View Full Version
Ahad, 22 Mar 2020

Indonesia Mengapa Belum Lockdown?

Oleh:

Sayma Putri S

Aktivis Muslimah Dakwah Community

 

VIRUS Corona sudah menyebar di 150 negara di dunia termasuk Indonesia, pesatnya persebaran virus jenis baru ini (Covid-19) akhirnya membuat Badan Kesehatan Dunia (WHO) Menetapkan menjadi sebuah pandemi.

Berbagai negara merespon dengan cepat, bahkan negara-negara lain sudah melakukan kebijakan, ada yang mendeklarasikan status darurat ada juga yang melakukan lockdown untuk menghentikan penyebaran virus corona, beberapa negara yang sudah memilih opsi tersebut yaitu Itali, China, Prancis, hingga Malaysia. Namun tidak dengan Indonesia. Hingga hari ini masih belum ada keputusan untuk lockdown.

Juga terus melakukan usaha evakuasi warganya dari Wuhana seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Prancis. Sejumlah pihak di dalam negeri lantas menyarankan kepada Presiden Jokowi untuk menerapkan langkah serupa. 

Indonesia sudah banyak yang terjangkit virus covid-19, menjangkitnya sampai ratusan orang hingga ribuan orang. Hal itu Juga disampaikan Yuri dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (20/3/2020)

"(Menurut) data, kemungkinan yang kita miliki, yakni population of risk, adanya kelompok orang yang berisiko (terjangkit virus corona) adalah pada kisaran 600.000 hingga 700.000 (orang)," ujar Yuri. Kompas.com/21/03/2020

Terus menerus korban semakin bertambah membuat masyarakat khawatir. Mengapa Pemerintah juga tidak melakukan lockdown, bahkan sejak awal pemerintah dianggap lambat dengan tidak pembatasi wisatawan Cina ke Indonesia. Tidak menutup tempat tempat bertransaksi, seperti mol, minimarket, pasar, bank, tempat wisata, dll, padahal kita sudah sama-sama tahu penyebaran virus ini semakin meluas bila banyak melakukan aktivitas diluar rumah, sedangkan rakyat tidak tau siapa saja yang mengalami atau terjangkitnya virus Covid 19 ini. 

Lambatnya penetapan status dan penyerahan langkah tindak masing-masing daerah bisa jadi berbeda penanganan antara pemerintah daerah, terbukti membuat warga terjangkit Covid  meningkat hingga berlipatganda. Bahkan masyarakat masih beraktivitas seperti biasa, karena kebijakan diserahkan kemasing-masing daerah, sehingga berbeda-beda pencegahan dan penyelesaiannya. Padahal korban semakin hari semakin bertambah. Entah apa lagi yang di tunggu. Jangan menunggu sebanyak apa korban baru menerapkan lockdown.

Jika memang dana sudah disiapkan untuk melakukan tindakan lockdown, lalu apa lagi, seperti yang di katakana Mentri keuangan Ibu Sri Mulyani mengatakan pemerintah telah menyiapkan anggaran dan memfasilitasi kebijakan lockdown. Tapi sampai hari ini fasilitas maskerpun belum sampai kerakyat, bahkan ada rumah sakit yang tidak mendapatkan fasilitas, seperti masker daan pelindunh tubuh, bagaimana dengan kebutuhan lainnya? 

Masyarakat berusaha sendiri, baik itu penderita maupun tim medis, sebagian Masyarakat mengambil tindakan inisiatif sendiri, dengan menjaga kesehatan, kebersihan, dan mencoba bertahan dirumah masing-masing. Bagi sebagian masyarakakan tidak paham dan tidak mengeti tetap melakukan aktivitasnya. Hal ini akan memperlambat pencegahan satu diantara yang lain, karena tida semua paham akan hal ini, dalam kondisi seperti ini butuhnya peran pemerintah, bukan menyerahkan begitu saja. Padahal hal seperti ini adalah tanggungjawab pemimpin untuk rakyatnya.

 Hal ini menunjukkan betapa lambannya negara mengurusi rakyat, di lihat dari sikap pemerintah sejak awal hingga menyerahkan begitu saja kepada kepala daerah dan sejak awal menganggap remeh terhadap masalah ini bahkan hingga hari ini sebelum dilakukan lockdown pemerintah dianggap meremehkan masalah ini. Andaikan sejak awal kejadian di Cina pemerintah langsung mengambil sikap tegas dan tepat, tentulah tidak sampai selebar ini penyebarannya. Dan hari ini masyarakat menghimbau Pemerintah memberlakukan lockdown dan memfasilitasi segala kebutuhan rakyat.

Sudaah selayaknya kita kembali kepada sistem Islam, yang mampu mengurusi urusan umat dengan cepat dan tepat. Islam selalu punya solusi dalam menghadapi berbagai macam persoalan begitulah keunggulan Ideologi ini lengkap dengan aturannya. Islam telah lebih dulu dari masyarakat modern menghadapi wabah.

Selain Islam memerintahkan umatnya untuk senantiasa menjaga kesehatan, menjaga kebersihan diri maupun lingkungan sekitar. Namun demikian penguasa punya peran sentral untuk menjaga kesehatan warganya. Apalagi saat terjadi wabah seperti hari ini, peran penguasa sangat di butuhkan. Penguasa tidak boleh abai. Penguasa seharusnya bertanggungjawab atas segala persoalan yang mendera rakyatnya.

Dalam sejarah, wabah penyakit menular pernah terjadi pada masa Rasulullah saw. Dan khalifah Umar bin al Khatthab ra. Wabah itu ialah kusta yang menular dan mematikan sebelum diketahui obatnya. Adalah menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita. Dan tidak meninggalkan dan tidak memasuki wilayah wabah, mencari tahu mekanisme penyakit dan antisipasi pencegahan penyakit berbasis bukti.

Sebagaimana telah di contohkan  sebelumnya oleh para penguasa Muslim pada masa lalu sudah selayaknya kita kembali kepada aturan yang sempurna yaitu Islam. Wallahu a'lam bi ash-shawab.*


latestnews

View Full Version