View Full Version
Selasa, 14 Apr 2020

Medan Menunggu Darurat Bencana

 

Oleh:

Habsah, Aktivis UINSU

 

SUDAH hampir satu bulan lebih corona melanda negeri ini, kasus positif infeksi corona di Indonesia pertama kali diumumkan secara resmi pada tanggal 2 maret 2020 lalu. Dan sampai saat ini DKI Jakarta masih menjadi wilayah dengan jumlah kasus infeksi terbanyak, disusul Jawa Barat dan Banten karena kepadatan penduduknya, begitu pula dengan kota-kota lain, termasuk Medan, kota metropolitan.

Kepala Dinas Kesehatan kota Medan, Edwin Effendi sendiri pun menyebutkan bahwa kejadian ini sebagai kejadian luar biasa (KLB) dikarenakan kasus meningkat dalam waktu yang singkat. Pernyataan tersebut dikatakan KADIS kota Medan dalam pressconference penanganan Covid-19 Kota Medan di kantor GUBSU, Selasa (31/3/2020).

Penularan yang signifikan disebabkan karena beberapa hal seperti keterbatasan sarana dan prasarana kesehatan. Hingga interaksi antar individu yang sangan sulit dipisahkan karena tidak semua masyarakat yang ada di kota medan work from home. Pada tanggal 31 Maret lalu kejadian kasus covid-19 meningkat cepat sampai hari ini.

Pemkot Medan merilis data terbaru pada 10 April  jumlah PDP serta pasien yang positif, total sudah 11 orang meninggal karena corona, baik berstatus pasien positif corona maupun pasien dalam pengawasan (PDP). Untuk update data wiayah kota medan, tercatat kembali adanya peningkatan yang sebelumnya berjumlah 42 menjadi 43 orang dengan rincian meninggal 5 orang. Begitu juga ODP yang tadinya 721 menjadi 726 orang. Sedangkan rincian OTG (orang tanpa gejala) 206 orang, dan 297 orang pelaku perjalanan (PP), jumlah PDP pun meningkat dari 150 menjadi 171 orang dan itu masih akan terus bertambah. (Tribun-medan.com)

“Sampai saat ini Pemko Medan melalui Dinas Kesehatan tetap melaksanakakan upaya semaksimal mungkin untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini. Pemko saat ini juga sudah melakukan penyemprotan disenfektan hampir keseluruh wilayah kota medan. Kita harapkan pemakluman dan pengertian dari masyarakat agar tetap dirumah, ini merupakan imbauan yang paling penting, selain itu diterapkan sosial distancing atau hubungan dengan jarak. Dan yang paling penting adalah cuci tangan,” ujar KADIS Kota Medan. (tribun-medan.com).

Namun hal tersebut sangat sulit untuk diterapkan secara menyeluruh, karena tidak semua masyarakat punya penghasilan tetap, atau bisa melakukan work from home. Wajar saja sebagian masyarakat tidak mau “dirumah saja” karena sebagian besar masyarakat bekerja harian, yang mana  tidak mendapat gaji jika tidak bekerja. Belum lagi sebagai kepala rumah tangga yang harus mengidupi anak dan istrinya. Seminggu saja 'dirumahkan' kepala rumah tangga sudah luntang lantung memenuhi kebutuhan hidupnya, jadi mengapa harus menunggu status 'darurat bencana'? Seharusnya bantuan segera diberikan sejak awal, agar masyarakat dari semua kalangan dapat berdiam diri di rumahnya untuk memutus rantai pandemi sehingga kejadian ini tidak sampai menjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) sebagaimana yang disampaikan oleh Kadis Kesehatan.

Inilah penguasa di sistem kapitalis liberal yang sangat jauh dari masyarakat, sehingga mereka tidak mengindra apa yang alami oleh rakyatnya. Akibatnya kebijakan yang diterapkan tak mampu menyelesaikan masalah yang sebenarnya terjadi. Sementara pemimpin Islam mampu mengindra persoalan ditengah-tengah masyarakat dan mampu menyelesaikannya dengan tepat dan cepat sesuai dengan aturan dari Allah, pencipta seluruh manusia, dengan demikian mampu memberi solusi bagi manusia sesuai dengan fitrahnya.*


latestnews

View Full Version