View Full Version
Sabtu, 10 Oct 2020

Ketika Harga Test Swab Tidak Bersahabat

 

Oleh:

Alimah Izaura || Tinggal di Bogor, Jawa Barat

 

KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)  menetapkan batas maksimal harga tes usap atau swab mandiri sebesar Rp900 ribu (CNN Indonesia, 02/10/2020).

Sebelumnya, sejumlah pihak mendorong agar pemerintah menetapkan harga tes swab mandiri. Harga di berbagai rumah sakit saat ini variatif, tergantung paket dan lokasinya. Namun, rata-rata harganya berada di atas Rp 1 juta. Semakin cepat hasilnya keluar, semakin mahal lagi.

Pada kesempatan lain, Ketua DPR Puan Maharani menyebut standardisasi harga tes swab itu akan mendorong masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara mandiri, mengurangi beban negara, sekaligus memudahkan penelusuran kontak.

Penyebab mahalnya  biaya tes swab PCR karena teknis pemeriksaan melalui dua tahapan, yaitu  ekstraksi dan PCR itu sendiri. Reagen-nya mahal, alat-alatnya mahal, harus di lab dengan standar minimal BSL-2, SDMnya harus terlatih, dan risiko kerja yang tinggi (Kompas.com, 1/10/2020). Di sisi lain, mahalnya PCR karena alat-alat dan bahan  yang dibutuhkan masih impor. 

Secara teknis memang tidak bisa dinafikan, untuk pemeriksaan sampel lendir hidung atau tenggorokan tersebut, dibutuhkan bahan dan peralatan serta SDM terlatih yang bekerja di bawah risiko. Akan tetapi, karena bahan dan peralatan diimpor, menyebabkan harga test swab tidak terkontrol. Belum lagi  profit tetap menjadi menjadi pertimbangan utama bagi rumah sakit swasta.

Jika ditelisik lebih dalam, per Juni 2020 yang lalu, pemerintah melalui Kementerian keuangan telah menaikkan anggaran  penanganan Covid-19 menjadi menjadi Rp 677,2 triliun dari sebelumnya Rp 405,1 triliun (Kompas.com, 04/06/2020).

Akan tetapi, porsi anggaran untuk penanganan bidang kesehatan hanya Rp 87,55 triliun atau 13%-nya saja, sisanya untuk pemulihan ekonomi.

Anggaran itu pun digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti belanja penanganan Covid-19, tenaga medis, santunan kematian, bantuan iuran untuk jaminan kesehatan nasional, pembiayaan gugus tugas, dan insentif perpajakan di bidang kesehatan.

Belum diketahui secara pasti berapa anggaran untuk test swab di berbagai fasilitas kesehatan yang diselenggarakan pemerintah.

Minimnya anggaran untuk kesehatan seolah kontradiktif dengan sikap Presiden Jokowi yang mengutamakan keselamatan dan kesehatan masyarakat. Jika pemerintah memang betul-betul serius, tentu bidang kesehatan akan mendapatkan kue lebih besar dalam postur anggaran.

Harga test swab sebesar Rp 900 ribu sejatinya masih terbilang cukup mahal, apalagi di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu. Andai saja seluruh anggaran tersebut di atas digunakan 100% untuk kesehatan, tentu akan mempercepat penanganan pandemi.   

Solusi sistemik dari masalah di atas dapat antara lain, pertama secara filosofi negara perlu mengubah mindset yang memandang rakyat sebagai beban menjadi rakyat adalah warga negara yang memiliki hak hidup sehingga harus dilindungi. 

Bukankah dalam pembukaan UUD 45 disebutkan pemerintah negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia serta pada pasal 28A UUD 45 disebutkan setiap orang  berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya?

Kedua, secara ekonomi negara harus mengutamakan postur anggaran untuk penanganan pandemi daripada bidang lainnya. Jika kas negara sedang kosong, maka negara wajib segera mengadakannya bahkan dengan melibatkan seluruh rakyat. 

Dengan anggaran yang cukup, negara dapat memberikan subsidi atau bahkan menggratiskan seluruh test swab baik di rumah sakit pemerintah atau swasta. 

Rumah sakit tidak kesulitan mendapatkan pasokan bahan dan alat untuk test PCR, tenaga kesehatan akan melaksanakan tugasnya dengan baik karena mendapatkan APD melimpah dan gaji yang tinggi. Fasilitas test PCR diperbanyak di seluruh Indonesia dengan kecepatan dan keakuratan hasilnya. 

Ketiga, negara perlu merancang riset untuk menemukan reagen sendiri sehingga tidak bergantung ke negara lain/impor. Seluruh perguruan tinggi dan lembaga penelitian dikerahkan selain untuk keperluan test swab juga untuk penemuan vaksin Covid 19. 

Sehingga wabah pandemi Covid 19 dapat cepat diatasi dengan tetap memohon pertolongan dari Zat Yang Maha Rahman.*


latestnews

View Full Version