Oleh: Abu Muas T. (Pemerhati Masalah Sosial)
Sungguh nestapa kondisi negeri ini yang seolah-olah tak ada henti-hentinya dirundung kegaduhan. Kegaduhan yang satu belum reda gaduhnya, kemudian disusul kegaduhan yang lainnya.
Setelah kegaduhan akibat kudeta gagal terhadap ketua umum partai, kini disusul kegaduhan yang dimotori oleh sekumpulan orang yang "mengatasnamakan" alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan bendera Gerakan Anti Radikalisme (GAR)nya yang akan mengudeta Din Syamsuddin sebagai angota Majelis Wali Amanat (MWA) ITB
Kudeta amatiran yang gagal ini tak urung juga membuat kegaduhan intern baik di lingkungan alumni maupun di lembaga resmi ITB. Dari sekumpulan alumni yang tak sejalan dengan GAR muncul Keluarga Alumni Penegak Pancasila dan Anti Komunis (Kappak) ITB, yang kemunculannya berupaya meredam kegaduhan yang timbul walau diakuinya agak terlambat.
Layak kiranya disesalkan terjadinya kegaduhan di dunia akademia phobia kekritisan, seperti yang diungkapkan Imam Besar New York, Shamsi Ali dikutip MNC Portal Indonesia dalam akun medsosnya @ShamsiAli2.,Senin (15/2/2021).
Shamsi Ali: "Hanya alumni universitas di Indonesia seperti ITB ada Gerakan Anti Radikalisme. Di Amerika saja tidak ada gitu-gituan. Di dunia kampus sikap kritis malah didorong. Jika dunia akademia phobia kekritisan, berarti terjadi pemerkosaan independensi intelektualitas, menyedihkan!"
Menarik untuk dicermati ungkapan di atas, "Jika dunia akademi phobia kekritisan, berarti terjadi pemerkosaan independensi intelektualitas". Jika ada kata "permerkosaan" bukankah berarti ada pelaku pemerkosanya? Maka pantaslah jika pada akhir ungkapan Shamsi, terungkap "menyedihkan".
Menyedihkan, kenapa bisa sampai terjadi pemerkosaan independensi intelektualitas di lingkungan selevel alumni ITB? Ko mau-maunya independensi intelektualitas alumni diperkosa oleh si pemerkosa yang tidak menutup kemungkinan pelakunya adalah para penjilat yang haus akan kekuasaan. Semoga saja kemunculan GAR ITB tidak merambah ke kampus-kampus lain di Indonesia.
Kembali pada upaya Kappak meredam kegaduhan di antaranya dapat disimak pada bagian akhir dari tujuh pernyataan sikapnya. Kappak berharap agar IA ITB sebaiknya bertindak sebagai mediator agar polemik yang sedang berlangsung dapat segera berakhir dan berujung pada suasana yang damai dan kondusif. Sangat tidak diharapkan konflik antarsekelompok alumni ITB dengan pihak eksternal mengarah ke proses hukum dan berujung di pengadilan.