Oleh:
Nur Mariana M.Sos
Aktivis dan Fasilitator Tahfidz
RAMADHAN telah usai, ditandai dengan untaian takbir yang saling bersahutan. Ya, hari raya Idul Fitri telah kita rayakan bersama. Momen kebahagiaan idul fitri tak mampu diuntai dengan kata. Tapi hari raya tahun ini tak seperti biasanya, karena bertepatan dengan pandemi corona. Suasana yang buat pasangan tak bisa berkumpul bersama, anak dan ibu yang mesti terpisah karena harus patuh pada aturan PSBB yang ada.
Namun, ditengah wabah yang ada kita tak boleh berburuk sangka pada Allah. Karena kita hanyalah hamba yang tak tahu hikmah dibalik sebuah bencana. Allah subhānahu wa ta’āla berfirman: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (TQS Al-Baqarah [2] : 216).
Bulan ramadhan ditengan pandemi menjadikan keimanan bertambah. Dengan ruang gerak yang terbatas, jadikan umat muslim fokus beribadah, melaksanakan amalan-amalan sunnah yang dihari biasanya jarang dilakukan. Tadarus Alquran, sholat dhuha, sedeqah subuh dan amalan lainnya. Biasanya tak pernah sholat jamaah dirumah, dengan datangnya wabah, suami terpaksa jadi imam sholat tarawih, anak dan istri jadi makmum. Pasti pengalaman yang tak akan ditemui dalam suasana normal. Alhamdulillah semakin mendekatkan hati antara anak dan orangtua.
Namun ketakwaan bukan hanya milik bulan ramadhan semata, tapi seluruh bulan dan satu tahun harus dilalui dengan ketakwaan pada perintah Allah SWT.
Ketika Ramadhan bersama kita lantunan ayat-ayat al-Qur'an terdengar dimana-mana. Walau sekarang musim pandemi Corona Al-Qur'an tetap terdengar di setiap rumah warga bersahut-sahutan bagai irama mempesona Indahnya lantunan ayat-ayat mulia menentramkan hati siapapun yang mendengarnya. Hati tenang, terhanyut dalam alunan nadanya walau sering tak memahami maknanya
Setelah Ramadhan masihkah nuansa itu kalian rasa setelah Ramadhan beranjak meninggalkan kita seharusnya nuansa itu harus tetap ada. Karena kita sudah terlatih sebulan lamanya seharusnya sudah cukup mengikuti training Ramadhan merubah keterpaksaan menjadi kebiasaan membentuk habits dalam diri, berbuat kebaikan
Alangkah baiknya ditengah situasi yang dirumah saja saat ini kita jalankan puasa enam hari di bulan Syawal, mengingat pahalanya begitu besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal. Maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim).
Selain menambah amalan sunah puasa di bulan syawal, kita juga tetap tadarus Al-Qur’an, menambah hafalan Al-Qur’an. Seutama-utama zikir adalah membaca Al-Qur’an meraih pertolongan dihari kiamat. “ bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat nanti memberi syafaat bagi orang yang membacanya.”( H.R.Muslim).
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma. Nabi saw bersabda:
“ Ditawarkan kepada Penghafal Al-Qur’an, baca dan naiklah ke tingkat berikutnya, baca dengan tartil sebagaimana dulu kamu mentartilkan Al-Qur’an ketika didunia. Karena kedudukanmu di surga setingkat dengan banyaknya ayat yang kamu hafal.(H.R. Abu Daud).
Dalam hadist diatas jelas bahwa muslim siapapun yang membaca Al-Qur’an baik faham atau tidak faham. Maka akan mendapatkan pahala sebagaimana yang dijanjikan.*