Oleh:
Dr. Dr. Basrowi*
HARI ini banyak sekali orang yang merasa lebih pintar, lebih pantas untuk menduduki jabatan tertentu, lebih banyak gelarnya, lebih banyak amal ibadahnya, lebih banyak shadaqahnya, lebih tinggi pangkat dan kedudukannya, dan berbagai kelebihan lainnya. Sayangnya, berbagai kelebihan itu menyebabkan tumbuh sifat ujub. Akhirnya, mereka tidak mau diberi masukan, saran, dan kritik. Na’udzubillah…
Nabi Muhammad SAW, meskipun sudah dijamin masuk surga, tetapi beliau selalu merasa bahwa amal ibadahnya selalu kurang, apalagi kita sebagai makhluk biasa yang tidak pernah luput dari salah dan lupa.
Ujub merupakan sifat yang selalu mengagumi diri sendiri dan senantiasa membanggakan diri sendiri secara berlebihan. Sifat ini menjadi sifat tercela, dan harus dapat dihindari oleh semua umat muslim, karena akan berdampak pada sifat sombong dab riya.
Sifat ujub ini lebih banyak diketahui oleh dirinya sendiri. Sementara orang lain hanya bisa melihat dampak sifat ujub tersebut seperti sombong dan riya. Sifat ini tentu saja bisa menyebar laksanan virus “Corona” dan virus ganas yang lainnya. Banyaknya orang yang sombong dan suka riya, menyebabkan orang lain meniru sifat sombong tersebut. Dalam hal ini, orang tersebut tentu telah tertular oleh virus ujub tersebut. Virus ini susah sekali untuk disembuhkan kecuali mendapatkan hidayah, sementara virus corona lebih banyak yang dapat disembuhkan dari pada yang tidak.
Orang yang mudah terpapar oleh virus Ujub ini adalah ahli ilmu, ahli amal, dan ahli ibadah. Ada juga orang yang mudah terpapar yaitu orang yang dititipi Allah, sebagai orang yang banyak harta atau orang kaya-raya. Yang paling parah adalah virus ujub menyerang orang yang tidak berpendidikan, orang yang malas beribadah, dan orang yang miskin. Masya Allah…
Dalam cerita anak-anak, dampak sifat ujub dalam bentuk kesombongan pernah menyerang hewan katak. Ia bermaksud ingin menyaingi besarnya kerbau dengan cara minum sebanyak-banyaknya, akhirnya ia sendiri yang hancur lebur.
Perasaan ujub muncul ketika seseorang merasa bahwa dirinya mempunyai suatu kelebihan yang tidak dimilik oleh orang lain. Ujub juga dapat dimaknai sebagai rasa kecintaan atas karunia yang ada pada dirinya. Ia merasa bahwa karunia itu hanya dimiliki oleh dirinya sendiri, padahal, karunia itu tidak lain adalah pemberian dari Allah S.W.T.
Sifat sombong yang muncul karena mempunyai harta banyak, sehingga bisa membeli motor “Gede” dan mobil super mahal, terus tidak mau mengalah saat dijalan raya, inginnya menang sendiri, dan orang lain harus minggir kalau tidak mau ditabrak. Sifat sombong tersebut sesungguhnya merupakan pencitraan atas sifat ujub yang ada pada dirinya.
Misalnya seseorang yang merasa bangga akan kepintarannya, kepakarannya, gelarnya, jabatannya, dan memandang rendah orang lain. Hal itu menunjukkan orang tersebut telah ujub karena semua itu tidak lain adalah hanya karunia Allah SWT semata.
Orang yang mempunyai ilmu dan informasi tentang peluang melonjaknya harga Masker di era merebaknya virus Corona, kemudian dia menimbun sebanyak mungkin masker yang telah ia beli, untuk di jual kembali dengan harga yang lebih tinggi, karena menganggap orang lain tidak mempunyai kemampuan itu, bahkan ketika diingatkan pun tidak mau mendengarkan, maka sifat yang seperti itu pada dasarnya sebagai refleksi sifat ujub yang termanifestasikan pada perasaan ingin menguasai hajat orang lain, merasa dirinya lebih tahu, tidak percaya bahwa rejeki itu hak prerogratif Allah SWT.
Mengapa Ujub Diharamkan
Sebagaimana disebutkan di atas, sifat ujub ini merupakan sifat yang sangat tercela sehingga haram bagi muslim bila memiliki sifat ini. Sifat ujub, laksana virus yang dapat menyerang hati seseorang. Orang muslim itu hendaknya selalu rendah hati, tetapi bila sudah diserang oleh virus ujub maka orang muslim itu sama sekali tidak mempunyai rasa rendah hati atas semua karunia Allah SWT. Sudah sepantasnya orang muslim tidak mempunyai sifat ujub karena, di hadapan Allah SWT, hanya Allah SWT lah yang pantas mempunyai rasa bangga, karena Allah SWT adalah maha pemilih langit dan bumi. Kalau kita renungkan dengan hati yang jernih, Qs Al Imran: 109 yang artinya, “Kepunyaan Allah lah segala yang ada di langit dan dibumi, dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan.” Lalu, apa daya kita sebagai makhluk. Pantaskah mempunyai sifat ujub? Tentu tidak bukan.
Sifat ujub mempunyai dampak negataif (mudharat) baik di dunia dan di akhirat karena dapat mendatangkan dosa kepada Allah, SWT. Qs Luqman: 18 menjelaskan, “Dan Janganlah kamu memalingkan mukanya dari manusia, (karean sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.
Bahaya Sifat Ujub
Setidaknya ada lima bahaya sifat ujub. Pertama, akan menghapuskan amal. Ada tiga hal yang akan membinasakan seseorang, yaitu, kikir, hawa nafsu, dan ujub. Nabi s.a.w bersabda, “Tiga hal yang membinasakan: Kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar dan kekaguman seseorang pada dirinya sendiri.” (HR. Thabrani). Jadi, kalau seseorang telah melakukan perbuatan baik, terus diceritakan kepada orang lain, maka pahala atas kebaikan itu akan dihapuskan.
Kedua, tidak disukai orang lain. Seserorang yang suka sekali menyanjung diri, mayoritas tidak disukai dan dijauhi banyak orang, karena mereka itu akan sering mengganggap orang lain tidak ada gunanya.
Ketiga, akan mati dengan suhul khatimah. Orang yang suka menyebutkan pemberian dirinya kepada orang lain, maka ia akan merugi baik di dunia maupun di akhirat, dan pada suatu saat ia akan mati dengan suhul khatimah. Nabi s.a.w bersabda, “Tidak akan masuk surge orang yang suka menyebut-nyebut kembali pemberiannya, seorang yang durhaka dan pecandu minuman keras.” (HR. Nasa’i).
Keempat, Allah SWT akan murka. Apabila kita memperhatikan hadist berikut. Rasulullah SAW bersabda, “Seseorang yang menyesali dosanya maka ia menanti rahmat Allah, sedang seseorang yang merasa ujub, maka ia menanti murka Allah.” (HR Baihaqi). Maka, orang yang mempunyai sifat ujub akan mendapatkan musibah baik di dunia maupun di akhirat.
Kelima, sifat ujub akan mampu menjerumuskan kita pada sikap takabur. Orang yang suka membanggakan diri tentu merasa dirinya lebih hebat dari orang lain. Hal ini akan menjerumuskan pada sifat takabur dan sombong. Lebih celaka lagi, karena orang yang sombong tidak akan masuk surga. Sebagaimana sabda Rosul SAW berikut. Nabi s.a.w bersabda, “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat perasaan sombong meskipun hanya sebesar biji sawi. (HR. Nasa’i)
Bagaimana kalau mulai hari ini, mari kita buang jauh-jauh sifat ujub yang ada pada diri kita masing-masing dengan harapan mendapatkan ridha dari Allah SWT. Aamiin.**
*Penulis Alumni S3 Ilmu Sosial Unair, dan S3 manajamen SDM UPI YAI dan Penggiat Ekonomi Syariah PPs UIN Raden Intan Lampung.