Oleh: Desti Ritdamaya
Yatim piatu yang tertindas dan terbuang. Ya permisalan ini kiranya tepat dilekatkan pada Palestina. Tanah suci yang senantiasa diberkahi, walaupun sejuta persoalan melingkupi. Dulu keberkahannya nampak sebagai tempat lahir dan diutusnya para Nabi dan Rasul yang membawa syariatNya; hijrahnya para shahabat mulia untuk mengembangkan sayap dakwah; lahirnya ulama terkemuka dunia (Imam Syafi’i, Imam Ath Thabrani, Ibnu Hajar al ‘Asqalani); atau munculnya kitab-kitab ulama ahli sunnah wal jama’ah yang tak lekang dimakan zaman. Tapi hampir 74 tahun terakhir, keberkahannya nampak dari tergenangnya darah, air mata, dan senyuman para syuhada ansharullah (penolong agama Allah).
Yatim piatu. Bermula dari kongres zionis pertama yang secara aklamasi berkeinginan mendirikan negara Yahudi di tanah terjanji (Palestina). Mereka berusaha meminta bahkan mau menyogok pemilik tanah terjanji (Khilafah Ustmani) untuk mendapatkannya. Tapi secara tegas junnah (perisai) muslim tersebut menolaknya. Tapi malangnya dengan bergulirnya perang dunia I, Lawrence of Arabia, perjanjian Sykes-Pycot, dan deklarasi Balfour, junnah Islam pun menemui ajalnya. Ketiadaan Khilafah, membuka pintu eksodus besar warga Yahudi dan perampasan paksa tanah Palestina.
Tertindas. Keadaan tanpa perisai dan pelindung, menjadikan Palestina bulan-bulanan kebiadaban Israel. Mulai dari awal penjajahan Israel hingga sekarang, tercatat ratusan ribu jiwa melayang. Serangan Israel baik darat maupun udara sangat brutal. Tanpa pandang bulu diarahkan pada anak-anak, wanita, pemukiman warga sipil, rumah sakit, masjid, sekolah dan fasilitas umum lainnya. Sangat pantas Israel disebut real terrorist dan penjahat perang. Tapi sekali lagi, doktrin bahwa Yahudi umat pilihan Tuhan, non Yahudi tergolong “goyyim” (lebih rendah derajatnya dari manusia), menghalusinasikan mereka. Sehingga tanpa berdosa bahkan merasa bangga telah melakukan kejahatan di luar batas kemanusiaan.
Negara Amerika Serikat atau negara Barat lainnya yang katanya kampiun demokrasi dan HAM pun tutup mata telinga. Tapi wajar. Karena sejarah berbicara, sebenarnya Ingris dan Amerika Serikat adalah aktor utama yang melahirkan Israel. Mereka berselingkuh dengan PBB. Dengan mengeluarkan berbagai resolusi internasional yang melegalkan negara Israel, menganak emaskan Israel dan menyalahkan setiap aksi bela diri Palestina.
Terbuang. Duka semakin mendalam ketika saudara si yatim piatu tak menganggapnya ‘saudara’. Tak menoleh untuk mengulurkan tangan mengusir penjajah saat asa membutuhkan. Yang didengar hanya kecaman dan diplomasi usang, seraya membawa ‘makanan’ untuk lukanya. Padahal penjajah buta tuli dengan kecaman dan diplomasi. Penjajah hanya mengenal bahasa kekerasan (pengerahan militer) untuk menaklukkannya.
Asa uluran tangan itu pun semakin menguap. Saat melihat tangan saudara itu bergandengan mesra dengan penjajah. Silau kenikmatan dunia berbalut diplomatik (ekonomi, politik, dan kepentingan) menjadi penutup dan penyumbat kepekaaan terhadap tumpahan darah, air mata dan teriakan pilu yatim piatu. Realitas yang tak hanya berbilang hari,tapi sudah berbilang dekade.
Iman, Jihad dan Khilafah Senjata Muslim
Allah SWT berfirman :
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا ۖ
Artinya : Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya (QS. Al Fath ayat 29).
Rasulullah SAW bersabda :
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Artinya : Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam (HR. Muslim).
Cukuplah ayat dan hadits mulia di atas menggetarkan iman muslim untuk tak membiarkan berlarutnya nestapa Palestina. Tumpahan darah dan air mata Palestina adalah tumpahan darah dan air mata kaum muslim. Penjajahan terhadap Palestina adalah penjajahan terhadap kaum muslim. Karena muslim adalah satu tubuh yang terikat pada aqidah yang shahih.
Panggilan iman inilah, mengorbarkan semangat kaum muslim untuk mengulurkan tangan pada Palestina. Tak cukup hanya dengan do’a dan harta tapi juga jiwa. Berjihad fisabilillah mengusir penjajah agar angkat kaki dari tanah suci.
Mobilisasi kekuatan fisik (militer) dan materi (harta) dalam jihad akan lebih mudah apabila adanya kesatuan komando. Disinilah urgensi mengembalikan junnah (Khilafah) ke pangkuan kaum muslim. Adanya Khilafah tak hanya melindungi harta dan darah kaum muslim. Tapi menjaga kehormatan dan kemuliaan Islam. Sesuai dengan hadits Rasulullah SAW :
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
Artinya : Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud).
Wallahu a’lam bish-shawab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google