View Full Version
Rabu, 23 Dec 2020

Benarkah Peran Ibu di Zaman ini Semakin Terpinggirkan?

 

Oleh: Fitri Suryani, S.Pd.

“Kasih ibu, kepada beta tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya, menyinari dunia”.

Ya, itulah lirik lagu tentang ibu yang sarat makna. Untuk mengenang jasa-jasanya, maka pada tanggal 22 Desember biasa diperingati sebagai Hari Ibu.  Hari ibu pun dirayakan oleh hampir seluruh negara di dunia dengan makna untuk menghargai peran seorang ibu. Walaupun di beberapa negara berbeda-beda dalam menentukan tanggal perayaannya.

Hari Ibu di Indonesia dirayakan secara nasional pada tanggal 22 Desember. Tanggal ini diresmikan oleh Presiden Soekarno di bawah Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, pada ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928. Tanggal tersebut dipilih untuk merayakan semangat wanita Indonesia dan untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Kini, arti Hari Ibu telah banyak berubah, dimana hari tersebut kini diperingati dengan menyatakan rasa cinta terhadap kaum ibu (Wikipedia.org)

Menilik Peran Ibu yang Terpinggirkan

Menghargai peran seorang ibu, sejatinya dapat dilakukan kapan pun, mengingat pengorbanan mereka yang luar biasa. Sebagaimana tertuang dalam sebuah pribahasa “kasih sayang ibu sepanjang masa”. Tentu pribahasa itu sudah tak asing lagi bagi kita, yang mana pribahasa tersebut memiliki makna bahwasanya kasih sayang seorang ibu yang diberikan kepada anaknya itu selamanya seumur hidup.

Sayangnya tak sedikit para ibu saat ini telah jauh dari peran utamanya yakni mendidik anak-anaknya. Alasannya pun beragam, diantaranya:

Pertama, ibu yang bekerja. Tak dapat dipungkiri  peran perempuan saat ini yang terjun dalam dunia kerja tak sedikit. Baik itu di posisi strategis ataupun tidak. Terlebih jika pekerjaan tersebut menyita banyak waktu. Sehingga tidak menutup kemungkinan kesempatan dalam mendidik anak-anaknya pun bisa jadi terbengkalai.

Kedua, ibu yang menyerahkan pengasuhan anaknya kepada baby sitter. Meskipun banyak pertimbangan seorang ibu menjadikan baby sitter untuk mengasuh anak-anaknya dan pasti ada plus minusnya. Dampak negatif dari hal itu diantaranya dapat menjauhkan kedekatan ibu pada buah hatinya. Terlebih jika dalam waktu yang lama dan sering.

Ketiga, ibu yang minim pemahaman akan pendidikan anak. Hal ini terlihat bagaimana orang tua khususnya seorang ibu yang merasa cukup menyerahkan pendidikan anak-anaknya di sekolah atau di tempat les privat. Sehingga proses edukasi anak di rumah tak terlalu lagi diperhatikan. Karena beranggapan di sekolah dan di tempat-tempat yang menunjang akademik anaknya telah cukup sebagai bekal bagi pendidikan si buah hatinya.

Selain itu, tentu masih banyak lagi yang menambah beban berat ibu dalam menjalankan peran utamanya dalam mendidik buah hatinya. Hal tersebut diantaranya, yaitu lingkungan masyarakat. Karena sesungguhnya pendidikan yang diperoleh anak dalam lingkungan keluarga sejatinya tak cukup, jika peran masyarakat tak mendukung tumbuh kembang anak ke arah yang positif dalam memperoleh pendidikan yang lebih baik. Dalam hal ini seperti minimnya tugas saling nasehat-menasehati dalam hal kebaikan.

Di sisi lain, peran di lingkungan sekolah pun tak kalah penting dalam menumbuhkan pendidikan anak, baik kognitif maupun afektif. Apalagi di sekolah terdapat banyak anak yang akan dijumpai dengan berbagai macam karakter yang berbeda-beda. Sehingga tak menutup kemungkinan anak bisa saja terpengaruh dengan sikap teman-temannya yang kurang baik.

Lebih dari itu, peran negara juga sangat besar dalam membantu ibu menciptakan kondisi yang baik untuk pendidikan anak. Misalnya meniadakan tayangan-tanyangan atau media yang minim nilai edukasi, apalagi yang dapat merusak moral anak bangsa.

Maka dari itu, sangat penting adanya kerja sama antara peran orang tua/keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah dan negara guna menciptakan kondisi yang dapat membantu anak untuk tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik.

Peran Ibu dalam Kacamata Islam

Dalam Islam, ibu memiliki peran yang sangat penting dalam membantu tumbuh kembang anak agar nantinya dapat tumbuh cerdas baik spiritual maupun akademik. Ibu merupakan sekolah utama dan pertama bagi anak-anaknya dan teladan yang terdekat, yang darinya anak memperoleh banyak pelajaran. Sebab kecerdasan, kegigihan, dan tingkah laku sang ibu adalah faktor yang berpengaruh kuat bagi masa depan anak.

Kita bisa mengambil contoh sosok perjuangan Ibu Imam asy-Syafi’i yang membesarkan, mendidik, dan memperhatikannya hingga kemudian Muhammad bin Idris asy-Syafi’i menjadi seorang imam besar. Ia mempelajari Al-Qur’an dan berhasil menghafalkannya saat berusia 7 tahun. Setelah itu, ibunya memperhatikannya agar bisa berkuda dan memanah. Jadilah ia seorang pemanah ulung. Sejumlah 100 anak panah pernah ia muntahkan dari busurnya, tak satu pun meleset dari sasaran. Selain itu, saat beliau baru berusia 15 tahun, Imam asy-Syafi’i sudah diizinkan Imam Malik untuk berfatwa. Hal itu tentu tidak terlepas dari peranan ibunya yang merupakan seorang muslimah yang cerdas dan pembelajar ilmu agama.

Karena itu, ibu memiliki peran yang begitu besar dalam menentukan masa depan anaknya. Begitu pula orang tua yang berusaha keras dalam mendidik anak-anaknya dalam lingkungan ketaatan kepada Allah. Maka pendidikan yang diberikannya tersebut merupakan pemberian yang berharga bagi anak-anaknya. Sebagaimana dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Al-Hakim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,“Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.” (HR. Al Hakim).

Oleh karena itu, peran ibu yang ideal akan sulit tercapai dalam kondisi saat ini, jika masih kurangnya sinergi antara peran keluarga, masyarakat dan negara untuk menghasilkan generasi yang unggul. Namun sesungguhnya semua itu tidaklah sulit kita temukan, jika peran lingkungan keluarga hingga negara saling memberikan dukungan dan memiliki visi misi yang sama dalam membentuk generasi yang berbudi pekerti yang luhur. Wallahu a’lam bi ash-shawab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version