Oleh:
Asma Ridha || Pegiat Literasi Aceh
BERMEDIA sosial hari inil adalah bagian dari keseharian yang seakan menjadi kebutuhan. Tua dan muda, semua melakukan hal yang sama. Terlihat pengguna internet kian melonjak. "Jumlah pengguna internet di Indonesia meningkat menjadi 196,7 juta jiwa hingga kuartal II 2020. Jika pada 2018 lalu, jumlah pengguna internet di Indonesia hanya sebesar 171,2 juta jiwa." (Kompas.com, 19/11/20).
Kebutuhan akan informasi dengan cepat, serta kemudahan komunikasi menjadikan alasan utama dalam bermedia sosial. Namun tidak dipungkiri, banyak pula dimanfaatkan untuk hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat. Menyebarkan berita hoax, hanya sekadar eksistensi diri yang bahkan melanggar nilai-nilai syar'i, termasuk aktivitas sexting dan phonesex dianggap sebagai hiburan semata, tanpa disadari justru berakibat fatal baik di dunia maupun di akhirat. Ujaran kebencian, hinaan dan cacian yang tidak terkendali berseliweran di media sosial.
Padahal, hakikatnya adab dalam kehidupan nyata dan saat bermedia sosial itu sama. Baik dalam bertutur kata, berbuat dan bahkan kondisi aurat yang harus dijaga. Tidak semua hal yang menyakitkan, kesedihan, kebahagiaan harus diungkapkan di media sosial. Apalagi hingga saling menghujat dengan berbagai celaan yang tidak pantas dilakukan.
Untuk itu, dalam bermedia sosial, Islam juga telah menurunkan segenap aturan yang harusnya diperhatikan bagi para penggunanya. Jangan sampai kecanggihan teknologi justru menambah daftar dosa yang semakin menumpuk.
Pertama, menulis segala sesuatu dengan baik, tanpa celaan dan hujatan kepada orang lain yang tidak bermanfaat sama sekali. Bukankah Allah SWT telah mengingatkan kita :
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan). (Qs. Al-Hujurat: 11).
Kedua, jangan mudah mengumbar aurat, apalagi dengan pose (maaf) telanjang dan bugil dengan sengaja. Aurat dalam kehidupan nyata, tetaplah sama dalam kehidupan maya. Sekalipun, saat berfoto atau merekam diri sendiri di dalam kamar dengan gawai yang dia punya. Aktivis ketika mengpload ke jejaring sosial, maka akan ada ribuan mata yang sedang memperhatikan aurat tersebut.
Allah SWT berfirman yang artinya:
"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu." (QS : Al-Ahzab : 59)
Ketiga, hindari aktivitas menggunjing orang lain, dan bahkan berprasangka buruk dengan ungkapan yang menyudutkan. Allah juga sudah mengingatkan kita akan kejinya perilaku tersebut.
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang " (Al-Ahzab : 59)
Keempat, hindari menyebarkan berita yang tidak jelas sumbernya (hoax). Hendaknya setiap informasi diperhatikan dengan baik. Agar kita tidak sedang melakukan dosa jariyah dan menyampaikan informasi bohong belaka.
Kelima, jadikan media sosial ajang untuk menambah ilmu, tsaqafah Islam, dan silah ukhuwah dalam kebaikan. Karena pada hakikatnya, apa yang kita lakukan di media sosial juga akan kita pertanggungjawabkan di yaumil mahsyar kelak.
Keenam, hindari aktivitas yang sia-sia dan tidak bermanfaat sama sekali. Rasulullah SAW juga sudah mengingatkan kita agar terhindar dari perbuatan yang tidak berguna.
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Demikianlah segenap aturan dan adab yang harus selalu kita perhatikan. Agar setiap amalan yang kita lakukan tidak ada yang sia-sia. Apalagi hingga menjerumuskan dalam pembuatan dosa besar. Nauzubillah tsumma nauzubillah !
Tentu harapannya adalah, sekalipun di dunia maya, harusnya meninggalkan jejak yang baik walau sedikit yang bisa menghantarkan pahala jariyah dengan menulis kebaikan, sharing setiap kebaikan pula. Karena itu, bijaklah bermedia sosial, dengan tidak melupakan adab saat melakukannya. Wallahu a'lam bishhawab.