Oleh:
R. Raraswati
Freelance Author, Muslimah Peduli Generasi
SEJAK pertama kali China mengumumkanterpaparnya puluhan orang olehvirus Corona pada 4 Januari 2020 sampai sekarang, korban positif bahkan meninggal dunia terus bertambah. Merebaknya makhluk Allah tak kasat mata ini terus menimbulkan kekhawatiran di suluruh dunia. Hal ini karena virus corona menyebar begitu cepat sehingga korban terus bertambah.
Demikian juga dengan Indonesia yang tak luput dari serangan virus corona. Di Indonesia, korban positif dan meninggal dunia terus bertambah, meskipun pasien sembuh juga bertambah. Sebagaimana dikabarkan di detik.com bahwa:
"Jumlah total menjadi 2.092 kasus positif akumulatif," ujar juru bicara pemerintah terkait penanganan wabah Corona, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers yang disiarkan live melalui akun YouTube BNPB, Sabtu (4/4/2020).
Data tersebut adalah himpunan hingga pukul 12.00 WIB siang ini. Dengan 2.092 kasus, berarti ada tambahan 106 kasus positif Corona dari data sebelumnya. (detik.com: Sabtu, 04 Apr 2020 15:56 WIB).
Begitu mudah dan cepatnya wabah corona ini menyebar. Menjadi manusiawi jika wabah ini menyebabkan keresahan dan kepanikan masyarakat. Bagi sebagian orang, mendengar dan melihat berita tentang bertambahnya korban corona yang juga disebut covid 19 ini, membuat pikiran stres. Bahkan bisa jadi orang sakit bukan karena corona, tapi karena mendengar atau melihat dahsyatnya pengaruh virus ini. Karena kepanikan berlebihan, banyak masyarakat memborong masker, hand sanitizer, sarung tangan dan lain sebagainya yang diberitakan dapat mencegah terpaparnya covid 19. Kondisi ini membuat tenaga medis yang lebih membutuhkan perlengkapan tersebut justru kesulitan mendapatkannya. Sikap ketakutan dan panik secara berlebihan juga tidak baik dalam menghadapi pandemi. Begitupun sikap meremehkan, acuh dan tak perduli juga bisa berakibat buruk. Lalu bagaimana seharusnya kita menyikapi hal ini?
Semua kejadian di dunia ini, sekecil apapun adalah atas izin Allah. Sebagaimana Firman Allah SWT:
“Mahakuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya,” (TQS Al-Burûj [85]: 16).
Bagi seorang mukmin, ada benteng keimanan yang dapat melahirkan sikap yang benar ketika menghadapi musibah wabah semacam ini. Sikap untuk terus ikhtiar, sabar dan tawakal. Sadar sepenuhnya dengan kelemahan manusia tanpa kekuatan dari Allah SWT. Hanya atas ijin Allah, mahluk kecil tak kasat mata bernama coronadapat menumbangkan kesombongan manusia. Allah ciptakan wabah untuk memberi pelajaran berharga tentang kehidupan. Allah berikan teguran melalui wabah, agar manusia kembali mengingat kebesaran-Nya. Akankah manusia taat atau justru ingkar? Jika dengan virus ini tak bisa membuat manusia taat, dengan apalagi Allah akan mengingatkan kita?
Bagaimana kita harus bersikap dalam menghadapi wabah corona ini? Sikap kita terhadap musibah adalah berikhtiar secara optimal dengan selalu hidup sehat sebagai upaya menghindari wabah yang sedang merebak. Menjaga kebersihan badan dengan selalu menjaga wudhu.Mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan imunitas tubuh dan berolah raga teratur untuk menjaga stamina. Tetap menjaga jarak aman minimal satu meter dengan orang lain terutama yang sedang sakit. Berusaha untuk tidak beraktivitas di luar rumah jika tidak benar-benar penting. Menjalankan saran yang disampaikan oleh para tenaga medis. Karena merekalah yang paling mengetahui bagaimana penanganan dan pencegahan terhadap wabah.
Selain itu, berprasangka baik kepada Allah merupakan hal yang harus kita jaga. Yakin terhadap qadha Allah, baik dan buruknya. Selalu berhusnudzan (berbaik sangka) kepada Allah bahwa apapun yang terjadi, pasti ada kebaikan di dalamnya.Sebagaimana Firman Allah SWT:
“Katakanlah (Muhammad), ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula menolak kemudharatan, kecuali atas apa yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya, serta aku tidak akan ditimpa kemudharatan karenanya. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman,’" (QS Al-A’râf [7]: 188).
Dari ayat diatas, dapat kita ambil pelajaran bahwa dari sebuah peringatan, ada berita gembira (makna) bagi orang-orang yang beriman. Untuk itu, yakinlah bahwa ada hikmah yang dapat kita petik dari mewabahnya virus corona.
Tidak cukup dengan ikhtiar dan berbaik sangka kepada Allah, seorang mukmin juga dituntut untuk bersabar ketika ditimpa musibah. Namun selalu bersyukur ketika mendapat kebaikan. Sabar dan tawakkal adalah cara berikutnya untuk menghadapai musibah (wabah). Sabar menghadapi wabah ini, sambil terus memohon ampun kepada Allah atas kesalahan dan dosa. Lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan senantiasa bersegera menunaikan ibadah wajib, memperbanyak ibadah-ibadah sunnah, meningkatkan sedekah dan amar maruf nahi mungkar. Yakin sepenuhnya bahwa hanya atas izin Allah musibah ini terjadi dan hanya atas ijin Nya pula musibah ini berakhir. Tak ada tempat berlindung yang paling aman kecuali kepada Allah. Semua ini adalah cobaan/ujian dari Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Albaqarah ayat 155-156
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun”
Demikianlah seharusnya kita bersikap dengan tidak meremehkan tetapi juga tidak khawatir dan panik berlebihan dalam menghadapi wabah. Terus waspada dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta tawakkal kepada Allah sepenuhnya. In shaa Allah, wabah ini segera berlalu dan kebahagiaan akan diraih oleh siapapun yang melewatinya dengan iman.
Wallahu a’lam bi ash-showab.