View Full Version
Ahad, 26 Apr 2020

Islamofobia di Tengah Wabah

 

Oleh:

Ghena Oktafira

 

SUDAH satu bulan wabah corona menyebar di Indonesia dan banyak negara-negara lain di seluruh dunia. Pandemi ini menjadi kasus yang paling ramai dibicarakan orang di laman media sosial mereka. Corona virus atau covid-19 sebenarnya bukanlah virus baru, hanya saja, kali ini penyebarannya berlangsung sangat cepat dan pada beberapa orang nyaris tanpa gejala sehingga sangat rentan ditularkan ke orang lain.

Akibat adanya wabah ini banyak negara memberlakukan kebijakan lockdown, beberapa negara tersebut diantaranya seperti Inggris, Amerika Serikat dan India. Sayangnya, situasi lockdown ini dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok anti-Islam untuk menyebarkan fitnah dan kebencian terhadap minoritas Muslim di negara mereka.

Dikutip dari Kumparan, kelompok supremasi kulit putih memfitnah umat Muslim  melalui media sosial Facebook dan Twitter. Mereka diketahui menyebar foto dan meme sholat berjamaah di masjid Inggris. Ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa warga Muslim melanggar physical distancing dan semakin menyebar corona. Padahal foto-foto tersebut diambil jauh sebelum adanya wabah dan larangan keluar rumah diberlakukan, kata kepolisian Inggris dan lembaga advokasi anti-hoaks, Tell Mama. Di Amerika Serikat pun terjadi hal serupa dimana kelompok radikal kulit putih mengembuskan rumor bahwa lockdown akan dicabut menjelang Ramadhan agar Muslim bisa beribadah di masjid, sementara beberapa waktu lalu, gereja  ditutup pada saat Paskah. Di India, kelompok Hindu radikal menuduh Muslim sebagai sebab menyebarnya virus corona di India. Kejadian ini dipicu oleh adanya pelanggaran untuk tetap berkumpul yang dilakukan oleh Jemaah Tablig di India, akibat dari pelanggaran ini, kasus corona di India semakin bertambah dan menjadi jalan bagi kaum radikal Hindu untuk menebar kebencian. Selain oleh kelompok radikal Hindu, politikus India juga menyebut bahwa tindakan Jemaah Tablig itu sebagai “kejahatan Taliban”.

Tanda pagar #coronajihad menjadi ramai di media sosial untuk mendiskreditkan umat Islam. Kaum sayap kanan Amerika Serikat dan India menuding Muslim sengaja menyebar corona untuk membunuh. Menurut lembaga HAM, Equality Labs, sepanjang 29 Maret hingga 3 April sudah 300 ribu kali tagar ini digunakan. Adanya rumor tersebut telah memakan korban. Di Inggris, seorang pria batuk sembarangan ke arah wanita berhijab sembari mengatakan bahwa dirinya telah terserang virus corona. Sedangkan di India, pria Muslim di negara bagian Himachal Pradesh bunuh diri akibat dikucilkan oleh warga di desanya, sebelumnya ia dituduh membawa corona padahal hasil tes mengatakan bahwa ia negatif virus. Tak hanya itu saja, pedagang buah dan pemilik toko-toko yang beragama Islam di Haldwani juga dilarang berjualan.

Perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh kaum radikal ini adalah buah dari tumbuh suburnya sistem sekuler di negara-negara dunia. Dalam sistem sekuler, selalu digaungkan toleransi dan kerukunan antar umat beragama, namun faktanya hal ini tidak berlaku bagi siapapun yang beragama Islam. Sebaliknya umat Muslim selalu saja menjadi sasaran empuk bagi mereka untuk disudutkan dan dituduh intoleran. Jelas hal ini membuktikan bahwa sistem sekuler telah gagal menciptakan keharmonisan masyarakat.

Bertolak belakang dengan sekulerisme, Islam sendiri telah membuktikan kemampuannya mengayomi dan melindungi kerukunan antar umat beragama selama 1300 tahun lamanya. Hal ini berlangsung mulai dari zaman Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, Kekhalifahan Umayyah, Abasiyyah  dan Utsmaniyyah. Pada masa kekhalifahan, non muslim juga hidup di dalam negara Islam. Bahkan, khalifah menjamin kesejahteraan dan keamanan mereka. Tidak pernah terjadi diskriminasi terhadap kaum non muslim apalagi sampai memaksakan mereka untuk memeluk agama Islam.

Namun sayang, runtuhnya khilafah Utsmaniyyah pada tahun 1924 menjadi akhir dari catatan peradaban Islam yang mulia. Sejak saat itu, kaum Muslim di seluruh dunia ibarat tak memiliki ibu. Tak mampu berbuat apa-apa dan tak ada lagi tempat untuk mengadu sehingga nasibnya menyedihkan seperti hari ini.*


latestnews

View Full Version