View Full Version
Senin, 23 Mar 2020

Ngeri, Entitas Pelangi di Kota Santri

 

Oleh:

Chusnatul Jannah

Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban

 

Ngeri sekali. Seorang siswa SMA kelas 2 disodomi lelaki gay berusia 47 tahun. Ia diculik, disekap, lalu dicabuli. Si lelaki gay meminta pada pelajar SMA tersebut untuk menyodomi pelaku. Karena takut diancam dengan celurit, si siswa pun terpaksa melakukan tindakan bejat tersebut. Kasus ini terungkap menyusul orang tua korban melaporkannya pada pihak kepolisian setelah anaknya tiga hari tidak pulang. Diketahui, pelaku ternyata seorang korban kejahatan seks sejak kecil. Ia mengaku disodomi saat dudu di bangku SD. 

Dilansir dari detik.com, 17/3/2020, Gay itu yakni Mustofa (47). Ia sejak kecil tidak memiliki ketertarikan pada perempuan. Ia bahkan sering menggunakan pakaian perempuan sehingga dimarahi orang tuanya. Kondisi itu, menurutnya, akibat dari peristiwa kelam yang menimpanya saat duduk di bangku SD. Ia menjadi korban sodomi. Sementara siswa yang menjadi budak seks gay tersebut mengalami trauma berat. 

Sebelumnya, di tahun 2017 entitas pelangi di Pasuruan ini makin meningkat. Ada tujuh komunitas gay yang bergerak di media sosial. Diantaranya ada Ikatan Gay Kota Pasuruan yang disingkat IGAS. Grup tertutup ini memiliki keanggotaan berjumlah sekitar 1.471 anggota. Ada pula komunitas 'New Gay Bangil- Pasuruan' anggotanya berjumlah 895 orang. Lalu Gay Pasuruan memiliki anggota sebesar 858, Gay Straight Pasuruan berjumlah 368 anggota, dan dua komunitas gay lainnya yang masing-masing beejumlah tiga ratusan anggota. Sungguh di luar dugaan. Julukan kota santri tak menjadikannya bersih dari paparan elgebete.

Kota santri telah terjangkit virus elgebete. Itu baru temuan satu kasus, belum kasus lain yang tidak terdeteksi. Bukan tidak mungkin kasus lain akan bermunculan. Mengingat, di tahun 2017 saja komunitas gay begitu banyak di media sosial, sangat mungkin jumlah para anggota bertambah. Sungguh menyedihkan. Kota santri yang bersih ternoda dengan perilaku menyimpang. Kota santri yang religi terpapar gaya hidup liberal. Kota santri yang agamis tak luput dari ganasnya kehidupan sekuler. Agama semakin jauh dari kehidupan. Nilai-nilai akhlak dan moral terkalahkan dengan virus liberal. Apa yang nampak di permukaan jauh lebih kecil nominalnya dari yang tak nampak. Bagai fenomena gunung es. 

Inilah fakta kehidupan sekuler yang tengah dijalankan masyarakat hari ini. Pemahaman agama rendah, pengawasan orang tua longgar, masyarakat yang apatis, dan peran negara yang minimalis. Negara semestinya berperan aktif memutus rantai elgebete. Generasi kita sedang terancam. Masa depan negara sedang dipertaruhkan. Ketahuilah, hebatnya sebuah peradaban dimulai dari kualitas generasinya. Jika generasi rusak, masa depan negara akan suram. 

Maka dari itu, perlu sinergitas semua pihak. Bukan solusi setengah hati. Negeri ini butuh diselamatkan. Solusi fundamental yang mampu menangkal segala kerusakan moral. Tiga pilar yang terintegrasi. Keluarga, masyarakat, dan negara. 

Keluarga bertugas mendidik anak-anak mereka dengan sistem iman yang kuat. Menanamkan kecintaan dan ketaatan kepada Allah sejak dini. Masyarakat, dalam hal ini berperan sebagai pengawas perilaku. Ada aktivitas amar makruf nahi mungkar. Saling menasehati dalam kebaikan dan mencegah kemaksiatan yang terjadi di masyarakat. Lalu diperkuat dengan peran negara. 

Negara sebagai pengambil kebijakan. Negara harus tegas menindak hal-hal yang mengarah pada perilaku menyimpang atau amoral. Buat kebijakan yang mampu melindungi generasi dari paparan elgebete. Semisal, melarang tayangan yang tidak mendidik, menetapkan kurikulum pendidikan berbasis Islam,  menindak tegas siapa saja yang merangsang perilaku menyimpang, serta membatasi akses internet untuk anak-anak. Sederet langkah yang bisa dilakukan pemerintah dalam melakukan tindakan pencegah. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati yang sudah terjadi? Islam sejatinya mampu memberi solusi. Sayangnya, penguasa negeri ini belum tertarik hati melirik Islam sebagai solusi hakiki.*


latestnews

View Full Version