View Full Version
Sabtu, 25 Apr 2020

Tak Ada Kata Menyerah di Tengah Wabah

 

Oleh:

Umi Hanifah S.Ag

Aktifis peduli Negeri dan Generasi

 

DIAKUI atau tidak tenaga medis berada di garda terdepan dalam menghadang wabah. Mereka kerahkan tenaga berpeluh keringat melayani pasien terdampak.  Bahkan rela meninggalkan kebersamaan dengan keluarga demi menyelamatkan nyawa. Tak jarang akhirnya mereka sendiri yang tumbang diterjang ganasnya wabah. Tidak ada kata menyerah ditengah kepungan wabah. Tak salah jika kita angkat topi buat tenaga medis atas dedikasinya yang tinggi.

Perjuangan mereka ternyata tidak mendapat respon baik bagi sebagian masyarakat. Masyarakat menolak keberadaan mereka dengan dugaan kuatir tertular virus. Bahkan ada yang diusir dari kosannya.

Seperti yang dialami dokter dan perawat di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur. Paramedis tersebut justru mendapat perlakuan tak menyenangkan karena tiba-tiba diusir dari kosan yang disewa.

Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Harif Fadhilah, membenarkan adanya aduan dan keluh kesah dari paramedis tersebut.

"Iya ada. Ya mereka kan sejak Rumah Sakit Persahabatan ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan itu, bukan hanya perawat, ada juga dokter, mahasiswa juga yang di situ, diminta untuk tidak kos di situ lagi," tutur Harif saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (25/3/2020).

Hal tersebut harusnya tidak terjadi, justru masyarakat harus bersyukur bahwa tenaga medis sudah berjuang mengatasi wabah maka masyarakat harus memberikan suport agar semua segera tuntas. Kehidupan kapitalis dengan standar manfaat menjadikan masyarakat kehilangan empati. Kehidupan menjadi tidak tenang, saling curiga dan was was bahkan dendam akan mudah muncul dalam sistem kapitalisme individualis saat ini.

Solusi lslam

Dalam islam, masyarakat adalah sekumpulan orang yang hidup dalam wilayah tertentu yang memiliki perasaan, pemikiran dan diikat dengan aturan yang sama yaitu berlandaskan aqidah lslam sehingga  benci dan ridlo mereka sama. Dalam menghadapi wabah seperti saat ini mereka akan bersikap dan berpendapat sama. Sebagaimana saat Umar bin Khathab menjadi Amirul Mu’minin pernah terjadi wabah Tha’un di Syam. Kebijakan Umar bahwa orang yang diwilayah Syam tidak boleh keluar dan orang yang diluar wilayah tidak boleh masuk, masyarakat dengan kesadarannya mematuhinya maka wabah segera bisa diatasi. Hal itu bisa dilihat tidak ditemukan wabah diwilayah selain Syam.

Masyarakat dalam islam yang diliputi keimanan akan mengedepankan syariat daripada keuntungan dunia, artinya tidak akan ada pengucilan terhadap tenaga medis yang masih diduga terinveksi virus. Dengan aturan yang sama menjadikan masyarakat bisa merasakan begitu pentingnya saling bekerjasama agar wabah segera tuntas. Tenaga medis ataupun masyarakat saling mendukung  membuat kebijakan berjalan dengan baik.

Islam juga akan menjamin tenaga medis agar mereka bisa maksimal dalam menjalankan tugasnya. Negara dalam hal ini yang berperan untuk melindungi tenaga medis muslim maupun non muslim, baik gaji maupun keselamatan mendapat perhatian yang sama dihadapan islam. Termasuk perlatan medis, gedung dan semua sarana prasarana kesehatan dijamin oleh negara, dengan murah bahkan gratis. Rosululullah saw bersabda: “pemimpin itu adalah pengurus dan akan dimintai pertangung jawaban tentang yang diurus.” (HR. Bukhari).

Inilah ajaran islam yang sempurna mampu memberikan solusi terjadinya wabah. Tenaga medis maupun masyarakat dengan perasaan, pemikiran dan aturan yang sama  menjadikan semuanya berjalan dengan imbang dan memunculkan ketenangan. Allahu a’lam.*


latestnews

View Full Version