Oleh:
Fatmah Ramadhani Ginting, S.K.M. || Anggota Tim komunitas Muslimah Menulis Depok
DI MASA pandemi Covid-19, kita tidak bisa mengingkari semua orang terkena dampak. Dan dampak itu berefek ke berbagai sektor kehidupan, seperti sosial, politik, ekonomi, bahkan belakangan diberitakan kita akan mengalami krisis pangan.
Kebijakan badan dunia yang diadopsi berbagai kepala negara termasuk Indonesia untuk menjalani hidup normal baru berdampingan dengan virus corona, semakin menambah daftar panjang keruwetan penyelesaian masalah.
Dalam artikelnya tertanggal 27 April 2020, PBB menyebut bahwa hidup normal baru adalah peta jalan bagi peningkatan ekonomi dan penyelamatan lapangan pekerjaan setelah Covid-19. Dalam artikel ini disebutkan bahwa kondisi lama tidak akan pernah kembali, sehingga pemerintah harus bertindak menciptakan ekonomi baru dan lapangan pekerjaan yang lebih banyak. Bahkan disebutkan juga dalam artikel tersebut bahwa hidup normal baru (new normal life) sebagai kerangka kerja dunia yang harus diadopsi oleh seluruh negara. (www.un.org, 27 April 2020)
New normal life adalah kehidupan normal yang diberlakukan dengan menyesuaikan protokol baru di lingkungan untuk pencegahan penularan virus, khususnya di tempat umum seperti kantor, pasar, mal, maupun tempat-tempat ibadah. Sekilas terdengar bagus, namun kita harus pahami bersama bahwa solusi ini bukanlah solusi terbaik. Bahkan hidup normal baru atau new normal life ini adalah kebijakan yang mengorbankan nyawa rakyat.
Saat ini kita menyaksikan di seluruh dunia belum ada satu negara pun yang mampu menangani secara tuntas berbagai masalah akibat Covid 19. Kita lihat di beberapa negara yang kurva jumlah penderita Covid-19 menurun, kemudian mereka menerapkan kebijakan new normal dengan membuka semua aktivitas kehidupan, tidak lama kemudian muncul gelombang kedua Covid-19. Sebagaimana yang terjadi di Cina, Jepang dan Korea Selatan. (Bisnis.com, 29 Juni 2020)
Bagaimana dengan di Indonesia? Tidak jauh berbeda, kita tengah mengalami berbagai krisis. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) bidang UMKM, Suryani Motik menyebut warga yang menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi corona bisa mencapai 15 juta jiwa. (CNN Indonesia, 1 Mei 2020)
Adapun krisis bidang kesehatan, total keseluruhan kasus kematian akibat Covid-19 sejak awal Maret hingga akhir Juni ini sudah mencapai 2.805 orang (Merdeka.com, 29 Juni 2020). Termasuk di dalamnya 55 tenaga medis, terdiri atas dokter dan perawat. (tirto.id, 6 Mei 2020)
Kondisi Indonesia hari ini makin dipersulit oleh pemerintah yang tidak memperhatikan kehidupan rakyat, mereka abai. Bagaimana tidak abai, saat masyarakat sedang mengalami kesulitan akibat Covid-19, pemerintah justru menerapkan new normal padahal kurva angka positif Covid-19 masih meningkat belum ada tingkat penurunan. Ditambah lagi pemerintah menaikan tarif BPJS, menarik iuran Tapera, kenaikan tagihan listrik yang tidak wajar, serta yang paling menyakiti hati umat Islam adalah membatalkan keberangkatan haji.
Sebagai rakyat kecil, apa yang harusnya kita lakukan menyikapi semua hal ini?
Memang sulit untuk bertahan hidup di tengah wabah sambil menghadapi pemerintah yang justru menambah kesulitan dengan kebijakan yang mencekik. Tidak ada kata lain selain bangkit dan bertahan. Ya, itulah hal utama yang harus kita lakukan.
Namun perlu kita ingat, bangkit dan bertahan yang kita lakukan bukan dalam rangka menjalankan kehidupan new normal yang digaungkan oleh badan dunia PBB dan pemerintah.
Sebab kebijakan new normal ini merupakan kebijakan yang pro kapitalis, tidak pro pada nyawa rakyat. Kebijakan new normal hanya fokus menciptakan ekonomi baru dan lapangan pekerjaan yang lebih banyak, tanpa mengupayakan tindakan preventif dan kuratif yang efektif untuk melindungi nyawa masyarakat dari virus corona.
Sebagai seorang Muslim, kita harus ingat bahwa Allah SWT tidak akan membiarkan hamba-Nya terus-menerus mengalami kesulitan. Sebagai hamba yang diciptakan oleh-Nya, Allah SWT pasti menciptakan dan memberikan rezeki pada seluruh makhluk-Nya. Bahkan binatang melata sekalipun diberikan rizki oleh Allah.
Maka sebagai orang yang beriman pada Allah Ar-Rozak (Maha Memberi Rizki), kita harus bangkit dan bertahan, tidak boleh cengeng. Dengan bangkit dan tidak terus-menerus merasa sedih, kita dapat bersegera melakukan kebaikan-kebaikan yang mendatangkan income atau pemasukan bagi keluarga. Bila posisi kita sebagai seorang istri, maka kita harus mendorong dan memberi semangat pada suami untuk bekerja dan mendapat penghasilan yang halal.
Bila ternyata suami kita bagian dari yang dirumahkan akibat krisis selama corona, maka kita harus segera mengambil peran untuk mendukung dan menguatkan suami. Di saat sulit seperti ini, dukungan dan semangat yang didapatkan seorang suami dari istri akan melejitkan potensi dalam dirinya. Setidaknya kita bisa mengurangi beban berat di pundak beliau dengan tidak cengeng dan berlarut-larut dalam kesedihan dan keputusasaan.
Dan yang tidak boleh kita lupakan adalah harus terus menyampaikan dakwah, jangan berhenti berdakwah karena pandemi atau karena banyaknya permasalahan hidup yang kita alami. Walau dakwah menyadarkan umat untuk hidup dengan syariah Islam pun kini harus ditempuh secara online karena tidak bisa bertatap muka maka. Tentunya itu tidak menjadi masalah.
Selain itu kita juga memiliki banyak waktu untuk belajar di rumah secara online, sebagai bekal kita dalam mengemban dakwah. Ada banyak sekali channel yang menyajikan materi keislaman, kaya akan tsaqafah yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits. Ini menjadi wadah yang baik sekali untuk kita memperdalam dan memperkaya tsaqafah, bahkan bisa melakukan tanya jawab langsung ke narasumber yang mumpuni untuk memberi penjelasan.
Sebenarnya masih ada banyak hal yang bisa kita lakukan di rumah selama masa pandemi Covid-19 ini. Terutama hal-hal pendukung agar dakwah yang kita emban semakin tersebar luas. Bila kita berupaya sekuat mungkin, insyaAllah Allah SWT akan memberi pertolongan kepada kita. Sebagaimana yang difirmankan dalam Al-Qur’an,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)
Pertolongan teragung yang kita nanti-nantikan dari Allah SWT atas perjuangan dakwah Islam yang kita lakukan adalah tegaknya Khilafah Islamiyah. Walaupun badan dunia menyerukan kita untuk melakukan hidup normal baru, maka kita pastikan itu semua tidak akan menghentikan langkah dakwah yang kita emban. Karena dengan tegaknya Khilafah akan menjadi solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah Covid-19 di tengah solusi new normal yang justru mengorbankan rakyat.
Umat sedang menanti perjuangan dakwah yang kita lakukan, maka tidak ada kata lain selain bangkit dan semangat dalam mengemban dakwah sampai Islam tegak dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Wallahua’lam.*