View Full Version
Senin, 01 Jun 2020

Idul Fitri, Makna Takwa dan Kemenangan Kala Pandemi Corona

 

Oleh:

Monicha Octaviani

 

RAMADHAN yang ‘berbeda’ telah berlalu. Setelah sebulan berpuasa di tengah wabah, kini hari dan bulan kemenangan yang jauh dari normal harus dialami umat Islam seluruh dunia. Termasuk Indonesia, tradisi mudik, unjung-unjung atau sekedar berkumpul dengan keluarga tak bisa dilakukan di Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah. Lebih dari itu, lebaran kali ini juga diiringi dengan banyaknya warga yang di-PHK, pekerja yang dirumahkan, serta peningkatan warga miskin berkali lipat karena efek pandemi yang tak kunjung usai.

Kendati demikian, momen fitrah ini tetap melekat pada kaum muslim di mana pun dan bagaiamana pun keadaannya. Tidak terkecuali para pemimpin negara. Di Indonesia misalnya, kepala negara Ibu Pertiwi menyatakan bahwa ikhlas, takwa, dan tawakkal adalah modal kemenangan atas Covid-19. Tak ketinggalan, wakil kepala negara turut berkata bahwa Allah menjanjikan di dalam Al-Qur’an akan diturunkannya kesuburan, kemakmuran, keamanan, keselamatan, dan dihilangkannya berbagai kesulitan asal kaum muslim beriman dan bertakwa.

Statement dari pemimpin negara seperti ini adalah suatu kebaikan yang patut diapresiasi. Sebab beliau berdua adalah pemimpin negeri dengan mayoritas kaum muslim terbesar di dunia. Kaum dengan keterikatan pasti terhadap syariat Allah SWT sejak lahir hingga tutup usia. Namun sangat disayangkan, realitanya, iman, takwa, maupun tawakkal tidak nampak sedikitpun pada kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia ketika menyelesaikan wabah Corona, maupun pada pengaturan kehidupan sehari-hari rakyatnya. Tidak ada satupun kebijakan di negeri ini yang berpijak pada syariat Islam. Seluruh keputusan yang diambil berasal dari hawa nafsu manusia dan kepentingan kroni belaka. Jika terus begini, bagaimana mungkin Allah sudi menurunkan berkah-Nya?

Ikhlas, iman, takwa, serta tawakkal adalah kewajiban bagi setiap individu dan jamaah muslim di dunia ini. Bentuk praktisnya adalah dijalankannya setiap syariat Islam di seluruh lini kehidupan termasuk saat menghadapi wabah. Allah sendiri mengatakan pada Qur’an surat An-Nisa ayat 65 bahwa pada hakikatnya seesorang tidak beriman kecuali ia menjalankan seluruh hukum (syariat) yang dibawa Rasulullah dan ikhlas menjalankannya. Ramadhan adalah fasilitas sempurna yang Allah berikan untuk berlatih agar iman dan takwa ini bisa diwujudkan. Sehingga kemenangan atas usaha menundukkan hawa nafsu dan taat sepenuhnya pada Allah selama sebulan dapat benar-benar teraih di bulan Syawal. Hasil kemenangan tersebut yang kemudian dipertahankan dan ditingkatkan manusia hingga akhir hayatnya. Itulah yang mendatangkan keberkahan suatu negeri sebagaimana yang Allah janjikan.

Pada kasus Corona misalnya, aplikasi iman dan takwa adalah dengan menerapkan syariat Islam Kaffah termasuk syariat untuk kondisi wabah. Isolasi ketat dilakukan, pengujian massal serentak diadakan untuk memilah mana warga yang bisa tetap produktif dan mana yang harus diisolasi atau dirawat. Jadi ekonomi tidak sepenuhnya runtuh sebab seluruh daerah harus isolasi tanpa adanya kepastian seperti yang dilakukan Indonesia. Stimulus ekonomi wajib diberikan merata bagi yang terdampak daerahnya dengan wujud yang tepat guna. Bukannya menggelontorkan dana triliunan untuk akses video tutorial yang tidak urgen dibutuhkan rakyat dan bahkan bisa dicari gratis di internet hanya bermodal wifi atau paket data. Dukungan terhadap tenaga kesehatan berupa APD dan fasilitas sejenisnya serta kebijakan penopang juga harusnya dioptimalkan.

Alih-alih, PSBB belum efektif saja sudah bicara New Normal, dana untuk APD sangat minim tapi pembangunan ibukota baru jalan terus. Sumber dana milik rakyat seperti pengolahan seluruh sumber daya alam harusnya dipegang langsung oleh negara sehingga ekonomi tidak rapuh karena hanya berpijak pada pajak dan utang. Ini malah ngebut meluncurkan UU Minerba yang sangat menguntungkan investor (penjajah modern) asing dan dengan ngawurnya menaikkan iuran BPJS di tengah masa sulit karena wabah. Sampai kapan mau begini? Sudah Allah berikan Islam yang lengkap dan sempurna, tapi kenapa masih bandel memakai aturan manusia yang lemah dan sarat kepentingan. Kapan umat ini akan menang?

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” QS Al-A’raf: 96. Wallahua’lam bis shawab.*


latestnews

View Full Version