View Full Version
Kamis, 08 Apr 2021

Ramadhan, Momen Menuju Takwa Hakiki

 

Oleh:

Sri Wahyuni, S.Pd

 

“Mendadak Islami” Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menegaskan, selama bulan Ramadhan 2021 siaran televisi diperketat. Lembaga penyiaran diminta untuk tidak menampilkan muatan yang mengandung lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), hedonistik, mistik/horor/supranatural, praktik hipnotis atau sejenisnya (DeskJabar.com, 24/3/2021).

Menggembirakan, tentu saja siapa tak merasa gembira jika pelaksanaan ibadah bulan ramadhan disambut hangat oleh negara. Hilangnya tayangan dengan konten negatif tentu saja menjadikan suasana ramadhan semakin terasa khusyu’. Meski begitu, kebijakan ini akhirnya menimbulkan tanya, mengapa hanya bulan ramadhan saja?

Ketaatan dan ketakwaan akan bisa maksimal terwujud manakala lingkungan mendukung penuh termasuk peran pemerintah untuk selalu mengawasi tayangan-tayangan yang muncul di media massa dan tentu saja bukan hanya saat bulan ramadhan. Bulan ramadhan bukan untuk mewujudkan takwa sesaat melainkan moment untuk menuju takwa yang sebenarnya. Siapa tak senang jika tayangan-tayangan bersih dari konten porno, LGBT, dsb. Atau adakah Orang tua yang senang dirinya dan keluarganya terpapar dengan virus merusak tersebut sekalipun dia adalah non muslim?

Selama akal masih bisa berfikir logis tak ada manusia manapun yang rela keluarganya menjadi korban dari tayangan merusak akal. Dengan demikian yang membutuhkan tayangan mendidik dengan konten-konten positif bukan hanya kalangan muslim saja, tetapi umat secara keseluruhan.  

Tayangan mendidik pada dasarnya akan membawa kebaikan bagi umat. Tak ada dalam sejarah bangsa manapun yang dibesarkan dengan suasana kebebasan, hura-hura, atau bahkan kriminal akan lahir darinya generasi emas yang menorehkan peradaban agung. Berawal dari tayangan maka akan menuntun individu menjadi pribadi bermoral atau bahkan amoral.

Generasi yang hobi balap, miras dan gaul bebas dari mana mereka mendapat inspirasi demikian jika bukan karena pengaruh tontonan? Maka tayangan dengan konten positif tak boleh hanya hadir pada bulan tertentu, sebab yang demikian tak akan membawa pengaruh besar bagi jiwa. Ketaatan butuh selalu dikondisikan setiap saat bukan sesaat.

Apa yang dibutuhkan umat sesungguhnya bukan sekedar tayangan yang mendukung tujuan puasa tapi juga sistem yang mendukung tujuan takwa. Sistem yang menjadikan media sebagai pusat informasi untuk dapat diakses masyarakat tanpa khawatir dharar. Sebab demikianlah tujuan keberadaan media yang sesungguhnya yakni untuk mencerdasakan umat. Hal inilah yang tidak nampak pada media di sistem hari ini.

Media justru menjadi penggerak ekonomi. Walhasil program yang ditayangkan akan menyesuaikan kehendak pasar, dan sayangnya yang diminati pasar justru konten tak mendidik. Hal ini juga bukan tanpa sebab, umat terlampau sering dicekoki dengan tayangan tak mendidik yang menjadikan mereka terbiasa akan hal tersebut. Maka dibutuhkan sistem yang secara tegas mengembalikan fungsi media yakni untuk mengedukasi umat.

Islam sebagai sebuah sistem yang konsisten menjaga umat bukan hanya pada keselamatan jiwa tetapi juga menghindarkan umat dari pemikiran serta kebiasaan yang merusak. Maka tujuan media dalam Islam adalah sebagai sarana untuk tebar kebaikan, alat kontrol, dan sebagai sarana syiar dakwah Islam baik di dalam maupun luar negeri. Dengan demikian media memiliki peran yang politis dan strategis bukan hanya untuk menjaga umat tetapi juga negara. Hal ini pula akhirnya dapat terwujud suasana taat secara terus menerus serta kewibawaan negara pun turut terjaga.

Sebab dalam pandangan Islam media massa merupakan media komunikasi massal yang berfungsi untuk menciptakan opini publik agar terbentuk opini umum. Tentu opini yang terbentuk adalah opini positif bukan framing negatif yang menyudutkan golongan tertentu, sehingga akan terbentuk masyarakat yang cerdas dan kokoh.

Tak hanya itu, media menjadi alat untuk membongkar berbagai kesesatan dan kesalahan agar umat tak mengambil pemikiran-pemikiran kufur, serta untuk menunjukkan cara-cara busuk dalam membenamkan pemikiran tersebut kepada umat. Oleh karenanya, konten berbau pornografi, ghibah, dsb tak akan muncul di media massa bukan hanya saat moment ramadhan saja melainkan dalam berbagai moment. Dengan demikian ketakwaan akan dapat terwujud secara hakiki, dan umat akan selalu tersuasanakan dengan kondisi yang aman dan mencerdaskan.*


latestnews

View Full Version