View Full Version
Sabtu, 04 Apr 2020

Penguasa Bermental Pengusaha

 

Oleh:

Lilieh Sholihah

 

MENTERI keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa Indonesia punya peluang untuk menyuplai Alat Pelindung Diri (APD) dan handsanitizer bagi negara lain yang tengah dilanda pandemi virus corona. Alasannya Indonesia punya pabrik dan infrastruktur untuk memproduksi barang yang kini dibutuhkan dunia itu. Sri Mulyani menyampaikan hal itu dalam mendampingi Presiden Joko Widodo mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa (KTT LB) G-20 melalui telekonferensi di Istana Bogor, Kamis (27/3) malam. Menurut Sri dalam KTT itu, para pemimpin negara G-20 berupaya memperlancar dan meningkatkan pasokan alat-alat kesehatan. (JPNN.com 27/3/2020). 

Di sisi lain APD yang dipakai tenaga medis Indonesia yang di impor dari China ternyata bertuliskan "made in Indonesia". Kepala pusat data informasi dan komunikasi kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo menjelaskan soal Alat Pelindung Diri (APD) bantuan dari China yang bertuliskan "made in Indonesia" beliau mengatakan bahwa banyak pabrik pembuatan APD yang ada di Indonesia, banyak produk terkenal seperti pakaian, tas, dan lain-lain. (Tempo.co 25/3/2020). 

Menurut Agus meski dibuat di Indonesia, semua bahan baku Alat Pelindung Diri ini berasal dari negara yang memesan seperti Korea atau China. Beliau menyebut pabrik di Indonesia hanya menjahit dan merapikan agar siap pakai, setelah jadi APD itu kata Agus akan dikirim kembali ke negara pemesan untuk dipakai sendiri atau dijual ke Indonesia lagi, ungkapnya. (Tempo.co 25/3/2020). 

Jika negara kita bisa memproduksi APD, kenapa harus impor dari China?, Kita yang membuat lalu di expor ke China, tapi kita impor dari China. Begitulah sistem kapitalisme, yang punya jabatan yang berkuasa, tapi rakyat jadi sengsara. 

Maka dalam hal ini terlihat pemerintah lemah dan tidak bisa menyetop komitmen ekspor APD ke Korea Selatan misalnya, meskipun di dalam negeri membutuhkan, namun produksinya lebih di prioritaskan untuk ekspor yang mendatangkan devisa. Maka jelas, dalam sistem kapitalis pemerintah tidak bisa meriayah rakyatnya,  tapi lebih menempatkan diri sebagai pebisnis yang melihat dengan kacamata untung rugi. 

Banyaknya korban yang terus berjatuhan karena wabah virus corona ini tidak membuat penguasa perhatian pada masyarakatnya dalam penyelesaian masalah pandemi ini, desakan dokter, ulama, pengusaha hingga rakyat tak juga menggentarkan hati penguasa untuk merubah kebijakan darurat sipil menjadi lockdown, ini menegaskan bahwa posisi negara bukan sebagai perisai bagi umatnya dalam menghadapi bencana. 

Penguasa semestinya hadir sebagai pelindung dan pemelihara segala urusan rakyatnya. Maka sudah tentu sangatlah wajar jika kita merindukan pemimpin yang amanah, jujur, dan adil seperti Umar bin Khatab misalnya, yang rela memanggul sekarung gandum untuk diberikan kepada seorang janda, ketika belaiu mendengar ada seorang janda yang sedang merebus batu untuk makan malam anak-anaknya. 

Atau Sultan Abdul Majid 1 yang membantu bencana kelaparan untuk rakyatnya di Irlandia. Pemimpin dalam Islam benar-benar menunjukkan kualitas mereka sebagai penguasa yang sangat mencintai rakyatnya, begitupun sebaliknya. Tentu hal ini bisa diterapkan jika aturan atau syariat Allah di jalankan tanpa pilih-pilih. Wallahu alam bisshawab.*


latestnews

View Full Version