TEGA nian Jubir Covid-19 di negara kita. Bapak Achmad Yurianto yang terhormat telah ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai corong tunggal menyuarakan informasi resmi terkait perkembangan wabah Corona di Indonesia. Pada siaran langsung di BNPB, Jumat (27/3) Yuri berujar, “yang kaya melindungi yang miskin agar bisa hidup dengan wajar dan yang miskin melindungi yang kaya agar tidak menularkan penyakitnya.” Sungguh pernyataan yang mencerminkan nirempati pada mayoritas rakyat Indonesia yang kini dirundung duka akibat wabah.
Secara faktual, wabah ini berasal dari Wuhan, China. Virus Corona menyebar dari manusia yang positif terpapar virus yang ditularkan melalui transmisi droplet pada manusia lainnya. Apakah orang miskin mampu melakukan traveling ke China? Apa orang miskin yang untuk makan saja susah bisa terpikir untuk beli tiket ke China yang sekali jalan saja harus merogoh kocek jutaan rupiah? Narasi blunder macam apa lagi ini wahai para pemangku kebijakan?
Buruk muka cermin dibelah. Pemerintah yang gagap dan lambat menangani wabah, kini rakyat miskin yang dipojokkan. Miris betul nasib rakyat jelata Indonesia. Sudah sulit mengakses kehidupan layak karena ketimpangan segala bidang. Lapangan kerja sulit, pendapatan minim, sekolah berkualitas tak terjangkau, berobat dengan BPJS fasilitas dan pelayanan seadanya, biaya hidup selangit. Kini masih juga harus ditimpa tangga akibat ulah pemerintah yang hanya bisa lempar batu sembunyi tangan. Rezim ini kerjanya saat wabah mulai merebak pada akhir desember dan awal Januari adalah mengolok-olok Corona dan malah sibuk mengakomodasi kepentingan pengusaha dengan menggodok Omibus Law. Memang dari dulu pun pemerintah selalu memihak orang kaya. Tak heran kini mereka tanpa malu mempertontonkan wajah asli mereka dengan tetap pasang badan bagi orang kaya. Balik badan dan melupakan bahkan menyalahkan orang miskin.
Di saat negara lain sibuk menyediakan health system guna melindungi rakyat, para jajaran pemerintahan memotong gajinya demi pelayanan kesehatan yang prima, pemerintah Indonesia dengan tanpa malu malah buka donasi dari rakyat untuk tangani Corona. Entah kemana urat malu mereka. Mempertontonkan ketidakmampuan mereka mengelola negara. Menyibak hakikat betapa rakusnya mereka akan kuasa tapi enggan hadir untuk menjadi solusi bagi rakyat. Hadirnya wabah ini adalah momen terbaik melihat dan menilai kapabilitas Rezim Nawacita yang ternyata nol besar.
Sungguh seburuk-buruk pemimpin adalah yang melaknat rakyat dan rakyat pun melaknat pemimpinnya. Rezim demokrasi kapitalis sekuler jelas bobrok dalam menghasilkan pemimpin. Semua berlomba cari untung tanpa peduli rakyat jadi buntung. Semua cari aman sendiri dan minta diistimewakan tanpa peduli rakyat sudah tak berdaya, tak terurus dan kelaparan. Momen ini harusnya sudah cukup untuk menampar kesadaran kita agar berubah mencari alternatif pemimpin lain yang lebih baik.
Pemimpin gentle yang mampu hadir sebagai problem solver karena Indonesia sudah terlalu sesak dijejali pecundang yang sok memimpin padahal hanya menambah deret trouble maker. Kita butuh pemimpin tangguh dan handal yang lahir dari tempaan panduan hidup yang berorientasi pengabdian dan tanggung jawab pada Tuhan semesta alam. Hingga pemimpin akan mawas diri dan takut akan perhitungan Tuhannya. Pemimpin yang mampu mengajak rakyatnya bangkit dan menenangkan saat ujian datang menghadang. Kita butuh sosok pemimpin baik dan kapabel yang mampu membawa kebaikan dan rahmat bagi seluruh alam. Semoga Tuhan perkenankan.*
Yuyun Novia
Revowriter Chapter Bogor