Oleh:
Siti Aisyah
Koordinator Kepenulisan Komunitas Muslimah Menulis, Depok
DI TENGAH wabah Covid-19 ini, para pemudik Sukabumi nekat pulang kampung, akibatnya jumlah ODP melonjak drastis. Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Kabupaten Sukabumi menyebutkan, jumlah ODP Covid-19 melonjak drastis. Jumlah ODP sebanyak 696 orang. Sedangkan sehari sebelumnya terdata 202 orang.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Sukabumi, Harun Al-Rasyid mengatakan melonjaknya jumlah ODP ini selain jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) meningkat juga banyaknya warga pendatang atau warga yang pulang kampung atau mudik (pemudik). “Sebagian besar iya (pemudik),'' kata Harun dalam keterangan tertulis dalam pesan WhatsApp yang diterima Kompas.com Sabtu petang, 28 Maret 2020.
“Sangat mengerikan.” Itulah yang terlintas dalam benak saya ketika baca berita tersebut. Kita harus berpikir rasional, pemudik yang datang dalam sehari saja ke Sukabumi, jumlah ODP bertambah sekitar 494 orang. Itu baru sehari, di Kabupaten Sukabumi saja. Bagaimana jika para pemudik pulang ke kampung halamannya masing-masing? Berapa banyak ODP di tiap wilayah akan bertambah? Apakah itu akan menjadi sebuah ancaman?
Tentu saja, mudik di saat pandemi Covid-19 ancam nyawa keluarga. Alasannya karena saat mudik lebaran, potensi penularan Covid-19 bisa meningkat. Para pemudik berpotensi menjadi pembawa virus dari daerah yang telah terpapar Covid-19. Apalagi jika termasuk zona merah, seperti Jabodetabek yang jadi sumber penularan. Orang yang membawa virus mungkin tidak memiliki keluhan sama sekali, bahkan tampak sehat, namun sangat ganas menularkan virus. Akibatnya bisa mengancam keselamatan keluarga di daerah tujuan dan tetangga di kampung. Orangtua bila terkena virus, kondisinya bisa tiga kali lebih rentan dibandingkan orang muda.
Di samping itu, fasilitas kesehatan di daerah sangat minim sekali. Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Daeng M Faqih, fasilitas kesehatan di daerah tujuan para pemudik yang tidak selengkap di pusat, sehingga sulit untuk melakukan penanganan cepat atas pasien. Untuk itu, dia mengimbau agar masyarakat bersabar untuk tidak mudik hingga pandemi Covid-19 ini bisa diatasi.
Sebaiknya bagi yang menginginkan mudik mohon tangguhkan. Sayangilah dan lindungilah keluargamu dari wabah mematikan ini. Bisa jadi mudik kita kali ini bukan bahagia tapi membawa petaka pada keluarga. Jika kita bersikeras untuk mudik, kita tidak bisa memutus mata rantai penyebaran Covid-29. Artinya penyebaran Covid-19 akan terus berlanjut dan berpotensi membawa celaka.
Padahal, penyebaran wabah Covid-19 memang belum masa puncaknya. Perkiraan puncaknya itu menjelang Ramadhan sampai Idul Fitri tiba. Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) pun telah memperpanjang status darurat Covid-19 menjadi 91 hari, yaitu 29 Februari-29 Mei 2020.
Namun, melonjaknya OPD di Kabupaten Sukabumi tidak akan terjadi jika pemerintah sedari awal tegas menerapkan ketentuan karantina wilayah/lockdown, yakni yang di dalam kota tidak boleh keluar dan yang di luar kota tidak boleh datang. Dengan menerapkan lockdown, akan mempertegas pula terkait larangan untuk mudik.
Cukup dengan menerapkan lockdown saja, pemerintah tidak usah repot membuat peraturan pemerintah (PP) yang menghimbau masyarakat agar tidak mudik. Dengan sendirinya masyarakat akan menahan dirinya dan keluarganya untuk mudik lebaran di tahun ini.*