View Full Version
Jum'at, 19 Feb 2021

Mengenang dan Meneladani Duta Islam Pertama

Oleh: Abu Muas T. (Pemerhati Masalah Sosial)

Dalam sirah Nabawiyah kita mengenal "duta" Islam pertama. Lalu siapa sosok sahabat Rasul yang ditunjuk sebagai duta Islam pertama? Sosok sahabat Rasul yang satu ini, jika dilihat dari sisi usia tergolong masih muda dibandingkan dengan banyak sahabat Rasul yang lebih tua usianya.

Namun, Rasul tetap memilih yang bersangkutan untuk menjadi duta Islam di Madinah. Sosok sahabat Rasul yang satu ini tak lain adalah Mush'ab bin Umair.

Singkat kisah sesampainya di Madinah, Mush'ab mulai berdakwah menyampaikan pesan-pesan ilahi. Orang pertama yang beliau dakwahi adalah Usaid bin Hudlair, seorang tokoh musyrik dari bani Abdul Asyhal kepala suku yang sangat berpengaruh dan disegani. Pemilihan sasaran dakwah pertama beliau sungguh sangat berlian, karena dampaknya akan sangat menentukan perjalanan dakwah selanjutnya.

Mendengar dakwah Mush'ab maka Usaid berkata: "Ajaran apa yang kamu bawa karena kami tidak pernah kenal sebelumnya. Tuhan apa yang kamu maksud, karena kami tidak pernah melihatnya, sedangkan tuhan kami jelas nyata ada yaitu patung-patung, kami bisa menemuinya kapan saja dan kami bisa melihatnya. Sementara Tuhan yang kamu ceritakan itu tidak bisa dilihat. Segera kamu tinggalkan tempat ini sebelum kami bunuh kamu", gertak Usaid.

Di sinilah kepiawaian Mush'ab sebagai utusan Rasul yang jiwanya telah dipenuhi keteguhan iman, dengan seizin Allah dibarengi kewibawaan dan kesantunan, beliau menjawab intimidasi Usaid. Mush'ab berkata: "Apakah tidak sebaiknya saya diberikan kesempatan sedikit saja berbicara, jika nanti apa yang saya sampaikan membuat kamu yakin, saya bersyukur kepada Allah, tapi jika kamu tidak meyakini maka silakan kamu usir saya dan saya akan meninggalkan Madinah ini secepatnya".Baik, kata Usaid. Mush'ab berkata: "Silakan kamu duduk". Maka Usaid pun duduk. Di sinilah seorang kepala suku yang disegani telah mulai luluh dan tunduk, duduk bersimpuhlah Usaid di hadapan Mush'ab.

Mulailah Mush'ab membacakan ayat-ayat Al Qur'an. Mendengar ayat-ayat yang dibacakan lalu Usaid mengatakan: "Firman apakah gerangan yang sangat luar biasa ini?" Sambung Usaid: "Apa yang harus saya lakukan jika saya akan masuk agama ini?" Kata Mush'ab: "Bersihkanlah pakaian dan badanmu lalu bersyahadat". Maka Usaid pun pergi membasuh badannya, kembali lagi masih nampak tetes air wudhu dari rambutnya, lalu dia bersyahadat. Setelah Usaid bersyahadat maka para tokoh yang lain pun mengikutinya, seperti Saad bin Mu'adz, Saad bin Ubadah kemudian diikuti yang lainnya.

Akhir hayatnya, Mush'ab gugur sebagai syuhada Uhud. Tatkala Perang Uhud usai Rasul menyaksikan para syuhada, melihat Mush'ab yang telungkup merangkul bendera Islam. Rasul sangat lama berdiri di depan jasad Mush'ab dengan kedua mata beliau berlinang. Beliau membacakan firman Allah SWT: "Di antara orang-orang mu'min terdapat syuhada yang telah menepati janjinya dengan Allah" (QS. Al Ahzab,33:23).

Mush'ab berdakwah menyampaikan pesan-pesan ilahi sesuai bimbingan dan arahan Rasul. Beliau sebagai duta Islam pertama di antaranya layak disebut pendakwah yang handal dan piawai, ahli berkomunikasi atau "komunikolog" dalam bahasa kekinian. Pantaslah jika ayat 23 surat Al Ahzab disampaikan Rasul saat terakhir melihat jasad Mush'ab yang gugur sebagai syuhada.

Kemuliaan Mush'ab bukan karena deretan gelar yang ada di depan atau di belakang namanya, bukan pula karena sederet sebutan ahli atau pakar dan lainnya, tapi karena keimanannya yang kuat. Jika saja, zaman para sahabat sudah ada istilah kepakaran, maka pantaslah jika Mush'ab mendapat sebutan pakar "Komunikolog" Penegak Islam"

Sebaliknya dalam kontek kekinian, layakkah jika ada seseorang yang kadung disebut pakar, tapi yang bersangkutan malah telah menyebarkan ajaran yang menyelisihi sekaligus merusak Islam walau berkedok Islam? Padahal yang bersangkutan telah banyak menyesatkan ummat dengan mengajarkan bahwa Al Qur'an sudah tidak suci lagi, menghina dan mengafirkan sahabat Rasul SAW, melaknat istri-istri Rasul, meyakini kema'shuman Imam, mengajarkan nikah mut'ah dan lain sebagainya.

Dengan ini semua, bahkan hakikatnya yang bersangkutan telah berani menghina dan melecehkan Allah dan Rasul-Nya. Layaknya, barangkali orang seperti ini mendapat gelar atau sebutan pakar "Komunikolog" Perusak Islam?"


latestnews

View Full Version