View Full Version
Rabu, 29 Apr 2020

Ketaatan Kolektif Berbuah Berkah

 
TELAH tiba bulan Ramadhan di hadapan kita. Ramadhan adalah satu-satunya nama bulan yang disebut dalam Al Quran. Itu artinya Ramadhan adalah bulan spesial di sisi Allah SWT. Ramadhan dalam Bahasa Arab 'Ramda' artinya membakar. Ibarat besi berkarat yang dibakar dengan api yang membara, kemudian dihentakkan satu kali ke tanah. Maka rontoklah karat-karatnya. Demikian juga manusia selama 11 bulan, mata, mulut, telinga, tangan, kaki, hati dan pikiran berkarat dengan dosa-dosa. Kemudian di Ramadhan dibakar dosa-dosa itu dengan amalan-amalan wajib dan sunnah.
 
Selama Ramadhan individu berubah menjadi semakin taat kepada Allah SWT. Siang hari puasa menahan lapar haus dan hal-hal yang membatalkan puasa. Malam hari diisi dengan sholat tarawih, dan bermunajat kepada Allah. Lisan lebih sering melantunkan Al Quran di bulan ini daripada di bulan-bulan yang lain. Orang semakin banyak yang mengakses ilmu-ilmu agama, apa saja yang membatalkan puasa, bagaimana tatacara sholat tahajud, dan sebagainya. Banyak orang berinfak dan bersedekah. Tentu semua itu tidak banyak kita jumpai di bulan-bulan yang lain.
 
Sebagai muslim senantiasa meningkatkan ketaatan adalah suatu keharusan. Apalagi ramadhan ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena kita menjalani puasa di tengah wabah. Tak patut kita berduka. Justru sekarang inilah momen yang pas untuk bermuhasabah diri. Mengapa Allah menguji penduduk dunia dengan adanya virus corona? Masih kurangkah ketaatan kita selama ini?
 
Taat kepada Allah dilakukan dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Kita bisa mengambil pelajaran dari orang-orang terdahulu. Orang-orang Quraisy di Makkah pada masa Rasulullah melakukan ibadah haji. Abu Jahal dan Abu Lahab juga berhaji. Mereka menyembah Allah, tapi juga menyembah 360 patung yang diletakkan di Ka'bah. Bisa dikatakan Abu Jahal dan Abu Lahab bukan orang yang malas beribadah, justru mereka rajin beribadah. Kemudian Nabi Muhammad SAW datang untuk meluruskan ibadah mereka. Bahwa ibadah hanya untuk Allah. Ketaatan hanya ditujukan kepada Allah, bukan kepada sesembahan selainNya.
 
Tak jauh beda dengan kondisi sekarang. Orang menyembah Allah dengan shalat, zakat, puasa, dan haji. Tetapi mereka juga menghamba pada yang lain. Entah dilakukan secara sadar atau tidak sadar. Orang menghamba pada harta. Pemuda menghamba pada artis idola. Mahasiswa menghamba pada rektor. Pekerja menghamba pada atasan. Dan penguasa yang menghamba pada asing dan aseng. 
 
Allah SWT berfirman yang artinya "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (TQS Al Baqarah: 208). Allah SWT menyuruh kita untuk masuk ke dalam islam secara totalitas. Tidak hanya beribadah ritual saja kita menggunakan islam.
 
Tetapi di segala aspek kehidupan muslim wajib hukumnya taat kepada syariat Allah. Bisa jadi pandemi covid 19 yang tak kunjung usai ini adalah peringatan dari Allah. Tentara Allah yang tak kasat mata ini bisa membuat dunia kalang kabut. Negara-negara maju yang bangga dengan kemajuan teknologi dan ilmu kesehatannya saja tak berdaya menghadapi serbuan virus ini. 
 
Lalu masihkah kita berani mencampakkan hukum-hukum Allah? Di bulan Ramadhan ini, hendaklah kita melejitkan ketaatan kepada Allah baik di level individu, masyarakat, dan negara. Menghamba hanya kepada Allah SWT semata. Berhukum hanya bersumber dari Allah SWT semata. Semoga Allah SWT segera mencabut wabah ini.
 
Allah telah berjanji dalam Al-Qur'an yang artinya, "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. " (TQS Al A'raf: 96). Dari ayat ini, jelaslah Allah menghendaki ketaatan kolektif tidak hanya individu saja, tapi juga negara. Jika individu sudah menjalankan hukum-hukum Allah sesuai kapasitasnya, namun sistem ekonomi, sistem politik tata negara, sistem pergaulan, dan sistem sosialnya masih menggunakan aturan bukan dari Allah. Maka tidak heran Allah menimpakan siksaNya. Namun sebaliknya jika individu, masyarakat, dan negara beriman dan bertakwa, maka keberkahan akan senantiasa tercurah.
 
Dwi Nesa Maulani
Komunitas Penulis Jombang, Jawa Timur

latestnews

View Full Version