Oleh:
Dina Wachid
COKLAT merupakan kudapan yang disukai oleh berbagai usia. Dari anak kecil hingga orang tua, semua menyukainya. Rasanya yang manis dan lembut menjadi pemikat siapa saja.
Apalagi di masa sekarang, dimana berbagai bentuk dan jenis olahan coklat bisa ditemukan dimana-mana. Mulai dari beraneka ragam kue, pudding, hingga dalam bentuk minuman, coklat lezat disantap. Banyaknya varian coklat yang tersedia semakin mendapat tempat di hati dan lidah penikmatnya.
Tak hanya enak dirasakan, ternyata coklat juga memiliki berbagai khasiat, khususnya coklat hitam (dark chocolate). Dark chocolate atau cokelat hitam mengandung antioksidan, vitamin, serta mineral yang baik bagi tubuh. Kokoa yang merupakan kandungan utama coklat memiliki zat flavanol. Zat inilah yang berfungsi sebagai anti oksidan yang mampu mengurangi kerusakan sel dan menurunkan resiko penyakit tertentu seperti tekanan darah, jantung dan diabetes.
Dilansir dari www.klikdokter.com disebutkan beberapa manfaat coklat bagi tubuh. Diantaranya:
1. Coklat bisa mengembalikan mood. Kandungan feniletilamin yang bersifat anti depresan bisa memberikan efek penenang. Setelah mengonsumsi coklat, galau menjadi berkurang. Apalagi jika makannya ditraktir teman. Jelaslah teramat menyenangkan.
2. Beberapa penelitian juga menunjukkan adanya manfaat coklat untuk otak. Yakni dari kandungan kafein dan teobromin yang mampu meningkatkan fungsi otak dalam jangka pendek.
3. Menghambat Penuaan dini. Kandungan mangan yang tinggi dalam kakao coklat berperan untuk menghasilkan protein kolagen. Protein ini menjaga kulit tampak muda dan sehat.
4. Membantu menurunkan berat badan. Dengan mengonsumsi coklat akan membantu meningkatkan metabolisme tubuh dan penyerapan nutrisi. Ini karena coklat berperan sebagai probiotik yang mendorong pertumbuhan bakteri baik. Metabolisme yang bagus, bisa menjaga tubuh ideal.
5. Membantu mengurangi komplikasi pada kehamilan. Teobromin dalam cokelat juga dinilai dapat menurunkan risiko terjadinya preeklampsia pada ibu hamil karena dapat merangsang jantung dan membuat pembuluh darah arteri membesar.
Itulah diantara manfaat coklat. Namun, tetap saja harus diperhatikan seberapa banyak yang dikonsumsi serta efek sampingnya seperti menimbulkan kecanduan dan alergi. Apalagi, sudah banyak cokelat yang diolah dengan penambahan gula, susu, dan lain sebagainya. Alih-alih mendapatkan manfaat cokelat, konsumsi cokelat jenis ini justru berbahaya bagi kesehatan.
Apalagi di momen-momen tertentu seperti acara keluarga, pernikahan, ulang tahun, hari raya atau perayaan hari tertentu seperti valentine day, coklat menjadi pilihan untuk disajikan. Dengan beraneka macam bentuk, rupa dan jumlah yang istimewa, coklat diharapkan membawa kegembiraan melimpah untuk semuanya. Harus hati-hati mengonsumsinya agar tidak menjadi masalah di kemudian hari. Jangan hanya karena senang hingga akhirnya lupa diri.
Agar mendapat manfaat dan kebaikan dari sesuatu, memang diperlukan takaran yang pas. Untuk itu amat penting adanya suatu aturan untuk menentukan dan menata segala sesuatu agar pas dengan ketentuan sehingga bisa memberikan kebaikan yang sebenarnya.
Demikian pula dengan kehidupan, harus ada sebuah aturan yang menjadi panduan manusia untuk melakukan setiap aktivitasnya. Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, mulai dari perkara pribadi hingga urusan publik, semua mengikuti aturan yang ada. Bukan hanya agar bisa berjalan dengan baik dan teratur, tetapi benar sesuai ketentuannya.
Ketentuan siapa? Tentunya ketentuan yang menciptakan kehidupan ini. Tersebab kita manusia adalah hamba bagiNya. Dan tugas hamba adalah tunduk dan patuh pada aturan Sang Kuasa. Adakah yang lebih berhak selain Allah bagi manusia untuk ditaati?
Begitu pun dalam urusan cinta, ada rambu-rambu yang wajib diikuti agar ia tak keliru dalam penempatannya. Rasa cinta pada diri manusia merupakan perwujudan dari naluri melestarikan jenis (Gharizatun Nau’). Mencintai tidak hanya terbatas terhadap pasangan, tetapi juga pada anak, orang tua, saudara, kerabat atau siapapun. Munculnya rasa keibuan, rasa kebapakan, keinginan untuk menikah dan berkeluarga, kasih sayang pada sesama, kecenderungan untuk menolong orang lain, dll juga menjadi wujud naluri melestarikan jenis ini.
Naluri itu melekat pada diri manusia, tak bisa dihilangkan. Namun, naluri bisa diatur agar dalam pemenuhannya dilakukan dengan cara menurut aturan yang benar dan tepat. Kita tak bisa menghilangkan rasa cinta yang muncul, tapi kita bisa mengelola rasa cinta itu agar tak menghambat aktivitas, membuat resah dan gelisah, atau tak malah menjerumuskan dengan disalurkan kepada jalur yang benar.
Bagi yang masih belum punya pasangan misalnya, ia bisa mengalihkan rasa cinta dan kasih sayang kepada ibu, saudara, atau yang lainnya selama tak bertentangan dengan aturan. Bisa juga dengan menyibukkan diri pada bermacam aktivitas yang positif dan bermanfaat, seperti mengikuti kajian, bekerja, menghasilkan karya untuk mencerdaskan umat, aktif berdakwah, dsb. Melakukan hal-hal yang baik dan produktif, sembari mempersiapkan diri hingga jodoh benar-benar menghampiri.
Dalam memenuhi rasa cinta haruslah dengan mengikuti apa yang telah diperintahkan. Tak mudah memang mengelola cinta agar tak terperangkap dalam nafsu syahwat semata. Dalam dunia yang terkungkung kapitalisme memang berat, bila tak hati-hati menjaga hati.
Godaan dunia tentang cinta memang begitu derasnya. Terlebih di masa sekarang dimana melalui berbagai media, tayangan yang merangsang naluri ini tak diatur dan justru dibiarkan. Perkara cinta terkena imbas dari penerapan aturan yang materialistis. Ia dikomersilkan begitu rupa untuk mengeruk keuntungan dari para pemujanya.
Atas nama cinta, konten-konten yang tak menjaga pergaulan antara pria dan wanita bertebaran dimana-mana. kisah-kisah romantis dipampang seolah nyata, padahal hanya rekaan untuk menarik penontonnya. Sah saja berlakon layaknya suami-istri, nyatanya hanya pura-pura, demi mengikuti naskah yang disodorkan. Aurat juga dibiarkan terbuka dan ditampilkan sesempurna mungkin demi menaikkan rating.*