Anak muda kreatif dan potensial ini sudah tak diragukan kecerdasannya. Mereka pintar, berwawasan global dan para pelaku entrepreneur teknologi yang menjanjikan. Namun saat menceburkan diri ke ranah politik, tampak sudah betapa mudah terbawa arus. Keberadaan para staf milenial ini di Istana sejatinya hanya kosmetika belaka untuk menutupi perilaku bobrok para pejabat senior. Namun buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Para staf baru ini pun dengan ulung meniru berbagai tindak KKN dengan menyedot anggaran demi menebalkan kantongnya.
Dalam syariat Islam, praktik menyalahgunakan jabatan demi kepentingan pribadi dan mendapat keuntungan materi darinya tergolong dalam kategori risywah. Tumbuh suburnya praktek haram nan merugikan rakyat ini akibat dari lebarnya celah penyelewengan para pejabat negara dalam sistem kapitalis sekuler. Tindak KKN dalam Islam dapat diminimalisir bahkan dihilangkan dengan menekankan pada tiga pilar penopang integritas. Ketiga hal itu adalah ketakwaan individu, kontrol masyarakat dan regulasi tegas dari negara.
Saran terbaik bagi para newbie di panggung politik Indonesia ini, mundurlah. Beri contoh untuk senior di Istana sana. Jika salah, mundur, minta maaf secara jantan. Dengan mundurnya staf milenial dari jabatan, akan memberi pelajaran tentang integritas bagi para pejabat. Betapapun, intergritas adalah melakukan hal yang benar sekalipun tidak ada yang melihat. Sedangkan, aksi para stafsus milenial ini adalah melakukan kesalahan di depan mata semua orang, jika tidak mengaku dan tidak mau minta maaf, itu namanya tidak punya integritas. Tentu bukan itu yang kita harapkan. Maka kami tunggu integritasnya, minta maaf kemudian mundur. Jangan terlalu lama dan terlalu jauh berkubang dalam conflict of interest.*
Revowriter Chapter Bogor