Oleh: Tardjono Abu Muas (Pemerhati Masalah Sosial)
Memasuki pekan ketiga usai jebolnya klaim negara kita zero corona dengan telah diakuinya dua orang positif terpapar covid-19, kini dirasakan penyebaran virus yang satu ini semakin masif.
Pemerintah pusat semakin terlihat gagap dan gamang dalam menghadapi penyebaran covid-19 ini.
Beberapa pimpinan daerah tingkat provinsi, kabupaten dan atau kota sudah menyatakan diri di wilayahnya dinyatakan tanggap darurat covid-19. Hari ini dan hari-hari mendatang tentu para pemimpin daerah bekerja tidak sebagaimana biasanya karena mereka selalu memikirkan keselamatan dan kesehatan warganya dari serangan covid-19.
Sementara para pemimpin daerah mengerahkan berbagai upaya termasuk juga mengerahkan para tenaga medis di garda terdepan dalam menghadapi situasi darurat ini, namun sangat disesalkan masih ada pejabat di negeri ini yang memanfaatkan situasi krusial ini dengan melegalkan masuknya 49 WNA China yang notabene berasal dari negara pusat penyebaran covid-19.
Berangkat dari laporan resmi dari BNPB melalui Jubir Pemerintah Achmad Yurianto, nyaris tiap hari bertambahnya pasien positif terpapar covid-19 dalam hitungan deret ukur.
Memperhatikan kondisi penambahan pasien yang kian hari kian meningkat, sangatlah naif dan di luar nalar sehat jika seorang pejabat negeri ini menyatakan janganlah dibesar-besarkan masuknya 49 WNA dari negeri China.
Pertanyaannya, bagaimana cara menakar nalar seorang pejabat negara yang tidak menggunakan nalarnya melegalkan 49 WNA dari China masuk ke negara kita, sementara masyarakat diimbau untuk lockdown di rumah masing-masing?