masyarakat? Bukankah pernyataan yang simpang siur dan saling bertolak belakang antara para petinggi negeri ini yang menimbulkan keresahan dan ketidakjelasan? Dari hal ini tak sedikit rakyat seolah ragu dengan kepengurusan mereka. 

Di sisi lain,dengan adanya wabah ini pemerintah semakin melukai rakyatnya dengan masih membuka peluang TKA untuk masuk di negaranya dibandingkan dengan nasib buruh Indonesia yang dengannya ingin mengeluarkan keputusan yang tidak sedikit merugikan buruh dengan adanya RUU Omnibus Law. Bukankah itu akan menambah daftar panjang pengangguran di negeri tercinta ini? 

Karenanya,bagaimana mungkin rakyat tidak bingung dan bertanya-tanya jika untuk informasi sepenting ini saja terjadi perbedaan. Rakyat sangat butuh keterbukaan dan kejelasan pemerintah dalam pengurusan mereka. 

Sementara dalam sejarah Islam, wabah penyakit menular pernah terjadi pada masa Rasulullah saw. Wabah itu ialah kusta yang menular dan mematikan sebelum diketahui obatnya. Untuk mengatasi wabah tersebut, salah satu upaya Rasulullah saw. adalah menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita. Ketika itu Rasulullah saw. memerintahkan untuk tidak dekat-dekat atau melihat para penderita kusta tersebut. Beliau bersabda: “Janganlah kalian terus-menerus melihat orang yang mengidap penyakit kusta (HR al-Bukhari). 

Olehnya itu, metode karantina sudah diterapkan sejak zaman Rasulullah saw. untuk mencegah wabah penyakit menular menjalar ke wilayah lain. Untuk memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Rasul saw. membangun tembok di sekitar daerah yang terjangkit wabah. Peringatan kehati-hatian pada penyakit kusta juga dikenal luas pada masa hidup Rasulullah saw. Abu Hurairah ra. menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, “Jauhilah orang yang terkena kusta, seperti kamu menjauhi singa.” (HR al-Bukhari). 

Rasulullah saw. juga pernah memperingatkan umatnya untuk jangan mendekati wilayah yang sedang terkena wabah. Sebaliknya, jika sedang berada di tempat yang terkena wabah, mereka dilarang untuk keluar. Sebagiamana Beliau bersabda, “Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninginggalkan tempat itu (HR al-Bukhari). 

Ditambah lagi, seperti dikutip dalam buku berjudul, Rahasia Sehat Ala Rasulullah saw.: Belajar Hidup Melalui Hadis-hadis Nabi karya Nabil Thawil, pada zaman Rasulullah saw., jika ada sebuah daerah atau komunitas terjangkit penyakit Tha’un, beliau memerintahkan untuk mengisolasi atau mengkarantina para penderitanya di tempat isolasi khusus. Jauh dari pemukiman penduduk. Ketika diisolasi, penderita diperiksa secara detail. Lalu dilakukan langkah-langkah pengobatan dengan pantauan ketat. Para penderita baru boleh meninggalkan ruang isolasi ketika dinyatakan sudah sembuh total. 

Lebih dari itu, Islam memang telah memerintahkan kepada setiap orang untuk mempraktikkan gaya hidup sehat. Misalnya, diawali dengan makanan. Allah swt. telah berfirman dalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 114, “Makanlah oleh kalian rezeki yang halal lagi baik yang telah Allah karuniakan kepada kalian.” 

Islam pun memerintahkan umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan diri maupun lingkungan sekitar. Untuk itulah Rasulullah saw. pun, misalnya, senang berwudhu, bersiwak, memakai wewangian, menggunting kuku dan membersihkan lingkungannya. 

Namun demikian, penguasa pun punya peran sentral untuk menjaga kesehatan warganya. Apalagi saat terjadi wabah penyakit menular. Tentu rakyat butuh perlindungan optimal dari penguasanya. Karena para penguasa Muslim pada masa lalu, seperti Rasulullah saw. telah mencontohkan bagaimana seharusnya penguasa bertanggung jawab atas segala persoalan yang mendera rakyatnya, di antaranya dalam menghadapi wabah penyakit menular. 

Oleh karena itu, tidak cukup hanya memerintahkan penduduk negeri ini untuk tetap berdiam diri di rumah, sementara TKA dengan mudahnya dapat masuk. Karena itu penting adanya kerjasama antara pihak-pihak terkait dalam menangani kasus tersebut. Rasulullah saw. Bersabda, “Siapa yang diserahi oleh Allah untuk mengatur urusan kaum Muslim, lalu dia tidak mempedulikan kebutuhan dan kepentingan mereka, maka Allah tidak akan mempedulikan kebutuhan dan kepentinganya (pada Hari Kiamat) (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi). Wallahu a’lam bi ash-shawab.*


latestnews

View Full Version