Oleh: Tardjono Abu Muas (Pemerhati Masalah Sosial)
Sangat luar biasa makhluk super kecil yang tak terlihat kasat mata yang diberi nama Corona. Daya serang Covid-19 ini sungguh luar biasa dapat mematikan manusia dalam waktu yang relatif singkat.
Di negeri kita update terakhir per tanggal 14 Mei 2020, Covid-19 ini hanya dalam waktu 70 hari lebih telah menelan korban meninggal sebanyak 1.043 jiwa.
Hitungan korban jiwa yang telah mencapai seribu jiwa lebih tentu menjadi keprihatinan yang sangat mendalam bagi kita. Namun yang lebih memprihatinkan lagi ternyata Covid-19 ini juga telah mampu menjadi pembunuh sadis rasa "kemanusiaan", yakni telah dapat menimbulkan "kematian hati nurani" seseorang dengan hilangnya nilai-nilai kemanusiaannya sebagai manusia.
Kematian hati nurani bisa dikatakan sama dengan kematian daya nalar atau hilangnya rasa empati seseorang, baik dalam diri seorang awam maupun pejabat publik yang menentukan kebijakan sekalipun. Kalau kematian daya nalar atau kematian hati nurani ini melekat pada diri seorang pejabat publik yang menentukan kebijakan, maka dampaknya akan lebih membahayakan. Mereka para penentu kebijakan dan pendukungnya sudah bisu dan tuli akan jeritan dan rintihan rakyatnya.
Rakyat yang kini menjadi korban kebijakan tak ada lagi bagi mereka tempat untuk mengadu, menjerit dan merintih kecuali hanya kepada Allah SWT Dzat yang Maha Penolong.
Momen sepuluh hari terakhir ramadhan, hendaknya rakyat yang terzalimi dapat mengoptimalkan sebaik mungkin untuk menunaikan ibadah shaumnya seraya berdoa kepada Allah SWT untuk memohon pertolongan-Nya.
Pada akhir ramadhan ini semoga Allah SWT berkenan mendengar dan mengijabah doa-doa dari orang-orang yang terzalimi, agar wabah Covid-19 ini segera musnah di negeri ini bersama musnahnya orang-orang yang telah hilang nilai-nilai kemanusiaannya sebagai manusia di negeri ini.