View Full Version
Jum'at, 01 May 2020

Sistem Pendidikan Islam dan Pandemi

 

Oleh:

Keni Rahayu, S.Pd

Praktisi Pendidikan dan Aktivis Dakwah

 

2 MEI, bertahun-tahun perayaan Hardiknas tidak menghasilkan pengaruh berarti bagi  bumi pertiwi. Bukan rahasia lagi, pendidikan hari ini memang pilih kasih. Jangan harap mengenyam pendidikan jika uang tidak di tangan.

Di masa pandemi begini, wajah pendidikan Indonesia pucat pasi. Belajar online jadi solusi tanpa diiringi fasilitas dari penguasa negeri. Rakyat sungguh dibiarkan mengejar segalanya mandiri.

Bahkan, pemerintah lebih memilih launching Kartu Prakerja dibandingkan mengalokasikan dana 5,6T tersebut untuk menjamin kebutuhan rakyat (Jateng Tribunnews, 14/4/20). Kartu Prakerja pun menuai pro kontra. Bagaimana tidak, dana yang didepositkan untuk para penerimanya diarahkan menuju pelatihan online.

Mengapa tidak negara saja yang "membeli" materi pelatihan online tersebut, sehingga materi pelatihan beralih lisensi menjadi hak milik negara? Rakyat (siapa saja) dengan bebas bisa mengaksesnya tanpa administrasi ribet atas nama Kartu Prakerja. Kok malah jadi pihak ketiga antara penjual (aplikator Kartu Prakerja) dan pembeli (rakyat penerima Kartu Prakerja). Ini negara atau makelar?

Ideologi kapitalisme sangat kentara pada kebijakan rezim hari ini. Tidak hanya di Indonesia ya, hampir di seluruh belahan dunia kapitalisme meraja. Kita hanya tinggal membuka mata dan introspeksi diri. Sampai kapan mau terus begini?

Islam Solusi Hakiki

“Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya selama kamu berpegang dengan kedua-duanya, yaitu kitab Allah (Alquran) dan Sunahku.” (HR Al-Hakim)

Ini adalah sabda Rasulullah saw. Tiada satupun langkahnya tersebab nafsu melainkan hanya wahyu. Tak pernah sekalipun beliau berdusta, terlebih demi kita para pengikutnya yang amat dicinta.

Hanya saja, kecintaan beliau sangat buram di mata kita. Kita yang sering enggan memahami bahasa cintanya. Sudah dikata: jika ingin selamat, mari kita taat syariat. Beliau tinggalkan Quran dan Sunnah untuk kita tegakkan. Faktanya, ketaatan ini tak sempurna tanpa bantuan penguasa. Itulah mengapa dibutuhkan sistem Islam yang terwujud sempurna dalam bangsa dan negara.

Dalam Islam, pendidikan sangat krusial. Karena pendidikan adalah wadah akal memformat pemikiran. Tak mungkin negara berasas Islam mengurus pendidikan sebelah mata. Berikut sedikit gambaran sistem pendidikan dalam Islam.

Pertama, asas pendidikan adalah aqidah Islam. Ini akan berpengaruh dalam segala hal, baik dari tujuan pendidikan, materi ajar, perangkat pendidikan, target output pendidikan, sistem evaluasi pendidikan, dan sarana prasarana yang disiapkan negara dalam mewujudkan pendidikan.

Kedua, tujuan pendidikan adalah membangun peradaban Islam. Targetnya adalah menyelesaikan berbagai problematika umat dengan IPTEK yang diproduksinya.

Jadi, tak ada lagi alasan negara kekurangan APD, tak menemukan vaksin virus, tidak mampu memfasilitasi tes SWAB untuk seluruh warganya dengan alasan mahal. Karena negara mampu produksi sendiri. Output pendidikannya menguasai IPTEK, yang tentu tidak berorientasi pada materi melainkan menyelesaikan problematika umat.

Ketiga, target output pendidikan adalah pembentukan siswa berkepribadian Islam. Memiliki kesadaran tinggi atas dirinya sendiri sebagai hamba maupun makhluk sosial adalah realisasinya. Sehingga, tak ada cerita masyarakat yang menolak jenazah Covid-19 maupun warga yang masih keluyuran saking mispresepsinya terkait wabah.

Keempat, sarana dan prasarana penunjang pendidikan sepenuhnya tanggung jawab negara. Ketika negara hadir dalam memenuhi sarana dan prasarana, tak akan ada lagi cerita anak tidak bisa sekolah via daring. Tidak ada perangkat, miskin koneksi internet, keterbatasan informasi bagi pendamping (orang tua) bukan alasan siswa berhenti belajar.

Di sinilah peran aplikasi pelajaran berbasis online menunjang aktivitas belajar yang mau tidak mau harus di rumah. Bimbel online bukan sebatas menjual materi pelajaran. Profit bukan satu-satunya yang dikejar perusahaan aplikasi sebagaimana Kartu Prakerja hari ini.

Peran negara adalah membiayai dana yang dibutuhkan perusahaan aplikasi dalam menyiapkan materi pelajaran ini. Bahkan kalau bisa, negara menciptakan sendiri dari output pendidikannya yang berkualitas tinggi, melahirkan berbagai sarana penunjang pendidikan bisa berupa aplikasi-aplikasi online, misalnya.

Ini masih secuplik dari keseluruhan sempurnanya sistem pendidikan dalam Islam. Tentu saja, realisasinya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Itulah sebabnya, perlu dukungan sistem ekonomi yang berasas Islam pula. Agar sejalan dan sevisi.

Mudah-mudahan, dari wabah ini kita jadi paham: ternyata kalau bukan Islam, tidak ada solusi lain yang aplikatif-solutif dalam menyelesaikan berbagai problematika umat. Wallahu a'lam bishowab.*


latestnews

View Full Version