View Full Version
Kamis, 05 Nov 2020

Tak Ada Salahnya Belajar dari Khabib Nurmagomedov

 

Oleh:

Amallia Nur Jannah || Aktivis Fikrul Islam

 

Seusai mengalahkan Justin Gaethje pada UFC 254, Minggu (25/10/2020) seorang Khabib Nurmagomedov menyampaikan pengumuman yang tak biasa ke khalayak umum, Khabib mengatakan kalau dia pensiun dari ajang Ultimate Fighting Championship (UFC). Seorang pemuda muslim dengan julukan "The Eagle" ini sempat ramai diperbincangkan di dunia internasional karena menjadi orang Rusia dan orang muslim pertama yang memenangkan kejuaraan di ajang UFC.

Khabib pensiun bukan tanpa alasan tetapi karena ayahnya, Abdulmanap Nurmagomedov telah berpulang ke rahmatullah pada awal bulan Juli dan Khabib menyatakan bahwa dia tidak bisa melanjutkan lagi sebagai atlet UFC tanpa ayahnya. "Tidak mungkin lagi saya bertarung tanpa ayah saya. Ketika UFC memberitahu saya soal pertarungan dengan Gaethje, saya bicara dengan ibu tiga hari setelah ayah berpulang," ujar Khabib, Ahad (25/10/2020).

Khabib juga mengatakan ia ingin pensiun juga karena ibunya,"Ibu tidak ingin saya bertarung tanpa ayah, tetapi saya berjanji pada ibu bahwa ini adalah yang terakhir," ujarnya.

Khabib mengatakan bahwa sekarang dia hanya memiliki satu orang tua yaitu ibunya, dia keluar dari UFC karena ingin berbakti serta menjaga ibunya disisa umurnya. Dari Khabib kita banyak belajar mulai dari akhlak sampai sikap menjadi seorang muslim. Masih segar di ingatan kita saat Khabib Nurmagomedov melawan Conor McGregor pada tahun 2018 lalu. Ketika seorang McGregor mencoba untuk trash talk (bicara sampah) kepada Khabib hanya untuk menjatuhkan mental Khabib, mulai dari menghina ayahnya, negaranya bahkan agamanya.

Sikap Khabib hanya tenang tetapi ketika memasuki ring pertandingan seorang McGregor dibuat tumbang dan akhirnya kalah oleh Khabib. Khabib tidak masalah jika McGregor menghinanya tetapi jika ia menghina negara , ayah apalagi agamanya dia akan marah. Begitulah sikap seorang muslim yang sepatutnya marah apabila agamanya bahkan Rasul dihina dan direndahkan.

Ada seseorang yang pernah mengatakan bahwa tuhan, agama dan Rasul itu tidak perlu dibela karena tingkatnya sudah tinggi, memang sekilas betul pernyataan ini tetapi apakah kalian tahu kalau citra sebuah agama itu tergantung pada sikap pengikutnya. Jika ada seseorang yang menghina agama atau rasul kita lalu sikap kita adalah diam, maka jangan heran jika akan ada banyak orang yang akan dengan sengaja menjelek jelekkan agama dan rosul kita yaitu rosulullah Muhammad SAW.

Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita merealisasikan bukti cinta kita, tidak hanya terucap dari mulut saja tetapi juga harus ada actionnya, Rasulullah Muhammad SAW bersabda, :

ثَلاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

“Ada tiga hal, yang jika ketiganya ada pada siapa saja,  niscaya dia merasakan kelezatan iman: Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari selain keduanya; dia mencintai seseorang hanya karena Allah; dan dia benci kembali pada kekufuran sebagaimana dia benci dimasukkan ke dalam neraka.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Kecintaan kepada rabbNya adalah dengan melakukan ketaatan kepadaNya, dan menjauhi larangannya. Demikian juga kecintaan kepada Rasulullah SAW, meneladani sikap dan ucapan yang pernah Rasulullah ajarkan. Karena agama islam bukan agama prasmanan, yang enak aturannya kita ambil yang menurut kita tidak enak aturannya tidak kita ambil. Seorang muslim sudah sepatutnya mempelajari Islam secara kaffah (menyeluruh), Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)

Karena islam tidak hanya mengatur ibadah mahdhah saja , tetapi juga mengatur urusan pendidikan, keluarga, ekonomi, kesehatan, pemerintahan dan banyak lagi. Wujud cinta kita adalah dengan menjadi seorang muslim yang taat, yang tidak memilah milah Islam dari segi kepentingan pribadi, melainkan menyeluruh. Kita harus bangga dengan identitas kita sebagai seorang muslim dan selalu menjadi garda terdepan dalam menjaga serta melindungi agama dan Rasul kita sebagai wujud cinta kita terhadapnya.*


latestnews

View Full Version