Oleh:
Keni Rahayu, Penggerak Remaja
SEORANG Youtuber dengan inisial IK, keceplosan omong ngeremehin Corona. Katanya, "Corona? B aja". Bahkan dia bilang kalau keluar rumah gak perlu masker dan gak perlu cuci tangan setelah sampai di rumah (Kompas, 18/5/20).
Sedih banget kan lihat kelakuannya? Sebagai influencer, harusnya dia lebih hati-hati dalam bertutur kata. Bagaimana tidak, dengan jutaan subscriber dan follower, netizen yang gegabah akan menjadikan pendapatnya sebagai rujukan. "Oh, gitu ya. Corona gak seheboh itu ternyata?"
Dampaknya? Akan makin banyak yang meremehkan PSBB, tak acuh pada kinerja tim medis, abai protokol cegah corona, membuka dan memandikan sendiri jenazah positif Covid-19, tapi akhirnya ada juga menolak jenazah positif Covid-19. Blunder karena gak pinter. Kebodohan itu menular, guys. Terlebih yang menyuarakan adalah orang-orang berpengaruh (read:influencer).
Influencer Kudu Pinter
Jadi terkenal di jaman now memang gak susah. Bikin konten aneh dan berbekal diri gak tahu malu aja cukup buat terkenal. Sembari istiqomah produksi konten, melangit di jagat maya jaman now sudah bisa di genggaman. Yang penting bikin beken, gak penting kualitas konten.
Tapi, sensasi tidak cukup jika kita ingin bermanfaat bagi umat. Punya bekal ilmu yang shahih dan punya kepribadian shalih adalah syarat minimal seorang muslim menginfluencer lingkungannya.
Tidak bisa dipungkiri. Kebodohan hari ini membabi buta. Sistem pendidikan sekuler yang dikotomi, berorientasi pada materi, dan ketidaksesuaian kenyataan dengan teori yang dipelajari membuat para pelajar jauh dari sifat terpelajar. Keberhasilan belajar sebatas angka di lembaran ujian.
Muslim itu Influencer Sejati
Bukankah seorang muslim hakikatnya adalah seorang influencer? Allah tugaskan kemuliaan terhadap umat Islam sebagai umat terbaik. Dikatakan umat terbaik hanya ketika kita mampu menyeru kepada kebaikan (Islam) dan mencegah kemungkaran (QS. Ali Imron:110). Seruan influencer muslim akan didengar netizen kalau-kalau dia memiliki kapabiliti mewarnai lingkungannya, bukan sekedar ikut-ikutan. Tentu saja dengan pemahamannya yang utuh terkait Islam. Paham dulu, menginfluence kemudian.
Bahkan, jadi influencer dalam Islam adalah wajib. Karena berdakwah itu wajib. Tak peduli seberapa besar follower medsosmu, selama hadirmu dirindu umat tandanya kamu orang berpengaruh.
Sedih lihat kondisi remaja hari ini yang tidak punya jati diri. Meski muslim, mereka gak paham Islamnya. Sholat aja bolong-bolong, gimana paham dakwah? Mlompong. Ghazwul fikr berhasil menjauhkan generasi muslim dari Islam.
Generasi muslim krisis kepemimpinan. Hilang gambaran di benak mereka gimana Rasulullah menginfluence sejagat tanah Arab dengan Islam. Bagaimana beliau mewarnai Makkah dengan susah payah. Sampai akhirnya tegak daulah di Madinah. MasyaAllah.
Bagi generasi jaman now, nabi Muhammad tak ayal sebatas tokoh ibadah ritual seputar sholat, dan sholawat. Tentu ini deradikalisasi kepemimpinan Rasulullah yang sejatinya sangat agung hingga berhasil mewarnai tanah Arab dengan Islam. Kehebatan Rasul tak berhenti sampai di situ. Kepiawaiannya memimpin ditularkan kepada para sahabat sekaliber Abu Bakar ra., Umar bin Khattab ra., Utsman bin Affan ra., dan Ali bin Abi Thalib ra. yang akrab dengan sebutan khulafaur rasyidin.
Apa kaitannya dengan Islam kita hari ini? Sangat ada. Sepeninggal khulafaur rasyidin, kepemimpinan Islam berlanjut dengan kekhilafahan bani Umayyah, bani Abassiyah, dan Turki Utsmaniyyah. Sampai akhirnya khalifah Turki Utsmani mengirimkan utusannya untuk menyebarkan Islam termasuk ke Nusantara (kala itu belum disebut Indonesia). Sampailah hari ini kita bisa menikmati iman dan Islam.
Sayangnya, mispresepsi umat Islam (Indonesia khususnya) sangat dalam terhadap sejarah kaumnya. Hingga mereka minder dengan ajaran Islam, dan tidak tertarik sedikitpun untuk mengkajinya. Barat berhasil menyerang mereka tanpa senjata sedikitpun.
Coba kalau kaum muslimin sudah paham jati dirinya. Mereka akan berbondong-bondong menginfluence Islam ke netizen 62. Sejarah berulang: Islam bangkit dari tangan para pemuda. Yuk bangkit pemuda Islam. Mari kita jadi influencer yang menginfluence Islam. Bangkitkan umat jadi pinter, bukan keblinger. Wallahu a'lam bishawab.*